PERNIKAHAN
bukan ingin menulis tentang hukum nikah atau hikmahnya, karena saya tak ingin terjebak dalam tanya jawab masalah perjodohan yang akhirnya melukai para jomblo. Disini saya lebih ingin menulis tentang bagaimana bapak menyikapi masalah perjodohan ataupun pernikahan.
Kebetulan hari ini(senin,10 september) adalah hari terakhir bulan besar, bulan dimana undangan nikahan berjajar. Memasuki tahun baru islam, sekaligus memasuki bulan muharram, bulan dimana orang jawa melarang melakukan pernikahan menurut tradisinya.
Tolong, jangan tanyakan hukum dalam islam menikah dibulan syuro pada saya. Sebagaimana jangan tanyakan hukumnya makan bakso berkuah es campur. Hehehe saya tak ahli dalil apalagi bahtsul masail.
Meskipun bapak setiap hari ngaji kitab kuning, tapi bapak juga sangat menghormati budaya jawa yang dipesankan oleh orang tua. Seperti weton dan bulan jawa. Bukan masalah harinya, tapi ada ilmu kebijaksanaan orang tua didalamnya(ilmu titen).
Meskipun toh sebenarnya, disetiap hal bapak selalu mendahulukan istikhoroh(meminta petunjuk yang terbaik) pada Tuhan.
Ada satu pesan yang saya selalu ingat dari bapak tentang istikhoroh: " lek arep njalok disitikhorohne, sakdurunge kudu noto ati. Apik elek e hasil kudu ditompo lan dilakoni(ketika akan meminta diistikhorohkan, sebelumnya harus menata hati. Bagus jeleknya hasil harus diterima dan dijalani).
Pesan ini, akan sangat berpotensi bentrok pada calon pasangan yang sudah suka sama suka. Maka, untuk yang satu ini, bapak biasanya pesan: "lek wes seneng yo ra usah njalok istikhoroh. Langsung ae dinikah(kalau sudah suka ya gak usah minta istikhoroh. Langsung saja dinikah).
Ketika sudah menikah, bapak seringkali berpesan pada manten anyar: "biasanya, para orang tua ingin anaknya bertempat tinggal dirumah atau minimal dekat dengan orang tua. Tapi saya anjurkan pada pengantin anyar untuk meminta pada ALLAH agar ditempatkan dimanapun selama membawa keberkahan dan kebaikan dunia akhirat. Bagaimana caranya? Yaitu dengan istiqomah membaca:
رب انزلني منزلا مباركا وانت خيرالمنزلين
Dibaca 11kali setiap bakda sholat fardlu. Tetapi, Saya sendiri(bapak) dulu mengamalkan doa ini selama 11 tahun ketika dipondok, setiap hari sebanyak 1000 kali." (Sampai sekarang bapak masih mewiridkan doa ini setiap bakda sholat fardlu sebelas kali).
Memang, dalam setiap wiridan bapak selalu all out. Beliau tak berhitung. Selalu mencurahkan segenap kemampuan untuk wiridan. Tak banyak tapi sungguh.
Maka, bila kita juga ingin ditempatkan pada kelas vip. Maka wiridannya juga jangan yang ekonomi(sedikit). Hehehe
Namun wiridan ini satu hal, dan berikhtiar dengan usaha badan hal lainnya. Maka disamping wiridan doa ini, bapak menganjurkan para pengantin baru untuk tetap menggerakkan tangan(berUSAHA). Sesuai dengan dawuh nabi dalam hadis qudsi:
يا عبدي حرك يدك ارزق عليك
(Wahai hambaku, gerakkan tanganmu maka akan saya berikan rezeki kepadamu)
Hanya perlu diingat, dalam berusaha pun harus disertai ilmu USAHA.
من اراد الدنيا فعليه بالعلم
(Barang siapa yang menginginkan hasil pada dunia, maka dia harus menguasai ilmunya dunia)
Demikian ringkasan pesan yang biasanya disampaikan oleh bapak disetiap resepsi pernikahan. Bapak memang selalu singkat dalam mauidloh ataupun berdoa. Kata beliau: seng paling penting isine jelas tur pas(yang paling penting adalah isinya jelas dan pas).
#salamKWAGEAN
No comments:
Post a Comment