Monday, July 23, 2018

USAHA BAPAK (1) (KH. Abdul hannan ma'shum)

USAHA BAPAK (1) (KH. Abdul hannan ma'shum)

bagi yang sudah membaca tulisan saya sebelumnya yang berjudul bapak dan ibu, maka pasti ingat rayuan bapak untuk ibuk agar setia menemani meskipun masih kere(melarat).

pada tulisan kali ini akan saya ulas sekilas tentang bagaimana bapak membangun ekonomi keluarga dan pesantren.

bapak adalah seseorang yang lahir dalam keluarga serba kekurangan, ibunya berjualan gorengan dan bapak berjualan kelapa.

tumbuh berkembang dalam lingkungan yang serba kurang tak membuat bapak kecil berpangku tangan, bapak bercerita pernah mengajak kerjasama pemilik lahan kosong untuk ditanami umbi-umbian. bila sudah layak konsumsi, umbi-umbian ini akan dibagi dua dengan pemilik lahan, sebagian untuk makan bapak dan keluarga besarnya sebagian disetorkan ke pemilik lahan(karena kata bapak, waktu kecilnya makanan pokok adalah umbi-umbian. nasi menjadi barang sangat mewah yang jarang sekali bisa dimakan).

setelah selesai SR(sekolah rakyat), atau sekolah raja biasanya bapak guyon. beliau berinisiatif untuk mondok. keinginan ini tak mulus terlaksana. izin orang tua telah didapat, tapi dengan sedikit berat hati karena memang tak ada harta untuk bekal dipondok. kalaupun ada hanya sedikit sekali. ditambah, ada saudara yang menyindir: “ awakmu mondok, opo anak bojomu arep dipangani dampar?(kamu mondok, apa anak istrimu nanti dikasih makan bangku dampar?)”.

tekad sudah bulat, bapak berangkat.

dengan penuh semangat dan perhatian bapak memasuki dunia pesantren dan menikmati nikmatnya ilmu, berbekal beberapa butir kelapa dan 5 kilo beras setiap bulannya selama 6 tahun. ada juga kiriman uang tapi hanya sedikit, biasanya cuman cukup dibelikan garam dan cabe. cabe dijemur hingga kering lalu dicampur keberas, agar terasa sedikit pedasnya hingga sebulan.

kadang bila bapak ingin merasakan sedikit bumbu lain, menunggu teman lain selesai nyambel. lalu ketika cobek bekas sambelnya akan dibersihkan dilarang bapak. dipinjam bentar, disiram sedikit air lalu untuk dimakan dengan nasinya bapak.

setelah memasuki tahun ke 7, ibuknya(nenek saya) bilang ke bapak sambil menangis: “ sakiki aku wes ra kuat ngirim le(sekarang saya tidak mampu mengirimi uang nak)”.

dengan tegas hati bapak menjawab: “ pun buk, namung pangestune njenengan kawulo suwon(sudah bu, hanya doa restu ibuk yang saya minta)”.

setelah itu bapak mencari bekal sendiri dipondok selama 9 tahunan dengan menjadi buruh nulis(juru tulis).  menulis apa saja, dibayar seikhlasnya. bahkan kadang dibayar dengan kitab.

alkisah, saking banyak dan seringnya nulis kitab, bapak hampir hafal beberapa kitab seperti alfiyah dan yang lainnya.

usaha dzohir memenuhi kebutuhan dengan menulis, ikhtiyar batinnya dengan tirakat, wirid, dan juga ziarah ke makam auliya’.

bapak seorang pembelajar, dari siapa saja. bahkan beliau pernah bertanya pada seorang kusir kuda yang cukup sukses punya beberapa kuda. bapak bertanya bagaimana caranya kok bisa sukses? lalu dijawab oleh sang kusir kuda: “kudu ngekehne ping ngurangi sudo(harus memperbanyak perkalian mengurangi pengurangan)”.

yang dimaksud disini adalah harus memperbanyak jalan jalan usaha untuk pemasukan, dan meminimalisir pengeluaran. 

dan ditambah dengan keterangan yang bapak dapatkan dikitab: “bila sudah punya beberapa jalan pemasukan jangan lalu menutup salah satunya. meskipun kecil, selama masih menghasilkan maka harus tetap dijaga usaha itu.”

(bersambung)

#salamKWAGEAN

No comments:

Post a Comment