Ahad pagi, 9 Desember 2018 pondok As-Salam Kwagean "nduwe gawe"(punya hajat) ngunggahke kap atau molo atau atap kamar mandi baru. Sebelum para santri gotong royong ngunggahke kap, pengasuh Pondok As-Salam mengajak para santri untuk keduren bersama, berdo'a bersama untuk slametan.
Sebelum kenduren dimulai, beliau memberikan wejangan mengenai tradisi ala jawa yang salah satunya sedang di lakukan pagi tadi, ngunggahke kap. Menurut beliau, tradisi ini ialah tradisi jawa yang perlu untuk di lestarikan. Tradisi yang belakangan hampir punah di kota-kota besar. Beliau juga menambahkan bahwa tradisi ini sebagai aplikasi rasa gotong royong membantu tetangga yang membutuhkan (sambatan/ nduwe gawe). Karna bersifat gotong royong, maka yang punya hajat kemudian biasanya memberikan ; jajan, makanan, dan minuman. "Neg kulo di ijazahi Bapak moco ayat kursi 7x, ingkang sakderenge maos hahdrah-hadhrah fatihah kangge kanjeng nabi, keluarga, poro sahabat, kangge poro nabi-nabi, poro malaikat, poro wali-wali, poro simbah-simbah, syekh Abdul Qodir al-Jilany, lan ingkang babat deso" (kalau saya di ijazahi Bapak -red.KH. Abdul Hannan Ma'shum- untuk membaca ayat kursi sebanyak 7x. Sebelum membaca ayat kursi, hadiah fatihah kepada Nabi Muhammad Saw, beserta keluarga dan sahabat-nya, kepada para nabi, para malaikat, para wali Alloh, kepada kakek nenek kita, kepada Syekh Abdul Qodir aljilany, dan kepada yang membuka lahan desa). Imbuh beliau pengasuh As-Salam.
Acara kenduren di tutup dengan do'a oleh beliau pengasuh, kemudian para santri menyantap bersama jenang abang (merah). Acara ngunggahke kap atau molo pun dimulai, para santri As-Salam saling gotong royong membantu ngunggahke kap.
Maka benar realitanya, pondok ialah miniatur masyarakat. Jika di Pondok sudah terbiasa interaksi, sosialisasi, ikut rewang kegiatan pondok, ikut ro'an, maka kelak di masyarakat para santri akan mudah berbaur dengan masyarakatnya.
Beliau romo KH.Abdul Hannan Ma'shum juga pernah di tegur oleh guru beliau, Simbah KH. Zamroji tentang noto awak(memperbaiki diri sendiri) saat masih nyantri., "Neg nom iseh kluyuran nang dalan, sok tuwek yo panggah (kalau masih muda sering jalan-jalan, maka masa tua pun tak ada bedanya dengan masa muda.)" Teguran guru beliau.
Jika kita analogikan teguran tersebut, maka selayaknya sebagai santri mulai sekarang untuk belajar ilmu kemasyarakatan sebelum kelak hidup di masyarakat. Karna masa muda tak akan pernah kembali lagi, sebagaimana gubahan syair para pujangga arab :
ألا ليت الشباب يعود يوما # فأخبره بما فعل المشيب
andai masa muda bisa kembali lagi, pasti aku beritahu mereka apa yg aku alami di masa tuaku.
Mohon doa restunya, agar pembangunan kamar mandi segera selesai.
#AssalamKwagean
#Kwagean
#TradisiJawa
#AdatJawa
#Slametan
No comments:
Post a Comment