Dalam kitab Mir'atuz Zaman, Syeh Yusuf menceritakan :
"Abdus Shomad bin Hammam adalah salah seorang yg berada di garis kiri, seorang hartawan yg membenci Syeh Abdul Qodir Al Jaelani dan sering mengingkari karomah-karomah beliau. Abdus Shomad benar2 tidak percaya.
Namun belakangan, ia bersahabat karib dengan Syeh Abdul Qodir. orang2 heran dengan perubahan tsb. Setelah Syeh Abdul Qodir wafat, Abdus Shomad di tanya tentang perubahan pada dirinya itu, Abdus Shomad menjawab :
' Aku memang seperti yg kalian tahu, pada suatu hari aku kebetulan melintasi madrasah Syeh Abdul Qodir, waktu itu adzan berkumandang dan dalam hati ku befikir utk mengerjakan sholat dengan cepat lalu membuang hajat.
Aku berjalan dengan telanjang kaki, Aku masuk dan ku melihat dinding yg biasa di sandari Syeh Abdul Qodir, dan akupun sholat di tempat itu.
Aku tidak merasa bahwa hari itu adalah hari dimana beliau biasa menyampaikan ceramah. Orang2 mulai padat sehingga tidak mungkin aku keluar. Aku tambah keburu agar pengajian itu segera selesai .Syeh Abdul Qodir naik keatas mimbarnya. Aku tak tahan sehingga kebencianku thd Syeh Abdul Qodir semakin menjadi-jadi.
Namun aku bingung dengan diriku sendiri setelah mencium sesuatu di bajuku. Orang2 yg hadir mencium bau kotoran dariku. Aku setengah mati menahan malu. ketika aku sedang berfikir apa yg musti ku lakukan, tiba2 Syeh Abdul Qodir turun dari mimbarnya dan menutupiku dengan lengan bajunya. Aku serasa ada di sebuah taman hijau di padang rerumputan, di sana terdapat air yg mengalir. Aku membuang hajatku , setelah itu aku mengambil wudlu dan sholat dua roka'at. Kemudian Syeh Abdul Qodir mengangkat lengan bajunya dari kepalaku. Aku pun kembali berada di tempat semula, di dekat mimbarnya. Semua rasa sakit di perutku hilang. Dari situlah ketakjubanku kepada beliau semakin bertambah kuat. Aku melihat di beberapa ujung bajuku masih tampak basah oleh air tadi. Aku sungguh di buat bingung dan tak mengerti apa yg sebenarnya terjadi.
Setelah pengajian selesai, aku ikut pulang. Namun sapu tangan dan kunci peti hartaku hilang entah kemana. Aku telah berusaha mencarinya di tempat ku berada di dalam majelis itu. tapi usahaku sia2. Akupun pulang kerumah dan meminta tukang kunci utk membuatkan duplikatnya agar peti hartaku dapat di buka.
Pada hari itu juga, kebetulan aku ingin bepergian ke Iraq utk urusan penting.
Setelah 3 hari keluar dari kota Baghdad aku melewati suatu padang hijau yg di sana terdapat sungai yg mengalir.
Beberapa teman berkata, ' tidakkah lebih baik kita berhenti dan mengerjakan sholat dulu di sini dan makan2 sebentar, sebab kita tidk akan menemukan seperti ini lagi di depan sana.'
Akupun turun dari kendaraan, ku amati tempat itu dan tidak di ragukan lagi, aku pernah mengambil air wudlu di tempat itu . Lalu aku pergi menuju suatu tempat yg pernah aku tempati utk sholat . Ternyata, tak di sangka aku menemukan sapu tangan dan kunciku yg pernah hilang pada waktu mengikuti pengajian Syeh Abdul Qodir Al Jaelani.
SUBHAANALLOH ....
Wallohu a'lam.
No comments:
Post a Comment