OLEH OLEH DARI LAMPUNG
Hampir seminggu kemarin saya dilampung, mengurusi beberapa persyaratan haji. Yaitu tes kesehatan dan membikin paspor.
Pada awalnya saya dianjurkan untuk membikin paspor di kediri, toh paspor buatan mana saja bisa digunakan selama masih dalam masa aktif. Saya sudah berusaha bertanya dan minta tolong beberapa kenalan. Dan ternyata semuanya memberikan solusi yang hampir sama, yaitu bisa dibantu memberi surat rekomendasi namun dengan cerita seolah-olah saya akan berangkat umroh melalui biro dari kenalan saya itu.
Saya sempat mengiyakan, dan akan berangkat ke kantor imigrasi. Namun setelah difikir-fikir kok kayaknya gak pantas, saya mau haji, melaksanakan ibadah, kok ya harus ngapusi dulu dalam prosesnya.
Dengan sedikit sungkan, setelah minta tolong kok malah mengurungkan, saya akhirnya menggagalkan surat rekomendasi dari para kenalan.
Alhamdulillah semua bisa memahami alasan saya.
Berangkat ke Lampung hari ahad, naik pesawat, yang awalnya saya sempat ragu dan hampir memutuskan melakukan perjalanan darat saja. Saya ragu Karena beberapa hal. Salah satunya adalah kejadian lion air beberapa bulan lalu yang lumayan membikin trauma. Juga, rute pesawat kelampung hari ini tidak ada yang direct(langsung), semuanya harus transit di jakarta.
Waktu lebih lama, biaya juga lebih mahal.
Alasan lain saya berencana melakukan perjalanan darat adalah karena kepingin mencoba tol baru yang sudah nyambung dari jawa timur hingga pelabuhan merak. Ditambah tol bakauheni hingga kota yang dekat rumah mertua.
Sedikit mengulang hobi melakukan perjalanan jauh yang sudah lama tak terlaksana sejak menikah. Hehehe
Namun karena badan kurang fit, akhirnya saya putuskan untuk naik pesawat saja.
Sebagai penguat, sebelum berangkat saya matur kebapak bagaimana agar saya tidak takut dan diberikan keselamatan oleh Allah. Bapak dawuh:”wacakno laqadjaakum(bacakan ayat laqadjaakum)”. “Peng pinten bah(berapa kali?)”, tanya saya. “Sak kongange(sebisanya)”, jawab bapak.
Memang banyak sekali macam doa dari para kiai demi keselamatan. Ada salah satu kiai saya yang memang terkenal suka ngebut, bahkan dalam usia beliau yang sudah sepuh pun masih suka naik motor rx king. Beliau pernah memberikan ijazah untuk membaca sholawat ketika akan bepergian. “Ben selamet(biar selamat)”, dawuh beliau.
Dan alhamdulillah, tambah lagi doa dalam perjalanan kali ini. Saya bacakan sholawat, dan juga laqodjaakum tujuh kali ketika akan terbang dan akan mendarat.
Kembali pada urusan bikin paspor, bukannya saya sok-sokan baik atau suci ketika memutuskan untuk membuat paspor di lampung lewat jalur resmi, namun karena memang bapak saya selalu mengajari kami untuk taat aturan.
Semisal menggunakan sabuk pengaman ketika naik mobil.
Siapapun yang pernah keluar dengan bapak pasti tahu, setiap akan keluar dari gerbang pondok Kwagean, bapak pasti akan memasang sabuk pengaman. Bahkan meskipun hanya akan keluar ke rumah mbah yang jaraknya satu kilometer.
Dibanyak hal lain, bapak selalu menekankan pada kami untuk berjalan sesuai dengan aturannya.
Sebelum mengakhiri tulisan, saya akan hadirkan cerita(menggunakan redaksi seingatnya) yang saya baca ketika masih remaja dulu, dan kisah ini sangat mengena dalam hati saya hingga saat ini.
“Suatu hari, lewat tengah malam, ada tiga orang pejabat tinggi yang salah satunya adalah menteri. Sang menteri kebetulan yang menyetir mobil.
Ketika lampu rambu-rambu menyala merah, sang menteri menghentikan mobil. Teman yang duduk disebelahnya menyeletuk:’kenapa berhenti, kan tengah malam begini sepi. Gak ada apa-apa’.
Sang menteri menjawab:’peraturan haruslah ditaati. Terutama oleh kita, yang menjadi pejabat tinggi. Memang seharusnya menjadi contoh utama’.”
Memang begitulah, disetiap POSISI yang kita tempati memaksa AKSI yang seharusnya patut.
Semoga kita bisa selalu memberikan aksi yang sesuai dengan hati nurani.
#salamKWAGEAN
No comments:
Post a Comment