Thursday, September 28, 2023

Siapa Yang Pertama Melakukan Maulid Nabi?

Siapa Yang Pertama Melakukan Maulid Nabi?

Kabarnya dari Dinasti Fatimiyah dan sudah jelas bukan Sunni? Beda. Kalau yang dari Dinasti Fatimiyah itu semua Maulid dirayakan, ada Maulid Sayidah Fatimah, Maulid Sayidina Hasan dan Sayidina Husein, Maulid Sayidina Ali dan lainnya. Sementara kita cuma Maulid Nabi saja.

Oleh karena itu para ulama ahli hadis menyebut penggagasnya adalah:

ﻭﺃﻭﻝ ﻣﻦ ﺃﺣﺪﺙ ﻓﻌﻞ ﺫﻟﻚ ﺻﺎﺣﺐ ﺇﺭﺑﻞ اﻟﻤﻠﻚ اﻟﻤﻈﻔﺮ

"Orang yang pertama kali melakukan maulid Nabi adalah penguasa Irbil, Raja Al-Mudzaffar." (Husnul Maqshid fi Amalil Maulid).

Apakah beliau Sunni? Ya jelas. Berikut penjelasan Al-Hafidz adz-Dzahabi:

ﻭﻛﺎﻥ ﻣﺘﻮاﺿﻌﺎ، ﺧﻴﺮا، ﺳﻨﻴﺎ، ﻳﺤﺐ اﻟﻔﻘﻬﺎء ﻭاﻟﻤﺤﺪﺛﻴﻦ

"Ia rendah hati, orang baik, SUNNI, mencintai ulama fikih dan hadis".

Beliau menggambarkan perayaan maulid di masa itu:

ﻭﺃﻣﺎ اﺣﺘﻔﺎﻟﻪ ﺑﺎﻟﻤﻮﻟﺪ ﻓﻴﻘﺼﺮ اﻟﺘﻌﺒﻴﺮ ﻋﻨﻪ؛ ﻛﺎﻥ اﻟﺨﻠﻖ ﻳﻘﺼﺪﻭﻧﻪ ﻣﻦ اﻟﻌﺮاﻕ ﻭاﻟﺠﺰﻳﺮﺓ ﻭﺗﻨﺼﺐ ﻗﺒﺎﺏ ﺧﺸﺐ ﻟﻪ ﻭﻷﻣﺮاﺋﻪ ﻭﺗﺰﻳﻦ

Perayaan maulid yang dilakukan oleh Raja Irbil maka tak sanggup diungkap dengan kata. Semua orang datang ke sana, dari Iraq dan Jazeera. Juga dibuatkan kubah dari kayu dan dihias, untuk beliau dan para pemimpin (Siyar Alam An-Nubala, 22/336)

Demikian pula yang disampaikan oleh Al-Hafidz Ibnu Katsir:

ﻭﻛﺎﻥ ﻳﻌﻤﻞ اﻟﻤﻮﻟﺪ اﻟﺸﺮﻳﻒ ﻓﻲ ﺭﺑﻴﻊ اﻷﻭﻝ ﻭﻳﺤﺘﻔﻞ ﺑﻪ اﺣﺘﻔﺎﻻ ﻫﺎﺋﻼ، ﻭﻛﺎﻥ ﻣﻊ ﺫﻟﻚ ﺷﻬﻤﺎ ﺷﺠﺎﻋﺎ ﻓﺎﺗﻜﺎ ﺑﻄﻼ ﻋﺎﻗﻼ ﻋﺎﻟﻤﺎ ﻋﺎﺩﻻ ﺭﺣﻤﻪ اﻟﻠﻪ ﻭﺃﻛﺮﻡ ﻣﺜﻮاﻩ

Ia melaksanakan Maulid di bulan Rabiul Awal dengan perayaan yang besar. Ia seorang yang mulia jiwanya, pemberani, penakluk, pahlawan, cerdas, berilmu dan adil. Semoga Allah memberi Rahmat untuknya dan memuliakan tempatnya (Al-Bidayah, 13/160)

Setelah itu amalan ini diterima luas oleh umat Islam seperti yang disampaikan oleh Al-Hafidz As-Sakhawi:

قَالَ الْحَافِظُ أَبُوْ الْخَيْرِ السَّخَاوِي - رَحِمَهُ اللهُ تَعَالَى - فِي فَتَاوِيْهِ: عَمَلُ الْمَوْلِدِ الشَّرِيْفِ لَمْ يُنْقَلْ عَنْ أَحَدٍ مِنَ السَّلَفِ الصَّالِحِ فِي الْقُرُوْنِ الثَّلَاثَةِ الْفَاضِلَةِ، وَإِنَّمَاَ حَدَثَ بَعْدُ، ثُمَّ لَا زَالَ أَهْلُ اْلإِسْلَامِ فِي سَائِرِ اْلأَقْطَارِ وَالْمُدُنِ الْكِبَارِ يَحْتَفِلُوْنَ فِي شَهْرِ مَوْلِدِهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بِعَمَلِ الْوَلَائِمِ الْبَدِيْعَةِ الْمُشْتَمِلَةِ عَلَى اْلأُمُوْرِ الْبَهْجَةِ الرَّفِيْعَةِ وَيَتَصَدَّقُوْنَ فِي لَيَالِيْهِ بِأَنْوَاعِ الصَّدَقَاتِ وَيُظْهِرُوْنَ السُّرُوْرَ وَيَزِيْدُوْنَ فِي الْمَبَرَّاتِ وَيَعْتَنُوْنَ بِقِرَاءَةِ مَوْلِدِهِ الْكَرِيْمِ وَيَظْهَرُ عَلَيْهِمْ مِنْ رَكَاتِهِ كُلَّ فَضْلٍ عَمِيْمٍ.

Al-Hafidz as-Sakhawi berkata dalam Fatwanya: Amaliyah Maulid tidak diriwayatkan dari seorang ulama Salaf dalam 3 kurun yang utama. Amaliyah ini dilakukan sesudahnya, kemudian umat Islam di seluruh penjuru dan kota besar selalu merayakannya di bulan kelahiran Nabi Saw, dengan perayaan yang indah dan agung, mereka bersedekah di malam harinya, menampakkan rasa suka cita, menambah belanjanya, dan membaca kelahiran Nabi Saw. Dan tampak kepada mereka berkahnya-Nabi dengan merata (Subul al-Huda wa ar-Rasyad 1/362).

Bagaimana dengan penolakan Maulid saat ini? Saya ikut pedoman dari Nabi agar ikut mayoritas:

« إِنَّ أُمَّتِى لَنْ تَجْتَمِعَ عَلَى ضَلاَلَةٍ فَإِذَا رَأَيْتُمُ اخْتِلاَفًا فَعَلَيْكُمْ بِالسَّوَادِ الأَعْظَمِ ». (رواه ابن ماجه عن أنس)

Hadis: “Umatku tidak akan berkumpul di atas kesesatan. Jika kalian melihat perbedaan, maka ikutilah mayoritas umat Islam” (HR Ibnu Majah dari Anas)

Sunday, September 3, 2023

Fakta-fakta tentang al-Imam al-Ghazali yang jarang diketahui orang

Fakta-fakta tentang al-Imam al-Ghazali yang jarang diketahui orang. Kalau Gus Ulil Abshar Abdalla pasti sudah tahu:

1. ia pakar perbandingan agama. Dalam bidang ini al-Ghazali menulis kitab: al-Radd al-Jamil Li Ilahiyati Isa Bi Sharih al-Injil (Counter wacana yang baik untuk Ketuhanan Isa Perspektif Kitab Injil)

2. Dia tidak memiliki anak laki-laki tetapi nama kunyahnya adalah Abu Hamid (bapaknya Hamid). Kata Ulama kenapa mendapat panggilan ini sebab banyak mengucap hamdalah atau karena alasan tafaulan.

3. Sosok ulama multilangual (menguasai beberapa bahasa). al-Ghazali bukan hanya menguasai bahasa arab tetapi juga persia. Bukunya yang berjudul: al-Tibr al-Masbuq fi Nashihah al-Muluk yang berisi pandangan al-Ghazali tentang Politik dan Pemerintahan berbahasa Persia. Sekarang yang kita baca sudah versi terjemah dalam bahasa Arab. Konon ia juga menguasai bahasa Ibrani alasannya dalam kitab al-Radd al-Jamil, ia banyak mengadaptasi bahasa Ibrani.

4. Pernah dipuji gurunya. saat al-Ghazali merilis kitab al-Mankhul min Ta'liqah al-Ilm al-Ushul ia dipuji guru besarnya, al-Haramain. Bahkan sang guru berkata: "Kitabmu ini menenggelamkan namaku. Tidakkah kau sabar sebentar. Kepopularan Kitabmu menenggelamkan kitabku"

5. al-Ghazali lahir dari keluarga orang biasa. Ayahnya hanya seorang pedagang di pasar tetapi ia mencintai para alim ulama dan sering hadir di majelis debat atau bahtsul masail ulama untuk menyaksikan para alim berdiskusi sembari dalam hati kecilnya terus menangis agar ia dikaruniai seorang anak seperti mereka. Benar saja, lahir al-Ghazali yang namanya terus dibicarakan hingga hari ini.

Kisah di atas diadaptasi dari buku: Suluk Teladan: Keulamaan, Kearifan dan Keteladanan Ulama Ushul FIqh. Pesan buku tersebut dengan bonus tanda tangan penulisnya di sini: https://shp.ee/qkch75k. Tabik.

Ahmad Husain Fahasbu