3 DEBAT IBN TAIMIYAH
Syaikh Ibn Taimiyah beberapa kali melakukan debat dengan ulama' Asy'ariyah. Tapi menurut saya, ada tiga kisah debat beliau yang paling berkesan dalam catatan sejarah dan boleh dikatakan menampakkan pemikiran beliau yang sebenarnya.
I. DEBAT DENGAN IMAM IBN ATHAILLAH:
Saat itu, tersebar dakwaan bahwa Ibn Taimiyah mengkafirkan pelaku istighotsah dengan Nabi dan beberapa masalah lain. Tapi saat diadakan majlis debat dengan Ibn Athaillah as-Sakandari al-Maliki, Ibn Taimiyah berkata, istighotsah dengan Nabi yang sehingga jatuh kafir adalah ketika dengan niatan beribadah kepada Nabi. Ibn Taimiyah juga memperbolehkan tawassul dan berharap syafaat dari Nabi. Setelah pernyataan itu, debat tidak jadi dilanjutkan, sebab ternyata sebagian issu yang berkembang tidak sesuai dengan kenyataan. Kisah ini ditulis oleh murid Ibn Taimiyah sendiri, yaitu Ibn Abdil Hadi dalam al-Uqud ad-Durriyah (I/267) dan beberapa ulama' lain.
Dari pernyataan diatas, dipastikan bahwa pemahaman beliau tentang Istighotsah, tawassul dan berharap syafaat Nabi sangat kontras dengan yang diyakini Salafi Wahabi, pengikutnya, dimana yang sudah masyhur, mayoritas dari mereka mengkafirkan pelaku istighotsah, tawassul dan berharap syafaat Nabi secara mutlak setelah kewafatan beliau.
II. DEBAT DENGAN PARA ULAMA' DAN QADHI:
Dalam kisah debat dengan beberapa ulama' dan qadhi, Ibn Taimiyah menyatakan taubat dan kembali ke akidah imam al-Asy'ari sebagaimana kisah al-Hafiz Ibn Hajar al-Asqallani dalam ad-Durar al-Kaminah (I/148), Imam al-Maqrizi dalam as-Suluk Li Ma'rifah Duwal al-Muluk (II/391) dan ulama' yang menyaksikan kejadian, yakni Imam Syihabuddin an-Nuwairi dalam Nihayatul Arab (XXXII/115).
Musykilnya, setelah kisah taubat tersebut, Ibn Taimiyah masih meyakini akidah lama. Hal itu dibuktikan dengan Ibn Qayyim yang berguru kepada beliau setelah peristiwa taubat tersebut. Dan siapapun tahu, akidah beliau adalah "copy paste" dari akidah sang guru. Karena itu, banyak yang beranggapan bahwa taubat beliau adalah taqiyah. Tapi bagi Salafi Wahabi, kisah taubat tersebut adalah dusta atau hoax sebab kisah tersebut tidak dikisahkan oleh az-Zahabi, Ibn Abdil Hadi, dan Imam Ibn Katsir yang merupakan murid Ibn Taimiyah. Wallahu A'lam.
III. DEBAT DENGAN IMAM AL-BAJI:
Saat hendak berdebat dengan singa Ahlussunnah wal Jama'ah, Imam Alauddin al-Baji, Syaikh Ibn Taimiyah tiba-tiba merendah, menghormat, atau tidak berani. Saat diminta Imam al-Baji untuk memulai debatnya, Ibn Taimiyah berkata: "Orang sepertiku tidak layak berbicara didepan Anda. Bahkan selayaknya aku mengambil faidah dari Anda".
Bahkan saat kali berjumpa, Ibn Taimiyah memuji habis al-Baji. Al-Baji pun berkata: "Jangan memujiku berlebihan! Yang ada di sini hanyalah kebenaran". Dan setelah itu, Ibn Taimiyah dengan suka rela mau merubah 14 masalah dalam kitab yang pernah beliau tulis.
Kisah ini diceritakan oleh Tajuddin as-Subki dalam Thabaqot Syafi'iyah (X/342), Ibn Hajar dalam ad-Durar al-Kaminah (IV/120) dan Ibn Qadhi Syuhbah dalam Thabaqat Syafi'iyah (II/225). Sementara dalam kisah Imam Ibn Katsir, Ibn Taimiyah enggan berjumpa untuk debat dengan Imam Alauddin al-Baji (al-Bidayah wan Nihayah XIV/47).
Kisah mindernya Ibn Taimiyah diatas menampar muka pengikut beliau yang dalam banyak tulisan digambarkan beliau adalah seseorang yang gagah berani melawan Asy'ariyah dan bahkan tidak pernah mundur dalam medan debat.
[Posting ulang]
No comments:
Post a Comment