* Cerita dari Tarim : Habibku dan kelompok Wahhabi Anti-Maulid
“Waktu itu,Habibku Habib Umar Bin Hafidz mengirimku ke kota Abyan(kota di dekat Aden sekitar 7 Jam dari Tarim)untuk menjadi imam disalah satu masjid di kota itu.
Hingga ketika bulan Robi’ul Awal tiba,beliau memerintahkanku untuk mengadakan pembacaan maulid Nabi di masjid tempat aku menjadi imam,Sam’an wa Thoa’tan,aku sebarkan kabar bahwa Maulid akan diadakan di hari sekian tanggal sekian setelah sholat Maghrib.
(Masalahnya banyak dari penduduk kota Abyan adlh penganut faham Wahhabi,sebagian dari mereka adlh Wahhabi garis keras yg sangat alergi dgn kata-kata maulid,tawassul,ziarah dll)
Di tengah malam,sehari sebelum Maulid diadakan,seseorng menggedor keras-keras pintu rumahku,aku bergegas membuka pintu,tampak gerombolan pemuda bersenjata laras panjang dengah wajah penuh amarah dan kebencian.
“Jika engkau masih tetap mengadakan maulid besok..engkau akan tahu apa yg akan terjadi..!!” Ancam salah satu dari mereka
Aku diam tak menjawab,mereka lantas beranjak pulang,entah apa yg harus aku lakukan,yg ada dlm fikiranku saat ini hanyalah Habibku,Habib Umar Bin Hafidz.
Aku menelpon beliau dan mengabarkan kejadian yg baru saja aku alami,mendengar itu beliau dgn tegas berkata :
“Mereka ingin memusuhi Nabi kita..??tetap adakan maulid..!!”
Aku tau beliau tdk main-main,sebagai murid aku hanya bisa melaksanakan perintah dgn sebaik-baiknya,apapun resiko yg harus kuhadapi.
Tibalah hari yg telah ditentukan,aku berangkat ke masjid sebelum waktu Maghrib tiba,rupanya gerombolan pemuda Anti-Maulid tsb sudah siap dgn senjata lengkap menunggu di depan masjid,aku tdk peduli,yg ada dibenakku hanyalah perintah guruku,Habibku, aku memasuki masjid dan berjalan diantara mereka,di tengah tatapan-tatapan sinis penuh kebencian.
Waktu sholat maghrib tiba,di masjid hanya ada aku dan 2 orng jama’ah, kami hanya bertiga hingga ketika waktu iqamah tiba,seorang bapak-bapak tak dikenal dgn kemeja rapi dan celana panjang datang bergabung bersama kami.
Kami berempat dalam satu jama’ah sdgkan pemuda-pemuda Wahhabi tsb membuat jama’ah lain di shof paling belakang.
Sholat maghrib dan wirid-wiridnya selesai,aku memulai pembacaan maulid dgn “sangat-sangat” cemas,tapi Subhanallah..!!sebuah keajaiban terjadi..kelompok Anti-Maulid tsb diam berdiri dibelakang,mereka hanya bisa menatap dan tercengang seakan akan bingung ingin berbuat apa,sepertinya ada sosok yg begitu mereka takuti sedang duduk di hadapan mereka.
akhirnya pembacaan maulid berjalan lancar dari awal sampai akhir tanpa ada gangguan sedikitpun.
Setelah acara berakhir barulah kami mengetahui bahwa bapak berbaju rapi yg datang sebelum iqomah tadi adalah pemimpin tentara yg paling ditakuti dan disegani di desa tsb,dan ajaibnya ia sama sekali tak pernah datang ke masjid(apalagi sholat di masjid)kecuali di waktu itu,waktu dmn kami akan mengadakan pembacaan maulid sampai acara selesai,sepertinya Allah sengaja “mengirim”nya untuk mengamankan acara maulid kami,dan tentunya untuk membantuku melaksakan perintah Habibku.”
Dgn Melaksanakan perintah guru,kita akan mendapatkan anugrah-anugrah Allah yg tak pernah kita bayangkan sebelumnya,hanya dgn barokah satu kalimat .. “Sami’na Wa Atho’na”,bukankah begitu..?
Kisah di atas bukanlah pengalaman saya,melainkan pengalaman dari guru saya Syaikh Umar Zuaizi’ salah satu murid senior dari maha guru sayaً,Habib Umar Bin Hafidz.
* Tarim,9 Maret,2017
No comments:
Post a Comment