Tuesday, May 29, 2018

SEPENGGAL KISAH DARI ABUYA SAYYID MUHAMMAD AL-MALIKI...

SEPENGGAL KISAH DARI ABUYA SAYYID MUHAMMAD AL-MALIKI...

Diceritakan oleh salah satu Murid Beliau :
"Pada suatu Malam di Bulan Ramadhan, Abuya Sayyid Muhammad Al-Maliki sangat sibuk dengan banyak hal, sehingga Beliau baru siap untuk beristirahat pada pukul 02.00 dini hari".

"Ketika Beliau siap untuk beristirahat tiba-tiba Beliau berkata :
"Andai saja ada Nasi Biryani yang masih panas".

"Sayapun tersenyum karena menganggap kalimat Abuya tersebut hanya sebuah candaan, tetapi sepertinya Abuya memang sedang membayangkan Nasi Biryani, mungkin dikarenakan kesibukan Beliau sejak selesai Tarawih tadi membuat Beliau merasa lapar lebih cepat".

"Beberapa saat kemudian terdengar suara bel pintu gerbang berbunyi, kami pun terkejut karena ada tamu tengah malam begini".

"Tak lama kemudian penjaga pintu gerbang datang memberi tahu bahwa ada seseorang yang ingin bertemu dengan Abuya, saya lupa siapa orang tersebut, yang pasti dia orang Makkah Murid Abuya".

"Dengan perasaan aneh Abuya mengizinkan Tamu itu masuk".

"Tamu tersebut masuk membawa nampan besar yang tertutup, nampan itu diletakkan di hadapan Abuya yang sedang duduk di kursi".

"Setelah basa basi sebentar, Tamu tersebut pamit untuk pulang, suasana masih sedikit tegang karena kami merasa bahwa itu "Tidak wajar" seorang Murid Abuya berani menemui Beliau ditengah malam hanya untuk memberikan makanan".

"Abuya menyuruh seorang dari kami untuk membuka nampan besar tersebut, ternyata isinya adalah Nasi Biryani yang masih panas!".

"Kami semua tersenyum dan tiba-tiba sadar dan ingat kalau sepuluh menit yang lalu Abuya menginginkan Nasi Biryani".

"Namun tiba-tiba Abuya Beristighfar berulang-ulang, murung dan Wajah Beliau nampak sangat sedih".

"Beliau kemudian berkata:
"Andai saja tadi aku menginginkan Ampunan Allah saja, andai saja tadi aku tidak menginginkan Nasi Biryani."

"Abuya merasa Allah Swt telah Mengabulkan keinginan Beliau...Beliau sangat sedih dan menyesal karena keinginan itu adalah Kenikmatan Dunia, yaitu berupa Makanan".

"Penyesalan itu membuat Abuya menjadi tidak selera makan, Beliau nampak sedih seperti kehilangan sesuatu yang amat Berharga".

Allahumma Shalli 'Alaa Sayyidina Muhammad Wa 'Alaa Aali Sayyidina Muhammad.

Monday, May 28, 2018

Wanita Salat Tarawih di Masjid, Bolehkah?

Wanita Salat Tarawih di Masjid, Bolehkah?

Perlu diketahui bahwa kaum wanita diberi kebebasan penuh dalam memilih melaksanakan salat tarawih, boleh melaksanakannya dirumah, boleh juga di masjid. Bahkan mengajak atau meminta bantuan kepada sanak saudarinya untuk salat bersama juga tidak apa-apa. Sebab, tolok ukur dalam salat tarawih bukanlah tempat pelaksanaannya melainkan kenyamanan hati dimana kaum hawa lebih tenang dan khusyuk menghadap Tuhannya. Demikian juga ditegaskan Imam syafii bahwa tidak ada perbedaan antara pahala laki-laki dan perempuan dalam melaksanakan salat tarawih, dimanapun lokasinya.

Dan bagi kaum laki-laki seharusnya tidak melarang para istrinya untuk pergi ke masjid, maka adanya larangan terhadap kaum wanita yang hendak pergi ke masjid tidak dapat dibenarkan, baik dalam rangka belajar, salat tarawih, dan membaca al-Qur’an. Rasulullah saw. berpesan “Janganlah sesekali kalian melarang para hamba sahaya wanita untuk pergi ke masjid”(HR. Imam Ahmad).

Adapun maksud dari ungkapan Nabi Saw., “lebih baik melaksanakan salat dirumah”  yaitu, sesungguhnya yang lebih utama bagi wanita ialah menutupi/ menjaga diri dengan sebaik-baiknya. Itulah mengapa Islam tidak pernah mengekang kaum perempuan untuk keluar rumah demi memenuhi kebutuhannya,seperti membeli yang dibutuhkan, bertamasya dan lain sebagainya. Lebih-lebih hendak keluar menuju masjid yang merupakan tempat ibadah bersama. 

○ Maulana Syaikh Ali Jum'ah
(Fatawa An-Nisa')

Allahumma sholli 'ala sayyidina Muhammad nabiyil umiyi wa'ala aalihi washohbihi wasalim

Friday, May 18, 2018

tips membedakan (وأهلها غافلون ) (وأهلها مصلحون )  (وأهلها ظالمون ) Dalam Alquran?

tips membedakan
(وأهلها غافلون ) (وأهلها مصلحون )  (وأهلها ظالمون )
Dalam Alquran?
هذه الأيات الثلاثة نربط كل أية مع اسم  السورة

﴿ذلِكَ أَن لَم يَكُن رَبُّكَ مُهلِكَ القُرى بِظُلمٍ وَأَهلُها غافِلونَ﴾
[الأنعام: ١٣١]

نربط بين كلمة (غافلون ) واسم السورة (الأنعام )
فالأنعام كائنات غير عاقلة أي غافلة .
keterkaitan antara gofilun dan surat al an'am yang artinya hewan ternak.maksudnya binatang ternak itu tak berakal yang jadi pelupa.
🌷🌱🌷🌱🌷🌱

🌖 وقال الله تعالى :

﴿وَما كانَ رَبُّكَ لِيُهلِكَ القُرى بِظُلمٍ وَأَهلُها مُصلِحونَ﴾
[هود: ١١٧]

نربط كلمة (مصلحون ) مع اسم السورة (هود)
وهود عليه السلام رجل صالح وهو نبي ورسول 👍.
Sedangkan Keterkaitan Muslihun dan ismu surat (hud) adalah, nabi Nuh seorang yang solih.

🌖 وقال الله تعالى:

﴿وَما كانَ رَبُّكَ مُهلِكَ القُرى حَتّى يَبعَثَ في أُمِّها رَسولًا يَتلو عَلَيهِم آياتِنا وَما كُنّا مُهلِكِي القُرى إِلّا وَأَهلُها ظالِمونَ﴾
[القصص: ٥٩]

نربط بين كلمة (ظالمون ) واسم السورة (القصص) .
فقد ذكر في هذه السورة قصة قارون ، ومعلوم أنه رجل ظالم لنفسه ولغيره ، ولم تذكر قصة قارون إلا في هذه السورة .
Keterkaitan dolimun dengan ismu surat Qosos, bahwa ayat ini menceritakan kisah Qorun yang berbuat dolim pada dirinya sendiri dan org lain.

Tuesday, May 15, 2018

Seberapa Jauh Jarak yang Membolehkah Dua Jumatan dalam Satu Desa?

Khoiron, NU Online | Selasa, 15 Mei 2018 15:00

Menurut pendapat kuat dalam madzhab Syafi’i, tidak diperbolehkan mendirikan dua Jumatan atau lebih dalam satu desa tanpa ada hajat (kebutuhan). Oleh karenanya, bila terdapat dua jum’atan dalam satu desa, maka yang sah adalah jum’atan yang pertama kali melakukan takbiratul ihram, sedangkan jum’atan kedua tidak sah. Dan apabila takbiratul ihramnya bersamaan, maka kedua jum’atan tersebut tidak sah. 

Ditemukan di beberapa daerah, jarak rumah sebagian penduduknya dengan tempat pelaksanaan Jumat terlampau jauh, karena luasnya daerah tersebut. Hal ini menimbulkan masyaqqah (keberatan) bagi mereka andaikan mereka dituntut untuk melakukan Jumat di satu tempat. Pertanyaannya kemudian, bolehkah bagi sebagian penduduk tersebut mendirikan Jumat kedua karena alasan jarak yang jauh?

Ulama menegaskan bahwa salah satu hajat yang memperbolehkan berdirinya lebih dari satu Jumat dalam satu daerah adalah jauhnya jarak menuju tempat Jumatan. Faktor jauhnya tempat adakalanya disebabkan seseorang berada pada sebuah tempat yang tidak dapat terdengar azan Jumat di tempat tersebut, atau berada pada tempat yang seandainya ia berangkat dari tempat tersebut setelah terbit fajar, maka tidak dapat menemui Jumat.

Sayyid Abdurrahman bin Muhammad al-Masyhur menegaskan:

والحاصل من كلام الأئمة أن أسباب جواز تعددها ثلاثة ضيق محل الصلاة بحيث لا يسع المجتمعين لها غالباً، والقتال بين الفئتين بشرطه، وبعد أطراف البلد بأن كان بمحل لا يسمع منه النداء، أو بمحل لو خرج منه بعد الفجر لم يدركها، إذ لا يلزمه السعي إليها إلا بعد الفجر اهـ

“Kesimpulan dari statemen para imam, sebab-sebab diperbolehkannya berbilangnya Jumat ada tiga. Pertama, sempitnya tempat shalat, dengan sekira tidak dapat menampung jamaah Jumat menurut keumumannya. Kedua, pertikaian di antara kedua kubu sesuai dengan syaratnya. Ketiga, jauhnya sisi desa, dengan sekira berada pada tempat yang tidak terdengar azan atau di tempat yang seandainya seseorang keluar dari tempat tersebut setelah fajar, ia tidak akan menemui Jumat, sebab tidak wajib baginya menuju tempat Jumat, kecuali setelah terbit fajar subuh.” (Sayyid Abdurrahman bin Muhammad al-Masyhur, Bughyah al-Mustarsyidin, Beirut-Dar al-Fikr, 1995, halaman 51)

Lantas berapakah batasan jauh tersebut jika dikonversikan dalam bentuk kilo meter? Dalam keputusan Muktamar Nahdlatul Ulama ke-6 di Pekalongan 27 Agustus 1931 M disebutkan batasan jauhnya tempat tinggal penduduk dengan masjid yang membolehkan bagi mereka untuk mendirikan Jumat kedua adalah 1 mil syar’i, yaitu jarak 24 menit dengan jalan kaki biasa, atau jarak 1,666 KM.

Berikut bunyi keputusannya:

“Masyaqah ialah kesukaran berkumpulnya penduduk yang berkewajiban shalat Jumat dalam suatu tempat karena berjauhan tempat tinggal mereka dari masjid dengan jarak 1 mil syar’i, yaitu jarak 24 menit dengan jalan kaki biasa atau jarak 1666,667 meter”. (Ahkam al-Fuqaha’ Solusi Problematika Aktual Hukum Islam, Keputusan Nomor 118, Surabaya, Khalista, 2011, halaman 113)


Simpulannya, diperbolehkan bagi penduduk yang rumahnya jauh dengan masjid, minimal sejauh 1,666 km, untuk mendirikan Jumatan kedua di daerah tersebut. Jika tidak memenuhi standar jauh tersebut, maka tidak diperkenankan mendirikan Jumat kedua kecuali ada hajat lain selain alasan jauhnya tempat, seperti daya tampung masjid yang terbatas atau konflik internal yang menuntut mereka mendirikan Jumatan di tempat lain.

Demikian semoga bisa dipahami dengan baik dan bermanfaat. (M. Mubasysyarum Bih

Thursday, May 3, 2018

FADHILAH AIR BEKAS WUDHU.

FADHILAH AIR BEKAS WUDHU.
.
.
.
Kata Abah Guru Sekumpul: "Kalau ada seorang Isteri yang belum mempunyai keturunan, suruh isteri tadi minum air bekas wudhu suaminya, Insya Allah cepat mempunyai keturunan. dan apabila ada seorang isteri yang berani kepada suaminya, sering marah kepada suaminya, suruh isteri itu minum air bekas wudhu, Insya Allah isteri itu akan bakti dan tho'at kepada suaminya.
.
.
Kata abah Haji (guru Zuhdi): "Berwudhu itu menggugurkan dosa. air bekas wudhu itu obat segala penyakit. jadi siapapun yang ada penyakit seperti sakit perut atau yang lainnya, minum air bekas wudhu kita itu, Insya Allah akan sembuh karena air bekas wudhu itu obat segala penyakit.
.
.
Kata abah (H.AbdurRahman): "Kata almarhum guru disekumpul "Air bekas wudhu seorang ibu insya Allah bisa menjadikan seorang anak menjadi cerdas. Kalau ada seorang anak yang nakal atau lambat faham dalam suatu pelajaran, suruh anak itu minum air bekas wudhu ibunya, Insya Allah anak itu jadi cerdas dan cepat faham dalam suatu pelajaran.
.
.
Semoga kita bisa mengamalkannya.
Mudah2an kita semua lantaran Rasulullah saw, dosa2 kita semua diampuni oleh Allah.
Berkat Waliyullah, qobul segala hajat selamat dunia akhirat, mati dalam keadaan Husnul Khatimah dan masuk surga bighoiri hisaab, terkumpul didalam surga bersama Rasulullah, Datu Kalampayan, alhm. Guru disekumpul dan semua para auliya Allah Aamiin...

(Ahbab Muhammad KH.Muhammad Zaini bin Abdul Ghani (alhm.guru disekumpul). #KH.Ahmad Zuhdi annoor (abah Haji/guru Zuhdi).
.
.
.
#Ighfir #Dzunuubii

Mengenal Sosok KH. Nur Hamim Adlan, Mursyid TQN dari Ponorogo

Idaroh Wustho Jam’iyah Ahlith Thariqah Al-Mu’tabarah An-Nahdliyyah (JATMAN) Jawa Timur terletak di Kauman III/29, Mojoagung, Jombang. Seperti umumnya di daerah Jawa Tengah atau di Jawa Barat, yang berkembang di Jawa Timur adalah tarekat-tarekat dengan pengikut besar seperti Qadiriyah wan Naqsyabandiyah (TQN) dan Syadziliyah.

Pengikut tarekat yang berkembang di Jatim rata-rata mengambil baiat dari KH. Romli Tamim Rejoso Jombang dengan tarekat Qadiriyah wan Naqsyabandiyah yang dilanjutkan oleh KH. M. Utsman al-Ishaqy Jatipurwo Surabaya, KH. Abdul Jalil Mustaqim Peta Tulungagung dengan tarekat Syadziliyah, dan KH. M. Muhadi Bogbogan Tanjunganom Nganjuk dengan tarekat Qadiriyah wan Naqsyabandiyah yang diteruskan oleh KH. Nur Hamim Adlan Ponorogo.

KH. Nur Hamim Adlan mampu hidup di desa yang penuh angkara murka. Beliau ibarat ikan laut, biarpun hidup di air asin tapi tidak ikut asin. Di masa kecil rumahnya sering dijadikan ajang perjudian oleh lingkungannya. Namun beliau mampu merintis madrasah bergedung dan berkelas pada tanggal 9 Mei 1991 M/24 Syawal 1411 H. Padahal sebelumnya di lingkungan beliau paling lama empat tahun biasanya murid sudah habis.

KH. Nur Hamim Adlan lahir di Ponorogo pada tanggal 21 April 1957 M. Ayahnya bernama Kromo Kisman dan ibunya bernama Kasmirah. Ayahnya lahir di Klepu Desa Purworejo Kecamatan Balong Kabupaten Ponorogo. Berdarah pendiri pondok pesantren yang beberapa santrinya adalah keluarga keraton Solo. Tapi sekarang sudah rata dengan tanah, orang biasa menyebutnya dengan dukuh Mejid. Nenek moyangnya termasuk pejuang Nglorok dan sudah bertitel Haji. Dari pihak ibu masih berdarah wali, Mbah Djonasi, yang makamnya terkenal keramat.

KH. Nur Hamim Adlan saat mudanya ngaji di Mu’allimin Durisawo tiap pagi. Sedangkan tiap sorenya ngaji di PP MMH Mayak Ponorogo. Semasa mudanya dijuluki “Robot” karena kekarnya, dipukul orang pun tidak pernah terasa. Pernah suatu ketika orang sepuluh dijunjung (dipanggul) selama tiga jam saat panjat pinang. Dan Kiai Hamim tidak memegang pohon pinangnya sama sekali. Sejak itulah masyarakat Kelurahan Purbosuman Ponorogo mulai simpati dan hormat padanya. Dan masyarakat sekitar mulai memanggilnya dengan sebutan Kiai, apalagi setelah berdirinya Pondok Pesantren Nahrul Ulum.

Sekitar tahun 1983 sewaktu Kiai Hamim Adlan bin Kisman masih mondok di Pesantren Tebuireng nampak keistimewaan pada dirinya. Disaksikan teman sebangku kuliahnya di Fakultas Syari’ah Universitas Hasyim Asy’ari Tebuireng Jombang, bernama Lamro. Pada suatu malam Lamro wiridan di dekat makam Hadhratus Syaikh Hasyim Asy’ari. Tiba-tiba ia terkantuk lalu mendadak bangun karena mendengar suara dengan jelas di dalam kubur Mbah Hasyim Asy’ari. Suara itu jelas suaranya KH. Nur Hamim Adlan dan suara Hadhratus Syaikh KH. Hasyim Asy’ari. Sepertinya Mbah Hasyim Asy’ari sedang memberi wejangan dan pengajaran kepada KH. Nur Hamim Adlan.

Kemudian Lamro menemui Kiai Hamim temannya, lalu berkata, “Mim, kamu tidak ada manfaatnya di Tebuireng. Demi Allah bukan maksudku mengusirmu, tapi menurut perasaan saya bagi kamu ilmu di Tebuireng ini sudah habis. Insyaallah tidak ada santri Tebuireng yang sehebat kamu. Pulanglah! Akan saya tunggu dan saya saksikan kehebatan tersebut.”

Dan Pak Lamro yang nama lengkapnya Drs. H. Lamro Ashari, sejak tahun 1979 sampai sekarang belum pulang. Sudah berpegawai negeri dan membantu mengajar sekaligus Tim Keamanan inti SMA Wahid Hasyim Tebuireng Jombang serta salah satu pengurus Yayasan Hasyim Asy’ari. Kini kediamannya di Desa Seblak, sebelah barat Tebuireng.

Pada bulan Rajab  tahun 1998 M, pernah KH. Nur Hamim Adlan dipanggil Gus Kholiq almarhum agar datang ke Pondok Pesantren Tebuireng. Setelah sampai di sana Kiai Hamim kebingungan di mana makam KH. Abdul Kholiq Hasyim (Gus Kholiq).

Lalu ia bertemu dengan teman lamanya yang bernama Drs. Zainal Arifin yang sehari-hari bertugas sebagai Pengurus Perpustakaan Pesantren Tebuireng. Kiai Hamim berkata pada Bpk. Zainal Arifin, “Kang aku kok ditimbali Gus Kholiq, tuduhno sarehane!”

Jawab Bpk. Zainal, “Lho Kang, sampeyan kok ditimbali Gus Kholiq, opo arep diparingi ilmu kejadukan?” Memang konon kabarnya, pembantunya Gus Kholiq jika memijat badan beliau memakai tongkat besi dan ditumbuk-tumbukkan. Gus Kholiq beratnya mendekati dua kuintal.

Lalu Kiai Hamim berkata, “Menengo, sing penting saiki tuduhno maqome Gus Kholiq.”

Akhirnya Kiai Hamim diantar ke makam Gus Kholiq. Di situ Kiai Hamim diberi amanat oleh Gus Kholiq berupa Surat An-Nashr 1000 kali dan agar diamalkan setiap seminggu sekali di Tebuireng dekat makam KH. Hasyim Asy’ari. Pada waktu Gus Kholiq memanggil itu, Jawa Timur sedang digoncang dengan isu Ninja (1 Oktober 1998). Dengan rajin Kiai Hamim seminggu sekali datang ke Tebuireng membaca amalan tersebut. Baru setelah Gus Dur menjadi Presiden, Gus Kholiq memberi isyarat agar amalan itu dihentikan.

Sejak 1980 Kiai Hamim sudah mengajar sebagai mubaligh di Tuwawo Kenjeran Surabaya dan Kepala SD Budiyakin II Rangkah Tegalrejo Surabaya. Tahun 1985-1993 ia mengajar di Ponpes Hudatul Muna Jenes Ponorogo, Ponpes Darul Huda Mayak Ponorogo, MTs Al-Rasyid Ponpes Hidayatul Mubtadi’in Klego Mrican Ponorogo dan Mu’allimat Ma’arif Ponorogo.

Pada tahun 2003 Kiai Hamim yang merupakan Mursyid Thariqah Qadiriyah Naqsyabandiyah dari KH. Imam Muhadi Bagbogo Tanjung Anom Nganjuk menjabat sebagai Mudir Am Syu’biyah JATMAN Ponorogo, Ketua Syuriyah MWC NU Ponorogo, Ketua Umum MUI Ponorogo.

Diantara guru-guru Kiai Hamim adalah KH. Adlan Ali Cukir Jombang, KH. Syamsuri Badawi Tebuireng Jombang, KH. Asror Ridhwan Kaliwungu Kendal, KH. Abdul Hamid Pasuruhan, KH. Dahnan Trenggalek, KH. Mahrus Ali Lirboyo, KH. Abdul Majid Blega Madura, KH. Hasyim Sholeh Mayak Ponorogo dan KH. Imam Muhadi Bagbogo Nganjuk.

Tanggal 24 Syawal 1411 H/ 9 Mei 1991 M adalah tanggal resmi Kiai Hamim mendirikan Pondok Pesantren Nahrul Ulum Purbosuman Ponorogo. Hingga kini Ponpes Nahrul Ulum memiliki 5 unit pendidikan; Tarbiyatul Mu’allimin Subulus Salam yang mengedepankan kitab-kitab salafiyah, Madrasah Diniyah Al-Anwar, TPQ  Al-Anwar, TK Muslimat Sumber Sari dan MI Al-Ihsan. (Syaroni as-Samfuriy

Cara Kai Umar Mangkuyudan Tanggapi Bayi yang Rewel

Suatu ketika ada salah satu cucu Kiai Umar bin Abdul Mannan asal Mangkuyudan, Solo, yang sangat rewel. Bahkan, setiap hari orang tuanya harus begadang hingga dini hari karena ulah sang bayi yang selalu menangis tersedu. Penyebabnya pun tak diketahui dengan jelas dan berbagai cara yang telah dilakukan orang tua dalam rangka menenangkan sang buah hati, juga tak menuai hasil sama sekali.

Merasa tak tahan terhadap sikap sang anak, orang tua tersebut berinisiatif untuk sowan kepada Kiai Umar agar disuwuk, didoakan supaya sang bayi mendapat ketenangan. Ia kemudian matur kepada kiai, “Mbah niki pripun,putra kula kok rewel sanget (Mbah ini bagaimana, kok anak saya rewel sekali)?”

Mendengar aduan orang tua sang bayi, Kiai Umar malah tersenyum dan menimang-nimang bayi tersebut. Kemudian ia berkata, “Iki ora nangis iki, bayi iki lagi nderes, lagi ngaji. Ayo sing banter ngajine, ayo sing kenteng nderese! (Bayi ini (hakikatnya) tidak sedang menangis, bayi ini sedang mendaras Al-Qur’an. Ayo yang keras ngajinya, ayo yang kuat tadarusnya!),” kata Kiai Umar seraya mengelus-elus sang bayi.

Mendengar hal tersebut, kedua orang tua tersebut hanya bisa mengamini saja. Berharap apa yang dikatakan kiai pengasuh Pesantren Al Muayad Mangkuyudan Solo ini menjadi doa yang terkabul di kemudian harinya.

Dan ternyata benar. Seiring berjalannya waktu. Sang bayi tumbuh menjadi pribadi yang cinta akan Al-Qur’an. Hal itu terbukti dengan berhasilnya ia mengkhatamkan hafalan Al-Qur’an 30 juz, di usianya yang masih belasan tahun.

Dari kisah tersebut dapat diambil hikmah bahwa dalam menanggapi kenakalan buah hati—atau segala sesuatu yang timbul darinya yang tak mengenakkan hati—sebaikanya ditanggapi dengan kata-kata yang positif. Jangan malah mengelurkan kata-kata kotor atau mengumpat sang anak, yang bisa jadi itu malah menjadi doa buruk yang terkabulkan. Na’udzubillah. (Ulin Nuha Karim)

Kisah ini pernah dituturkan Pengasuh Pesantren Sirojuth Tholibin Brabo Tanggungharjo Grobogan, KH Muhammad Shofi Al Mubarok yang juga salah satu cucu KH Umar bin Abdul Mannan Solo. Via: nu.or.id