Sunday, April 30, 2017

Gelar al hafidh dalam hadits

ULAMA BESAR YANG HAFAL 100.000 RIBU HADIS ABAD INI.

Siapakah Ulama Abad ini yang mendapat gelar AL HAFIZ??
Beliaulah Guru mulia Al Habib Umar bin Hafizd.

Al Hafiz adalah sebuah gelar Agung yang di peruntukkan bagi Ulama yang hafal 100.000 ribu hadis beserta sanad dan matannya.

Di zaman dahulu ada banyak ulama yang mencapai derajat ini, namun dijaman sekarang sudah sangat langka.

Perlu diketahui, yang dimaksud hapal hadits disini bukanlah hanya hapal matannya saja (Rasulullah saw bersabda :…),
bukan dari situ,

Namun juga harus mampu hapal dengan nama-nama perawi di rantai sanadnya (dari fulan yang mengabarkan dari fulan, dari fulan, dari fulan, dst sampai kepada Rasulullah), juga hapal tahun lahir perawinya, keadaan hidupnya, asalnya dsb.

Sedangkan satu hadits yang pendek saja, bisa menjadi dua halaman bila disertai hukum sanad dan hukum matannya.

Al Habib Umar bin Hafidh, beliau adalah salah satu ulama yang mampu mencapai derajat Al Hafidh di abad ini. Beliau hapal 100.000 hadits lebih beserta hukum-hukum sanad dan matannya secara keseluruhan.

Untuk mencapai derajat Al hafidh di abad 21 ini bukanlah perkara gampang. Dimana jumlah hadits diatas muka bumi yang bertebaran di kitab-kitab jika di kumpulkan tidak mencapai 100.000 hadits!.

Artinya jika kita berusaha mengumpulkan seluruh buku hadits yang ada sekarang, jumlah keseluruhan haditsnya tak akan mencapai 100 ribu hadits.

Kita lihat, misalnya, Kitab Shahih Bukhari haditsnya berakhir di nomor 7.124 (jika ada pendapat lain pun jumlahnya tidak akan jauh dari angka tsb)

Kitab Shahih Muslim berakhir di hadits no 3.033 (sebagian pendapat mengatakan sekitar 5000an)

Sunan Abu Daud memuat sekitar 5.000an hadits,
Sunan Tirmidzi memuat sekitar 4000an hadits,
Sunan An Nasa’i memuat sekitar 5000an hadits,
Sunan Ibnu Majah sekitar 4.300an hadits, Shahih Ibnu Hibban sekitar 3.000an hadits,
Al Muwatha’ Imam Malik sekitar 1.600an hadits,
Musnad Ahmad bin Hanbal sekitar 27.000an hadits,

Mungkin masih terdapat puluhan kitab hadits lainnya, namun jika di kumpulkan semua, Insya Allah tidak mencapai 100.000 ribu hadits,

Siapa pula yg mampu di zaman itu menulis semua hadits?.

Jadi, bagaimana caranya seseorang bisa menghapal sebanyak 100.000 hadits di zaman ini?
Sedangkan jumlah semua hadits di kitab-kitab tidak sampai 100.000 hadits?.

Selain menghapal semua hadits yang sudah tertulis di kitab, tentu saja harus diteruskan untuk menghapal hadits yang belum dibukukan,

Cara ini hanya bisa di dapatkan dengan jalan berguru kepada ulama hadits yang menyimpan hadits yang mungkin didapatkan dari guru-gurunya,
Gurunya dapat dari guru dari gurunya,
Dst hingga kepada Rasulullah saw,
namun mungkin hadits tersebut belum pernah dibukukan.

Demikianlah Guru Mulia Al Habib Umar bin Hafidh, beliau mampu mencapai derajat Al Hafidh di zaman ini. Dalam kehidupan sehari-hari, hampir disemua gerak-gerik dan penampilan beliau berdasarkan sunnah dan ada landasan haditsnya.

Mulai dari cara berpakaian, cara duduk, cara berjalan, cara makan, cara tidur, cara minum, cara berbicara, sampai kepada kegiatan sehari-hari beliau hampir sama dengan cara Rasulullah saw.

Jadi jika kita misalnya suatu kali melihat cara duduk beliau dengan gaya A, lalu kita cari-cari dihadits apakah Rasulullah pernah duduk dengan gaya semacam itu?

Pasti kita akan menemukannya, ternyata ada, dan memang Rasulullah pernah melakukan duduk dengan gaya seperti itu.

Maka tidak berlebihan jika dikatakan bahwa beliau adalah kitab hadits yang berjalan, karena hampir dari semua gerakan dan kegiatan yang beliau lakukan selalu berdasarkan sunnah, ada landasannya.

Tapi lihatlah bagaimana ahlak beliau? Bagaimana tawadlu'nya beliau?
Beliau pernah berkata;

“Tidaklah aku berdiri di hadapan orang-orang untuk mendakwahi mereka kecuali aku meyakini bahwa mereka lebih baik dan lebih mulia dariku,
Dan tidaklah aku berdiri dihadapan mereka kecuali aku mengharapkan berkah pandangan mereka dan berkah doa-doa mereka” subhanalloh..

#Semoga beliau di panjangkan umur sehat walafiyat #Amiiin...
#Bantu #Share 😃
Shallu 'alan Nabi Saw ...

Pelaku tragedi karbala dan cicit kanjeng nabi

BETAPA MULIANYA AKHLAK (ADAB AHLUL BAIT RASULULLAH SAW...

Dikisahkan, beberapa waktu setelah tragedi Karbala, Yazid bin Muawiyah memerintahkan eksekusi terhadap beberapa orang jendral karena adanya masalah. Salah satunya adalah lelaki yang dulu terlibat dalam pembantaian di Karbala.

Karena merasa terancam, akhirnya lelaki itu melarikan diri ke Madinah. Disana ia menyembunyikan identitasnya dan tinggal dikediaman Sayyidina Ali Zainal Abidin, cicit Rasulullah Saw yang selamat dari pembantaian di Karbala.

Dirumah itulah, lelaki itu betul-betul disambut dengan baik dan disuguhi jamuan yang layak dalam waktu tiga hari. Setelah tiga hari, lelaki pembantai di Karbala itupun berpamitan akan pergi.

Mengetahui tamunya akan pergi, Sayyidina Ali Zainal Abidin segera memenuhi kantong kuda lelaki itu dengan berbagai macam bekal, air dan makanan.

Lelaki itupun duduk diatas pelana kudanya...Namun ia tak kuasa beranjak, karena ia terharu atas kebaikan sikap Sayyidina Ali Zainal Abidin, ia merasa bersalah karena tuan rumah tak mengenali siapa dia sebenarnya.

"Kenapa engkau tak beranjak...?", tegur Sayyidina Ali Zainal Abidin.

Lelaki itu diam sejenak, lalu ia menyahut, "Apakah engkau tidak mengenaliku, tuan?".

Cicit Rasulullah Saw itupun menjawab, "Aku mengenalimu sejak kejadian di Karbala".

Lelaki itupun terdiam dan tertegun...Akhirnya ia memberanikan diri bertanya, "Kalau memang engkau sudah mengenaliku, mengapa kau masih mau menerima dan menjamuku sedemikian rupa, tuan??".

Sayyidina Ali Zainal Abidin yang dikenal sebagai "As-Sajjad" (orang yang banyak bersujud), menjawab "DULU PEMBANTAIAN DIKARBALA ADALAH AKHLAKMU, SEDANGKAN INI (MEMULIAKAN TAMU) ADALAH AKHLAK KAMI...ITULAH KALIAN, DAN INILAH KAMI".

ALLAHUMMA SHALLI 'ALAA SAYYIDINA MUHAMMAD WA 'ALAA AALI SAYYIDINA MUHAMMAD.

Ket.foto = Waktu Habib Munzir Al Musawwa Dan Rombongan Berkunjung ke Papua .

Tips seputar masak

WANITA WAJIB TAHU!
Tips Keren Seputar Dapur dan Masak Memasak.

1. Agar telur rebus tidak susah dikupas, jangan lupa celupkan kedalam air es saat telur tersebut baru matang/masih panas.
.
2. Agar cabe tidak meletup-letup ketika digoreng, jangan lupa tusuk atau lukai sedikit cabe tersebut dengan pisau sebelum digoreng.
.
3. Saat mencuci kangkung, arnong/selada air atau genjer serta tanaman air lainnya jangan lupa dibilasan pertama bubuhkan sesendok garam lalu diamkan sejenak agar binatang-binatan kecil yang mungkin hidup dibatang dan daunnya mati. Biasanya yang hobi nongkrong disitu lintah, keong, ulat dan cacing air (brokoli dan kembang kol juga sering ada ulatnya, jadi jangan lupa pula gunakan cara ini).
.
4. Agar tahu lebih awet ketika disimpan, cuci bersih dengan air, kemudian siram dengan air panas, setelah itu lap dengan tisu dapur, simpan didalam tupperware, tutup rapat, kemudian letakkan didalam kulkas. Insyaa Allah bisa tahan hingga 1 minggu.
.
5. Untuk mengetahui telur busuk atau tidak bisa gunakan tes apung air, jika mengapung diatas air itu tandanya telur sudah busuk.
.
6. Ketika akan mengocok telur untuk berbagai macam kue, pastikan telur dalam keadaan suhu ruang (bukan dingin karena baru keluar dari kulkas, hal ini bisa membuat adonan tidak mengembang).
.
7. Jika menyimpan sayuran di dalam kulkas, jangan pakai tas plastik kresek, tapi gunakan koran dan atau majalah bekas. Sebab dengan cara ini bisa mencegah air embun sayuran menggenang yang bisa mengakibatkan sayur cepat busuk
.
8. Untuk menetralisir bau dalam kulkas, belah kentang dan letakkan di rak kulkas, kentang bisa menghilangkan bau tak sedap dalam kulkas.
.
9. Agar ikan tidak lengket dipenggorengan, gunakan wajan yang khusus untuk menggoreng, jangan sekali-kali menggoreng ikan diwajan yang pernah atau sering dipakai untuk menumis, sebab sudah pasti ikan goreng akan lengket dan hancur ketika dibalik, bisa juga olesi sedikit garam ke wajan sebelum dituangi minyak goreng.
.
10. Untuk menghilangkan rasa panas ditangan akibat terlalu lama berkontak dengan cabe atau sambal (kata orang jawa tangan wedhangen), bisa dilakukan dengan cara cuci bersih tangan dengan sabun sampai 2 atau 3 kali, kemudian di lap, dan masukkan tangan kedalam beras, benam dan remas-remas beras sebentar. Fiuuhhhf, dijamin rasa panas ditangan akan hilang.
smile emoticon
.
11. Agar mata tidak pedih ketika mengiris bawang merah, letakkan wadah berisi garam disamping talenan, dengan cara ini Insyaa Allah ampuh menghindarkan mata dari rasa pedih.
.
12. Agar beras tidak dikunjungi kutu beras, letakkan sebungkus plastik yang berisi beberapa sendok kopi bubuk, kemudian beri sedikit lubang pada plastiknya. Kutu beras tidak suka aroma kopi. Jadi Insyaa Allah dia tidak akan berani datang ke beras.
.
13. Jika peralatan masak kusam akibat noda dari bumbu yang berwarna seperti kunir/kunyit, atau panci yang terlalu sering dibuat merebus air jadi kekuningan. Segera ambil sesendok baking soda, beri sedikit air, gosok-gosokkan ke panci, diamkan sebentar, lalu bilas. Jika masih ada noda bisa diulang lagi.
.

14. Agar kembang kates, daun kates/pepaya dan pare tidak terlalu pahit ketika dimasak, baiknya sebelum ditumis di rebus sebentar di air rebusan
daun jambu biji (caranya, rebus air, ambil beberapa lembar daun jambu biji, tunggu hingga mendidih, masukkan daun jambu, tunggu +- 5 menit, masukkan kembang/daun pepaya/pare) diamkan sebentar, matikan api. Baru setelah itu tiriskan dan siap untuk dimasak sesuai selera (kalau daun pepayanya untuk kulupan, bisa direbus hingga matang bersama daun jambu biji).
.
15. Agar tempe tidak mudah busuk, jangan simpan didekat garam.
.
16. Jika menyimpan daging di freezer, pastikan daging tidak keluar masuk freezer berulangkali, karena hal ini bisa membuat bakteri berkembangbiak. Sebaiknya potong-potong dulu dagingnya sesuai dengan perkiraan kebutuhan per tiapkali masak dan simpan di plastik kecil-kecil secara terpisah, sehingga ketika akan mengambil, bisa ambil seperlunya saja.
.
Semoga bermanfaat, silakan share  :)

keutamaan malam Nishfu Sya'ban dan pandangan ulama Syam

Ketika membahas tentang keutamaan malam Nishfu Sya'ban dan pandangan ulama Syam, al-Hafidz Ibnu Rajab menulis sebagai berikut:

واختلف علماء اهل الشام فى صفة احيائها على قولين:
احدهما انه يستحب احياؤها جماعة فى المساجد. وكان خالد بن معدان ولقمان بن عامر وغيرهم يلبسون فيها احسن ثيابهم و يتبخرون ويكتحلون ويقومون فى المسجد ليلتهم تلك.

Para ulama penduduk Syam berselisih pendapat tentang praktek menghidupkan malam nishfu Sya'ban, ke dalam dua pendapat:

Pendapat pertama bahwa dianggap sebagai perbuatan yang mustahab (disukai) menghidupkan malam nishfu Sya'ban secara berjamaah di masjid. Adalah Khalid bin Ma'dan, Luqman bin Amir dan para ulama lainnya, mengenakan pakaian terbaik mereka pada malam nishfu Sya'ban, membakar bukhur, begadang dan melaksanakan sholat malam di masjid pada malam itu.

و وافقهم اسحاق بن راهويه على ذلك وقال فى قيامها فى المساجد جماعة ليس ذلك ببدعة

Dan Imam Ibnu Ishaq bin Ruhawaih sepakat dengan apa yang mereka lakukan. Ia pun berpendapat tentang kebiasaan menghidupkan malam nishfu Sya'ban secara berjamaah di masjid, " itu bukanlah perbuatan bid'ah".

والثانى انه يكره الاجتماع فيها فى المساجد للصلاة والقصص والدعاء

Pendapat kedua mengatakan bahwa dipandang makruh berkumpul di masjid pada malam Nishfu sya'ban untuk melaksanakan sholat sunnah, menyampaikan ceramah dan berdoa.

ولا يكره ان يصلي الرجل فيها لخصة نفسه. هذا قول الاوزاعى إمام اهل الشام و فقيههم و عالمهم وهذا هو الاقرب ان شاء الله تعالى

Dan tidak dianggap makruh jika seseorang melaksanakan sholat pada malam nishfu sya'ban khusus untuk dirinya sendiri. Ini adalah pendapat Imam al-Awza'iy, imam penduduk Syam, seorang ahli fikih dan alim di kalangan penduduk Syam. Insya Allah ini adalah pendapat yang paling dekat (dengan sunnah).

Catatan:

1. Khalid bin Ma'dan adalah ulama tabi'in yang meriwayatkan hadits (kullu bid'atin dholalatun/ setiap bid'ah adalah kesesatan). Beliau menghidupkan malam nishfu sya'ban.

2. Ishaq bin Ruhawaih adalah guru dari Imam al-Bukhari. Dan beliau tidak menganggap bid'ah tradisi menghidupkan malam nishfu Sya'ban.

3. Masalah nishfu sya'ban adalah masalah ikhtilaf di kalangan ulama.

Ta'lim pagi oleh KH Abdi Kurnia Djohan

Rahasia dan hikmah penciptaan anjing

Allah Swt menciptakan anjing untuk memperlihatkan keagungannya sekaligus untuk menghinakan manusia yang bertanya mengapa Allah Swt menciptakan anjing, seolah-seolah penciptaan anjing tidak memberikan manfaat bagi manusia, padahal sesungguhnya manusia itu sendiri tidak akan sanggup menciptakan anjing hidup dengan tangannya sendiri.
Binatang anjing biarpun di anggap najis oleh sebagian orang-orang yang mengharamkanya; tapi sesungguhnya anjing itu memiliki sifat yang jarang dimiliki manusia yang kalau sifat itu ada pada diri manusia tentu orang itu akan memperoleh derajat yang mulia di hadapan Allah Swt.

Sifat-sifat itu adalah :

Banyak menanggung lapar seperti orang-orang shaleh.

Tidak mempunyai tempat tertentu seperti orang-orang tawakal.

Sedikit tidur di waktu malam seperti orang-orang muhibbin.

Tidak mempunyai harta seperti orang-orang yang zuhud.

Tidak meninggalkan tuannya sekalipun tuannya selalu berbuat kasar terhadapnya seperti seorang muridiin.

Rela di mana saja berada seperti orang-orang yang rendah hati dan ikhlas.

Pergi dari tempat ia di usir ke tempat lainnya seperti orang-orang yang ridha.

Jika di pukul dan kemudian di beri sesuatu maka ia akan kembali tanpa ada rasa dendam seperti orang-orang yang khusyu.

Tidakkah kita sebagai manusia yang di beri akal bisa belajar dari seekor binatang walaupun binatang itu di anggap najis.

Subhanalloh....

Annisa khania dewi

ما ﻫﻮ ﺍﻟﺤﺐ


‎ﻣﺎ ﻫﻮ ﺍﻟﺤﺐ ؟

"Semoga jadi bahan renungan kita bersama"

‎هُوَ عَلِيٌّ حِيْنَ يَنَامُ بَدَلاً مِنَ الرَّسُوْلِ ﷺ فِي فِرَاشِهِ وَهُوَ يَعْلَمُ أَنَّ الْقَوْمَ اجْتَمَعُوْا لِقَتْلِ الرَّسُوْلِ ﷺ وَأَنَّهُ قَدْ يَمُوْتُ عَلَى نَفْسِ الْفِرَاشِ !!

💛 Cinta....Adalah ‘Ali, ketika dia berbaring tidur menggantikan Rasulullah Saw di kasur Nabi, padahal dia tahu bahwa sekelompok orang telah berkumpul untuk membunuh Rasulullah Saw, dia juga tahu bahwa dia mungkin saja tewas di kasur yang sama!!

‎اَلْحُبُّ ..
‎ﻫُﻮَ ﺑِﻼَﻝٌ ﺣِﻴْﻦَ يَعْتَزِلُ ﺍلْأَﺫَﺍنَ ﺑَﻌْﺪَ ﺭَﺣِﻴْﻞِ ﺍﻟﺮَّﺳُﻮْﻝِ ﷺ ، ﻓَﻠَﻤَّﺎ ﺃَﺫَﻥَ ﺑِطَلَبٍ مِنْ ﻋُﻤَﺮَ عِنْدَ فَتْحِ بَيْتِ الْمَقْدِسِ ﻟَﻢْ ﻳُﺮَ ﻳَﻮْﻣًﺎ ﻛَﺎﻥَ ﺃَﻛْﺜَﺮَ ﺑُﻜَﺎﺀً ﻣِﻨْﻪُ عِنْدَمَا قَالَ أَشْهَدُ اَنَّ مُحَمَّداً رَسُوْلُ اللهِ.

💚 Cinta....Adalah Bilal, ketika dia tidak lagi mengumandangkan azan setelah Rasulullah Saw wafat, lalu ketika Bilal mengumandangkan azan lagi atas permintaan ‘Umar saat penaklukan Baitul Maqdis. tidak pernah tangisan begitu membahana terlihat sebelumnya, saat Bilal mengucapkan “Asyhadu anna Muhammadan Rasulullaah”

‎ﺍﻟْﺤُﺐُّ ..
‎ﺣَﺮْﻓِﻴّﺎً ﻭَﻓِﻌْﻠِﻴّﺎً، ﻳَﺘَﺠَﺴّﺪُ ﻓِﻲ ﻗَﻮْﻝِ ﺍﻟﺮَّﺳُﻮْﻝِ ﷺ ( ﻻَﺗُﺆْﺫُﻭْﻧِﻲ ﻓِﻲ ﻋَﺎﺋِﺸَﺔَ ).

💙 Cinta....secara teori dan prakteknya mendarah daging dalam sabda Rasul Saw: “Janganlah kalian menyakitiku terhadap A’isyah”

‎ﺍَﻟْﺤُﺐُّ ..
‎ﻳَﻘُﻮْﻝُ ﺃَﺑُﻮْ ﺑَﻜْﺮٍ : ﻛُﻨَّﺎ ﻓِﻲ ﺍﻟْﻬِﺠْﺮَﺓِ، ﻓُﺠِﺌْﺖُ ﺑِﻤَﺬْﻗَﺔِ ﻟَﺒَﻦٍ ﻓَﻨَﺎﻭَﻟْﺘُﻬَﺎ ﻟِﺮَﺳُﻮْﻝِ ﺍﻟﻠَّﻪِ ﻭَﻗُﻠْﺖُ ﻟَﻪُ : ﺍِﺷْﺮَﺏْ ﻳَﺎﺭَﺳُﻮْﻝَ ﺍﻟﻠَّﻪِ
‎ﻳَﻘُﻮْﻝُ ﺃَﺑُﻮْ ﺑَﻜْﺮٍ : ﻓَﺸَﺮِﺏَ ﺍﻟﻨَّﺒِﻲُّ ﺣَﺘَّﻰ ﺍﺭْﺗَﻮَﻳْﺖ.ُ

💜 Cinta.....Adalah Abu Bakar yang mengatakan: “saat kami berhijrah, aku heran dengan munculnya susu yang tercampur air, lalu aku berikan susu tersebut kepada Rasulullah, dan aku katakan: “Minumlah wahai Rasulullah”
Abu Bakar mengatakan: “Maka Rasulullah pun minum sehingga hilanglah dahagaku”

‎ﺍَﻟْﺤُﺐُّ ..
‎ﻫُﻮَ ﺍﻟﺰُّﺑَﻴْﺮُ ﻳَﺴْﻤَﻊُ ﺑِﺈِﺷَﺎﻋَﺔِ ﻣَﻘْﺘَﻞِ ﺍﻟﻨَّﺒِﻲِّ ﷺ ﻓَﻴَﺨْﺮُﺝُ ﻳَﺠُﺮُّ ﺳَﻴْﻔَﻪُ ﻓِﻲ ﻃُﺮُﻕِ ﻣَﻜَّﺔَ ﻭَﻫُﻮَ ﺍﺑْﻦُ ﺍﻟْﺨَﺎﻣِﺴَﺔِ ﻋَﺸَﺮَ ، ﻟِﻴَﻜُﻮْﻥَ ﺳَﻴْﻔُﻪُ ﺃَﻭَّﻝَ ﺳَﻴْﻒٍ ﺳُﻞَّ ﻓِﻲ ﺍلْإِﺳْﻼَﻡِ .

🖤 Cinta.....Adalah Zubair yang mendengar kabar terbunuhnya Rasulullah, lalu dia pun keluar dengan menyeret pedangnya di jalan-jalan kota Makkah, padahal usianya baru 15 tahun. Agar pedangnya menjadi pedang pertama yang terhunus dalam sejarah Islam

‎ﺍﻟﺤُﺐُّ ..
‎ﻫُﻮَ ﺭَﺑِﻴْﻌَﺔُ ﺑْﻦُ كَعْبٍ ﺣِﻴْﻦَ ﻳَﺴْﺄَﻟُﻪُ ﺭَﺳُﻮْﻝُ ﺍﻟﻠَّﻪِ ﷺ ﻣَﺎﺣَﺎﺟَﺘُﻚَ ؟ ،
‎ﻓَﻴَﻘُﻮْﻝُ : ﺃَﺳْﺄَﻟُﻚَ ﻣُﺮَﺍﻓَﻘَﺘَﻚَ ﻓِﻲ ﺍﻟْﺠَﻨَّﺔِ .

❣Cinta.....Adalah Rabi’ah bin Ka’b saat Rasulullah Saw bertanya kepadanya “apa yang kamu butuhkan?” Rabi’ah pun menjawab: “aku meminta agar aku bisa mendampingimu di surga”

‎ﺍﻟﺤُﺐُّ ..
‎ﻫُﻮَ ﺍﻣْﺮَﺃَﺓُ ﺑَﻨِﻲ ﺩِﻳْﻨَﺎﺭٍ ، ﺣِﻴْﻦَ ﻳَﺨْﺮُﺝُ ﺯَﻭْﺟُﻬَﺎ ﻭَﺃَﺑُﻮْﻫَﺎ ﻭَﺃَﺧُﻮْﻫَﺎ ﺇِﻟَﻰ ﺃُﺣُﺪٍ ﻓَﻴَسْتَشْهِدُوْنَ جَمِيْعاً فِي سَبِيْلِ اللهِ ﻭَﻳُﻨْﻌَﻮْﻥَ ﻟَﻬَﺎ، ﻓَﺘَﺮَﻯ ﺭَﺳُﻮْﻝَ ﺍﻟﻠَّﻪِ ﷺ ﻓَﺘَﻘُﻮْﻝُ : ﻛُﻞُّ ﻣُﺼِﻴْﺒَﺔٍ ﺑَﻌْﺪَﻙَ ﺟَﻠَﻞٌ .

💕 Cinta....Adalah seorang wanita dari keturunan Bani Dinar. Saat suami, ayah, saudara laki-lakinya pergi ke medan Uhud lalu mereka semua mati syahid di jalan Allah, berita kematian mereka pun sampai kepadanya. Lalu wanita itu memandang Rasulullah kemudian mengatakan: “musibah apapun selainmu adalah kecil”

‎ﺍﻟﺤُﺐُّ ..
‎ﻫُﻮَ ﺛَﻮْﺑَﺎﻥُ ﺣِﻴْﻦَ ﻳَﺴْﺄَﻟُﻪُ ﺍﻟﺮَّﺳُﻮْﻝُ ﷺ : ﻣَﺎ ﻏَﻴَّﺮَ ﻟَﻮْﻧُﻚَ ؟
‎ﻓَﻴَﻘُﻮْﻝُ : ﻣَﺎﺑِﻲ ﻣَﺮَﺽٌ ﻭَﻻَﻭَﺟَﻊٌ ﺇِﻻَّ ﺃﻧِّﻲ ﺇِﺫَﺍ ﻟَﻢْ ﺃﺭَﻙَ ﺍِﺳْﺘَﻮْﺣَﺸْﺖُ ﻭَﺣْشَةً ﺷَﺪِﻳْﺪَﺓً ﺣَﺘَّﻰ ﺃَﻟْﻘَﺎﻙَ.

💞Cinta....Adalah Tsauban ketika Rasulullah Saw bertanya kepadanya: “apa yang membuat warna (wajahmu) berubah?” lalu Tsauban menjawab: “aku tidak sakit dan terluka, hanya saja jika aku tidak melihatmu aku menjadi sangat merindu kesepian sampai aku bertemu denganmu”

‎ﺍﻟﺤُﺐُّ ..
‎ﻋِﻨْﺪَﻣَﺎ ﻳَﻘُﻮْﻝُ ﺍﻟﺼِّﺪِّﻳْﻖُ ﻟِﻠﺮَّﺳُﻮْﻝِ ﷺ ﻗَﺒْﻞَ ﺩُﺧُﻮْﻝِ ﺍﻟْﻐَﺎﺭِ: ﻭَﺍﻟﻠَّﻪِ ﻻَﺗَﺪْﺧُﻠْﻪُ ﺣَﺘَّﻰ ﺃَﺩْﺧُﻞَ ﻗَﺒْﻠَﻚَ، ﻓَﺈِﺫَﺍ ﻛَﺎﻥَ ﻓِﻴْﻪِ شَيْءٌ ﺃَﺻَﺎﺑَﻨِﻲْ ﺩُﻭْﻧَﻚَ .

💓Cinta....Adalah ketika Abu Bakar AS-Shiddiq berkata kepada Rasulullah Saw sebelum memasuki gua (Tsur): “Demi Allah, janganlah engkau masuk sampai aku masuk terlebih dahulu, jika ada sesuatu di dalam gua ini maka akulah yang terkena bukan engkau”

‎ﺍﻟﺤُﺐُّ ..
‎ﻫُﻮَ ﺃَﺑُﻮْﺑَﻜْﺮٍ ﻳَﺒْﻜِﻲ ﺍﻟﺮَّﺳُﻮْﻝَ ﷺ ﻟَﻤَّﺎ ﺑَﺪَﺕْ ﻃَﻼَﺋِﻊُ ﺭَﺣِﻴْﻠِﻪِ ، ﻓَﻴُﻮَﺍﺳِﻴﻪِ ﷺ : ﻻَﺗَﺒْﻚِ ، ﻟَﻮْﻛُﻨْﺖُ ﻣُﺘَّﺨِﺬًﺍ مِنَ الْبَشَرِﺧَﻠِيْلاً ﻻَﺗَّﺨَﺬْﺕُ ﺃَﺑَﺎﺑَﻜْﺮٍ ﺧَﻠِﻴْﻼً.

💗Cinta.....Adalah Abu Bakar yang menangisi RAsulullah Saw ketika tampak tanda-tanda telah dekat kewafatannya, lalu Rasulullah menenangkannya: “Janganlah kamu menangis! Jika saja aku boleh menjadikan seseorang kekasih dari golongan manusia, aku pasti menjadikan Abu Bakar kekasihku”

‎ﻗَﺎﻝَ ﺭَﺳُﻮْﻝُ ﷺ :
‎" ﻣِﻦْ ﺃَﺷَﺪِّ ﺃُﻣَّﺘِﻲ ﻟِﻲ ﺣُﺒًّﺎ ﻧَﺎﺱٌ ﻳَﻜُﻮْﻧُﻮْﻥَ ﺑَﻌْﺪِﻱْ ﻳَﻮَﺩُّ ﺃَﺣَﺪُﻫُْﻢْ ﻟَﻮْ ﺭَﺁﻧِﻲْ ﺑِﺄَﻫْﻠِﻪِ ﻭَ ﻣَﺎﻟِﻪِ ".

💖Rasulullah Saw bersabda: “DIANTARA KECINTAAN YANG BEGITU BESAR DARI UMATKU ADALAH MEREKA YANG HIDUP SETELAHKU, DIANTARA MEREKA ADA YANG BEGITU INGIN MELIHATKU MESKI DENGAN BEGITU  mereka yang hidup setelahku, diantara mereka ada yang MENGORBANKAN KELUARGA DAN HARTA NYA.”

💘Cinta..... Adalah ketika Abdurrahman bin 'Auf memberikan separuh hartanya untuk islam, dan sadar bahwa cobaan terbesar umat akhir zaman ialah harta.

💝Cinta..... Adalah saat Abu Bakar Ash-Shiddiq memberikan seluruh harta untuk islam. Tidak ingin cintanya diungguli oleh Abdurrahman bin Auf.

💟Cinta..... Ketika empat Shahabat dan para tabiut tabiin tidak mengambil gaji dari Baitul mal

*❤CINTA..... ADALAH SAAT ALLAH DAN RASUL-NYA LEBIH IA CINTAI DARI SEGALANYA. Allah berfirman:*

QS. 9 At-Taubah:120... Dan tidak pantas bagi mereka lebih mencintai diri mereka daripada mencintai diri Rasul....

QS. 9 At-Taubah:24 Katakanlah: "jika bapak- bapak, anak-anak, saudara saudara, isteri-isteri, kaum keluargaku, harta kekayaan yang kamu usahakan, pertigaan yang kamu khawatir kerugian ya, dan tempat tinggal yang kamu sukai, adalah lebih kamu cintai dari Allah dan Rasul-Nya, maka tunggulah sampai Allāh mendatangkan keputusan Nya.

*INGAT SAUDARA, SIAPA YG CINTA NYA LEBIH BESAR KEPADA SELAIN ALLAH & RASUL, MAKA IA TELAH BERBUAT SYIRIK BESAR!!! 💔*

‎اَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ وَبَارِكْ عَلَى سَيِّدِنَا وَنَبِيِّنَا وَحَبِيْبِنَا وَقُرَّةِ أَعْيُنِنَا وَشَفِيْعِنَا يَوْمَ الْقِيَامَةِ مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ الْأَطْهَارِ الْأَبْرَارِ وَصَحْبِهِ الْأَحِبَّةِ الْأَخْيَارِ وَعَنَّا مَعَهُمْ وَجَمِيْعِ الْمُؤْمِنِيْنَ بِرَحْمَتِكَ يَاأَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ.

Ya Allah berilah Shalawat dan salam dan keberkahan untuk baginda kami, Nabi kami, kekasih kami, pelipur lara kami, pemberi kami syafaat di hari kiamat; Muhammad beserta keluarganya yang suci dan baik, dan para sahabatnya para kekasih pilihan, begitupun kami termasuk dari mereka dan seluruh orang mukmin dengan Rahmat-Mu wahai Yang Maha Penyayang

Aamiin Ya Rabbal 'Aalamiin

Allahuma sholii 'alaa sayyidina muhammad wa 'alaa aalihi wa shohbihi wa salim

Saturday, April 29, 2017

PERBEDAAN ANTARA QASHR DN JAMA

Ada perbedaan antara qashor dn jama'  dalam beberapa hal:

1-2. Qashr lebih afdal dr pada tdk qashr, sementara tdk jama' lebih afdal dr pada jama'. Krn dg tdk menjama' seseorang terhindar dr kontroversi imam Abu Hanifah yg mewajibkan qashr dn melarang jama', dn dg demikian tdk ada waktu yg kosong dr ibadh.

3. Qashr tdk boleh dilakukan dg bermakmum pada imam yg shalat sempurna (tdk qashr), sedangkan jama' boleh dilakukan di belakang imam yg tdk yg tdk menjama'.

4. Niyat qashr harus bersamaan dg tskbiratul ihram, sementara niyat jama' boleh terjadi sesudahnya atau bberapa saat sebelum salam.

5. Qashr hanya boleh dilakukan dlm perjalanan, sedangkan jama' boleh dilakukan krn alasan sakit, hujan atau ada kepentingan yg mendesak meski tdk dlm perjalanan.

KH. Afifuddin Muhajir

Badui, kanjeng Nabi dan Allah

Pada suatu masa, ketika Nabi Muhammad SAW sedang tawaf di Ka'bah, baginda mendengar seseorang dihadapannya bertawaf sambil berdzikir:
"Ya Karim,,, Ya Karim..."

Rasulullah SAW meniru dzikirnya:
"Ya Karim,,, Ya Karim..."

Orang itu berhenti di satu sudut Ka'bah dan menyebutnya lagi, "Ya Karim,,, Ya Karim..." Rasulullah yang berada dibelakangnya menyebutnya lagi, "Ya Karim,,, Ya Karim..."

Orang itu merasa dirinya di perolok-olokkan, lalu menoleh ke belakang dan dilihatnya seorang laki-laki yang sangat tampan dan gagah yang belum pernah dilihatnya.

Orang itu berkata:
"Wahai orang tampan, apakah engkau sengaja mengejek-ejekku, karena aku ini orang badui? Kalaulah bukan karena ketampanan dan kegagahanmu akan kulaporkan pada kekasihku, Muhammad Rasulullah",

Mendengar kata-kata orang badui itu, Rasulullah SAW tersenyum lalu berkata:
"Tidakkah engkau mengenali Nabimu, wahai orang Arab?"

"Belum" jawab orang itu.

"Jadi bagaimana kamu beriman kepadanya?" tanya Rasulullah SAW.

"Saya percaya dengan mantap atas kenabiannya, sekalipun saya belum pernah melihatnya dan membenarkan perutusannya walaupun saya belum pernah bertemu dengannya." jawab orang Arab badui itu.

Rasulullah SAW pun berkata padanya:
"Wahai orang Arab, ketahuilah aku inilah Nabimu di dunia dan penolongmu nanti di akherat."

Melihat Nabi dihadapannya, dia langsung tercengang, seperti tidak percaya kepada dirinya lalu berkata:
"Tuan ini Nabi Muhammad?"
Jawab Nabi SAW:
"Ya"

Dengan segera orang itu tunduk dan mencium kedua kaki Rasulullah SAW.

Melihat hal itu Rasulullah SAW menarik tubuh orang Arab badui itu seraya berkata:
"Wahai orang Arab, janganlah berbuat seperti itu. Perbuatan ini seperti biasanya dilakukan oleh seorang hamba sahaya kepada tuannya. Ketahuilah, Allah mengutus aku bukan untuk menjadi seorang yang takabbur, yang diminta dihormati atau diagungkan, tetapi demi membawa berita gembira bagi orang yang beriman dan membawa berita menakutkan bagi yang mengingkarinya."

Ketika itulah malaikat Jibril untuk membawa berita dari langit, dia berkata:
"Ya Muhammad, Tuhan As Salam menyampaikan salam kepadamu dan berfirman: 'Katakan kepada orang Arab itu agar tidak terpesona dengan belas kasih Allah. Ketahuilah bahwa Allah akan menghisabnya di hari Mahsyar nanti, akan menimbang semua amalannya, baik yang kecil maupun yang besar."

Setelah menyampaikan berita itu, Jibril kemudian pergi. Orang Arab itu pula berkata:
"Demi Keagungan serta Kemuliaan Tuhan, jika Tuhan akan membuat perhitungan atas amalan hamba, maka hamba pun akan membuat perhitungan dengan-Nya."

Orang badui berkata lagi:
"Jika Tuhan akan memperhitungkan dosa-dosa hamba, maka hamba akan memperhitungkan kebesaran maghfirah-Nya. Jika dia memperhitungkan kemaksiatan hamba, maka hamba akan memperhitungkan betapa luasnya Pengampunan-Nya. Jika Dia memperhitungkan kebakhilan hamba, maka hamba akan memperhitungkan pula betapa Dermawan-Nya."

Mendengar ucapan orang badui itu, maka Rasulullah SAW pun menangis mengingatkan betapa benarnya kata-kata orang Arab badui itu sehingga air mata meleleh membasahi jenggotnya.

Lantaran itu malaikat Jibril turun lagi seraya berkata:
"Ya Muhammad, Tuhan As Salam menyampaikan salam kepadamu dan berfirman: 'Berhentilah engkau dari pada menangis, sesungguhnya karena tangisanmu, penjaga 'Arsy lupa bacaan tasbih dan tahmidnya, sehingga 'Arsy berguncang. Sekarang katakan kepada temanmu itu, bahwa Allah tidak akan menghisab dirinya, juga tidak akan menghitung kemaksiatannya. Allah sudah mengampunkan semua kesalahannya dan akan menjadi temanmu di surga nanti."

Friday, April 28, 2017

Biografi Singkat Al-Imam Al-’Allamah Al-Habib Abdullah Bin Alawi Al-Haddad (Shohibur Ratib Al-Haddad)

Di masa kecilnya,  al-Habib Abdullah mengerjakan shalat sunnah seratus rakaat setiap harinya setelah pulang dari rumah gurunya di waktu Dhuha. Karena itulah tidaklah mengherankan jika Allah SWT memberinya kedudukan sebagai ‘Wali Al-Quthub’ sejak usianya masih remaja.
rumah kelahiran al imam abdullah bin alawi alhaddadAl-Imam Al-’Allamah Al-Habib Abdullah bin Alawi Al-Haddad, di lahirkan di Syubair di salah satu ujung Kota Tarim di provinsi Hadhramaut-Yaman pada tanggal 5 Safar tahun 1044 H. Beliau di besarkan di Kota Tarim dan di saat beliau berumur 4 tahun, beliau terkena penyakit cacar sehingga menyebabkan kedua mata beliau tidak dapat melihat.

Meskipun kedua mata beliau tidak dapat melihat sejak usia dini, beliau tetap tidak memutuskan gairahnya untuk menuntut ilmu-ilmu agama dan mengisi masa kecilnya dengan berbagai macam ibadah dan bertaqarrub kepada Allah SWT, sehingga mulai dari sejak usia dini, hidupnya sangat berkah dan berguna.

Ayah beliau, al-Habib Alawi bin Muhammad al-Haddad berkata: “Sebelum aku menikah, aku berkunjung kerumah al-’Arif Billah al-Habib Ahmad bin Muhammad al-Habsyi di Kota Syi’ib untuk meminta do’a. Lalu al-Habib Ahmad menjawabku: “Awlaaduka Awlaadunaa Fiihim Albarakah”
Artinya: “Putera-puteramu termasuk juga putera-putera kami, pada mereka terdapat berkah.”

Selanjutnya, al-Habib Alawi al-Haddad berkata: “Aku tidak mengerti arti ucapan al-Habib Ahmad itu, sampai setelah lahirnya puteraku, Abdullah dan berbagai tanda-tanda kewalian dan kejeniusannya.”

Semenjak kecil, al-Habib Abdullah al-Haddad telah termotivasi untuk menimba ilmu dan gemar beribadah. Tentang masa kecilnya, al-Habib Abdullah berkata: “Jika aku kembali dari tempat belajarku pada waktu Dhuha, maka aku mendatangi sejumlah masjid untuk melakukan shalat sunnah seratus rakaat setiap harinya.”

Kemudian untuk mengetahui betapa besar kemauan beliau untuk beribadah di masa kecilnya, al-Habib Abdullah menuturkannya sebagai berikut: “Di masa kecilku, aku sangat gemar dan bersungguh-sungguh dalam ibadah dan mujahadah, sampai nenekku seorang wanita shalihah yang bernama asy-Syarifah Salma binti al-Habib Umar bin Ahmad al-Manfar Ba’alawi berkata: ‘Wahai anak kasihanilah dirimu.’ Ia mengucapkan kalimat itu, karena merasa kasihan kepadaku ketika melihat kesungguhanku dalam ibadah dan bermujahadah.”

Seorang sahabat dekat al-Habib Abdullah al-Haddad berkata: “Ketika aku berkunjung kerumah al-Habib Abdullah bin Ahmad Bilfagih, maka ia bercerita kepada kami: ‘Sesungguhnya kami dan al-Habib Abdullah al-Haddad tumbuh bersama, namun Allah SWT memberinya kelebihan lebih dari kami. Yang sedemikian itu, kami lihat hidup al-Habib Abdullah sejak masa kecilnya telah mempunyai kelebihan tersendiri, yaitu ketika ia membaca Surat Yasiin, maka ia sangat terpengaruh dan menangis sejadi-jadinya, sehingga ia tidak dapat menyelesaikan bacaan surat yang mulia itu, maka dari kejadian itu dapat kami maklumi bahwa al-Habib Abdullah telah diberi kelebihan tersendiri sejak di masa kecilnya.”

Al-Habib Abdullah sering berziarah kubur pada Hari Jum’at sore setelah melakukan shalat Ashar di masjid al-Hujairah. Selain itu, al-Habib Abdullah al-Haddad sering berziarah kubur pada Hari Selasa sore. Setelah usianya semakin lanjut dn dan kekuatannya semaki menurun, maka al-Habib Abdullah tidak berziarah pada Hari Jum’at dan Selasa seperti biasanya, adakalanya beliau berziarah pada Hari Sabtu dan hari-hari lainnya sebelum matahari naik.

Di antara wirid al-Habib Abdullah bin Alawi al-Haddad setiap harinya adalah kalimat “LAA ILAAHA ILLALLAH” sebanyak seribu kali. Tetapi di Bulan Ramadhan dibaca sebanyak dua ribu kali setiap harinya. Beliau menyempurnakannya sebanyak tujuh puluh ribu kali pada waktu enam hari di Bulan Syawal. Selain itu, beliau mengucapkan “LAA ILAAHA ILLALLAH AL-MALIKUL HAQQUL MUBIIN” sebanyak seratus kali setelah Shalat Dzuhur.

Al-Habib Abdullah berkata: “Kami biasa melakukan shalat al-Awwabin sebanyak dua puluh rakaat.”

Al-Habib Abdullah sering berpuasa sunnah, khususnya pada hari-hari yang dianjurkan, seperti Hari Senin dan Hari Kamis, hari-hari putih (Ayyamul baidh), Hari Asyura, Hari Arafah, enam hari di Bulan Syawal dan lain sebagainya sampai di masa senjanya. Beliau selalu menyembunyikan berbagai macam ibadah dan mujahadahnya, beliau tidak ingin memperlihatkannya kepada orang lain, kecuali untuk memberikan contoh kepada orang lain.

Selain di kenal sebagai ahli ibadah dan mujahadah, al-Habib Abdullah juga dikenal seorang yang istiqomah dalam ibadah dan mujahadahnya seperti yang dilakukan Rasulullah SAW dan para sahabatnya. al-Habib Ahmad an-Naqli berkata: “al-Habib Abdullah adalah seorang yang sangat istiqamah dalam mengikuti semua jejak kakeknya, Rasulullah SAW.”

Dalam masalah ini, al-Habib Abdullah bin Alawi al-Haddad berkata: “Kami telah mengamalkan semua jejak Nabi Muhammad SAW dan kami tidak meninggalkan sedikitpun daripadanya, kecuali hanya memanjangkan rambut sampai di bawah ujung telinga, karena Nabi SAW memanjangkan rambutnya sampai di bawah ujung kedua telinganya.”

Tentang kesabaran al-Habib Abdullah bin Alawi al-Haddad, sejak masa kecil beliau sudah mengalami berbagai cobaan, diantaranya adalah ketika ia menderita penyakit cacar sampai kedua matanya tidak dapat melihat. Meskipun begitu, ia rajin mencari ilmu dan beribadah di masa kecilnya, hingga melakukan shalat sunnah seratus rakaat setiap paginya hingga Waktu Dzuhur tiba. Disebutkan bahwa ia selalu menyembunyikan berbagai cobaan yang dideritanya, sampai di akhir usianya. Dalam masalah ini beliau berkata kepada seorang kawan dekatnya:
“Sesungguhnya penyakit demam di tubuhku sudah ada sejak lima belas tahun yang lalu dan hingga kini masih belum meninggalkan aku, meskipun demikian tidak seorangpun yang mengetahui penyakitku ini, sampaipun keluargaku sendiri.”

Tentang Tarekat al-Ba’alawi, al-Habib Abdullah mengatakan:
“Tarekat kami adalah mengikuti tuntunan al-Qur’an dan as-Sunnah dan mengikuti jejak para salafunas shalihin di segala bidangnya.”

Al-Habib Abdullah kembali menjelaskan:
“Kami tidak mengikuti tuntunan, kecuali tuntunan Allah SWT, tuntunan Rasul-Nya dan jejak al-Faqih al-Muqaddam. Dan tarekat orang-orang yang menuju kepada Allah SWT dan kami tidak membutuhkan tarekat selain tarekat ini. Para sesepuh kami al-Ba’alawi telah menetapkan sejumlah petunjuk bagi kami, karena itu kami tidak akan mengikuti petunjuk lain yang bertentangan dengan petunjuk mereka.”

Telah kami sebutkan bahwa di masa kecil beliau, al-Habib Abdullah mengerjakan shalat sunnah seratus rakaat setiap harinya setelah pulang dari rumah gurunya di waktu Dhuha. Karena itulah tidaklah mengherankan jika Allah SWT memberinya kedudukan sebagai ‘WALI AL-QUTHUB’ sejak usianya masih remaja.

Disebutkan bahwa beliau mendapat kedudukan Wali al-Quthub lebih dari ‘Enam Puluh Tahun’. Beliau menerima libas atau pakaian kewalian dari al-’Arif Billah al-Habib Muhammad bin Alawi (Shahib Makkah). Beliau menerima libas tersebut tepat ketika al-Habib Muhammad bin Alawi wafat di kota Makkah pada tahun 1070 H. Pada waktu itu, usia al-Habib Abdullah 26 tahun. Kedudukan Wali al-Quthub itu beliau sandang hingga beliau wafat (1132 H). Jadi beliau menjadi Wali al-Quthub lebih dari ’60 Tahun’.

Beliau menuntut ilmu pada ulama’-ulama’ di zamannya, diantaranya guru-guru beliau adalah: Sayyiduna Al-Quthub Al-Habib Umar bin Abdurrahman Al-Attas, Al-Habib Al-’Allamah Agil bin Abdurrahman As-Segaf, Al-Habib Al-’Allamah Abdurrahman bin Syeikh Aidid, Al-Habib Al-’Allamah Sahl bin Ahmad Bahsin Al-Hudayli Ba’alawi, dan termasuk guru-guru beliau juga adalah Al-Imam Al-’Allamah guru besar kota Makkah Al-Mukarromah, Al-Habib Muhammad bin Alwi As-Segaf, dan masih banyak lagi guru-guru beliau yang lainnya.

Beliau memiliki banyak murid, diantara murid-murid belia adalah: Al-Habib Hasan bin Abdullah Al-Haddad (putera beliau sendiri), Al-Habib Ahmad bin Zain Al-Habsyi, Al-Habib Abdurrahman bin Abdullah Bilfaqih, Al-Habib Umar bin Zain bin Smith, Al-Habib Muhammad bin Zain bin Smith, Al-Habib Umar bin Abdurrahman Al-Bar, Al-Habib Ali bin Abdullah bin Abdurrahman As-Segaf, Al-Habib Muhammad bin Umar bin Thoha Ash-Shafi As-Segaf, dan masih banyak lagi murid-murid beliau.

Di antara karya-karya tulis al-Habib Abdullah adalah: ar-Risalah Adab as-Suluk al-Murid, ar-Risalatul al-Mu’awanah, an-Nafaais al-’Ulwiyah Fi al-Masailis as-Sufiyah, Sabiilul Iddikar, al-Ithaaf as-Saail, at-Tatsbiitul Fuaad, ad-Da’wah at-Taamah, an-Nasaih ad-Diiniyah, dan masih banyak lagi lainnya.

Dan termasuk wirid-wirid yang beliau susun diantaranya yang sangat terkenal adalah ‘Ratib Al-Haddad’ yang beliau susun di malam Lailatul Qadr tahun 1071 H.

Beliau wafat hari Senin Malam Selasa tanggal 7 Dzulqa’dah 1132 H, dan di makamkan di pemakaman Zambal di kota Tarim-Hadhramaut-Yemen.

Semoga Allah merahmati beliau dengan rahmat yang teramat luasnya dan meridhoinya serta memberi kita manfaat dan barokah beliau serta ilmu-ilmu beliau di dunia dan akhirat. Aamiin..

Karamah beliau.

Adapun karamah yang diberikan kepada al-Habib Abdullah bin Alawi al-Haddad cukup banyak, sehingga kalau diungkapkan satu persatunya, maka akan membutuhkan waktu yang panjang. Sehingga kami hanya mengungkapkan sebagian kecil saja, seperti yang dapat di baca di bawah ini:

Seorang sahabat dekat al-Habib Abdullah berkata: “Pada suatu kali aku terlilit hutang yang banyak dan aku tidak dapat melunasinya, karena aku tidak mempunyai uang. Ketika aku menyampaikan keluhanku kepada al-Habib Abdullah al-Haddad, maka beliau berkata: ‘Semoga esok pagi semua hutangmu dapat terlunasi.’ Ternyata keesokan paginya, ada seorang lelaki memberiku sepuluh potong pakaian. Setelah aku menerimanya, kemudian akupun menjualnya, maka aku mendapat keuntungan yang lebih besar dari jumlah hutangku, semua itu adalah berkah karamah al-Habib Abdullah al-Haddad.”

Salah satu sahabat al-Habib Abdullah al-Haddad berkata:
“Salah seorang yang sangat cinta kepada al-Habib Abdullah al-Haddad berkata: ‘Aku pernah dirampok sampai semua hartaku habis. Maka akupun mendatangi al-Habib Abdullah untuk meminta tolong dan minta do’a. Ketika aku akan pamitan, maka ia berkata kepadaku, semoga engkau mendapat ganti yang lebih bagus daripada hartamu yang dirampok. Tetapi bacalah setiap paginya ‘YA RAZZAK’ sebanyak tiga ratus delapan puluh kali dan do’a sebagai berikut sebanyak empat kali:
“Allahumma Aghninii Bichalaalika ‘An Charaamika, Wa Bithaa’atika ‘An Ma’shiyatika Wa Bifadhlika ‘Amman Siwaak.”

Maka dengan izin Allah SWA, lelaki itu kembali dalam keadaan yang lebih baik, karena hidupnya lebih baik dan hutang-hutangnya sudah terlunasi. Ia termasuk seorang yang shaleh, bertakwa dan wara’. Ia banyak mengerjakan amal-amal kebajikan, terutama saedekah. Ia sangat yakin kepada al-Habib Abdullah dan kepada orang-orang shaleh. Ia wafat di Kota Syibam pada tahun empat puluh. Semoga Allah SWT merahmatinya dan menempatkannya di surga-Nya yang sangat luas.”

Selain itu, asy-Syeikh Abdullah Syarahil menceritakan kisah asy-Syeikh Umar Bahmid sebagai berikut: “Ada seorang datang mengadu kepada al-Habib Abdullah tentang sakit perut dan darah yang banyak keluar dari duburnya, dan ketika itu aku ada di sisinya. Maka al-Habib Abdullah berkata kepadaku: “Wahai Bahmid, obatilah orang ini.” Maka aku memegang perutnya, kemudian aku meniupnya. Maka penyakit orang itu sembuh pada waktu itu juga. Kemudian penyakit orang itu berpindah kepadaku, sampai aku mengeluh kepada al-Habib Abdullah. Kemudian beliau memberi makanan kepadaku sambil mengusap perutku dengan tangannya yang mulia, maka dengan izin Allah SWT penyakitku segera sembuh pada waktu itu juga.”

Asy-Syeikh Abdullah Syarahil menuturkan, bahwa al-Habib Ahmad berkata kepadaku: “Aku diberitahu oleh al-Habib Ahmad, bahwa al-Habib Abdullah al-Haddad berkata kepadanya: “Aku melihat ada seorang yang mengeluh sakit gigi dan ia minta do’a kesembuhan darimu.”
Maka aku berkata kepadanya: “Mengapa orang itu meminta do’a kepadaku, padahal engkau masih ada di dekatnya?”
Lalu al-Habib Abdullah mengatakan kepadaku: “Laksanakan saja perintahku.”

“Lalu akupun segera melaksanakan perintahnya, hingga penyakit orang itu sembuh, tetapi rasa sakitnya berpindah pada diriku. Ketika aku menghadap kepada al-Habib Abdullah, maka beliau memberitahuku: “Pdnyakit orang itu sudah sembuh, tetapi rasa sakitnya pindah kepadamu.”
“Memang aku merasakan sakitnya orang itu, namun segera hilang dengan berkahnya,” katanya.

Selain itu masih ada lagi kisah karamah yang dialami oleh al-Habib Abdullah sebagai berikut:

“Disebutkan bahwa ketika al-Habib Abdullah pergi menunaikan ibadah haji, maka ada seekor unta yang melompat-lompat karena emosi, sehingga tidak seorangpun yang berani mendekati dan menungganginya, karena lompatannya sangat keras. Ketika al-Habib Abdullah diberitahu tentang masalah itu, maka beliau mendatangi unta itu dan meletakkan tangannya di lehernya, maka dengan izin Allah SWT, maka unta itu menundukkan kepala kepadanya.”

Salah seorang sahabat dekat al-Habib Abdullah al-Haddad berkata:

“Aku diberitahu oleh salah seorang murid yang selalu mengikuti al-Habib Abdullah al-Haddad: “Pada suatu hari aku keluar untuk mengunjungi seorang syeikh yang dikenal oleh penduduk Kota Tarim dengan nama asy-Syeikh Maula ar-Rakah, dan aku kesana tanpa
memberitahu kepada al-Habib Abdullah lebih dahulu, sehingga aku kesana dalam keadaan demam yang sangat keras. Aku berkata dalam diriku sendiri: “Mungkin penyakitku ini disebabkan aku tidak memberitahu kepada al-Habib Abdullah terlebih dahulu.”

Ketika aku mendatangi al-Habib Abdullah dan mengeluh kepadanya, maka al-Habib Abdullah mengusap badanku dengan tangannya yang mulia. Dengan izin Allah dan berkah al-Habib Abdullah penyakitku segera sembuh dan tidak meninggalkan bekas apapun pada tubuhku.”

Semoga Allah mengumpulkan kita dan keluarga kita bersama beliau serta guru guru kita semua. Amin.

Sumber:
-Mengenal Lebih Dekat al-Habib Abdullah bin Alawi al-Haddad
-Menyingkap Rahasia Dzikir & Doa Dalam Ratib al-Haddad.

Wallahu a'lam bisshowwaab.

MENIKAH ADA TIGA UJIAN

MENIKAH ADA TIGA UJIAN :

1. Susah mencari rizqi yang halal di daerah sendiri.
2. Tidak sabar menghadapi tingkah laku yang tidak baik dari istrinya.
3. Adanya istri dan anak menjadikannya lalai kepada Allah Subhanahu wata’ala.

Maka untuk menanggulanginya ada TIGA cara agar pasangan suami-istri langgeng:
1. Istiqomahkan NGAJI.
2. Perbanyak SEDEKAH.
3. Lazimkan Ibadah WAJIB dan SUNNAH.

*Abu Hamid Muhammad bin Muhammad al Ghazali ath-Thusi asy-Syafi’i

Hasan Muhammad Al jaelani.

Ibadah dan iblis

|| Setiap hari, setiap jam, setiap menit, setiap detik, bahkan ada yang mengatakan setiap nafas beribadah, lalu ibadah itu apa sebenarnya?

al-Mukarram Romo Yai Asrori al-Ishaqi pernah memberikan pitutur bahwa al-'Ulama' al-Usuliyun mengatakan:

فعل المكلف على خلاف هوى نفسه تعظيما لربه
Ibadah adalah lakon-perbuatan yang dilakukan oleh mukallaf (aqil-baligh) atas dasar membedai hawanafsu-nya karena Ta'dhiman kepada Tuhan-nya.

Saya mencoba ngintip Faid al-Qadir karya al-Manawi rahimahulLah menemukan ta'rif yang sama persis seperti pada pitutur al-Mukarram diatas. Artinya. Ibadah itu amalan kebaikan yang berdasarkan penolakan hawanafsu dan ta'dziman (pengagungan) kepada Allah Subhanahu wa ta'ala. Akan tetapi kebanyakan orang berhenti pada amalan kebaikan saja, beberapa diantaranya berhenti pada ketaatan dan ta'dziman (pengagungan) kepada Tuhan, dan sangat sedikit yang mencakup keseluruhannya.

Saya kasih ibarah, dalam Kasyful Bayan, Imam as-Samarqandi dan juga dikatakan dalam Tafsir Showi:

فائدة : قال كعب الاخبار ان ابليس اللعين كان خازن الجنة اربعين الف سنة، ووعظ الملائكة عشرين الف سنة وسيد الكروبيين ثلاثين الف سنة، وسيد الروحانيين الف سنة، وطاف حول العرش اربعة عشر الف سنة
Sebuah Faidah: Berkata Ka'ab Al-akhbar "sungguh Iblis yang terlaknat telah menjadi penjaga surga selama 40.000 tahun, Guru dan Penasihat Malaikat selama 20.000 tahun, Pemimpin Malaikat Karubiyyun selama 30.000 tahun, Pemimpin Malaikat Ruhaniyyin selama 1000 tahun, dan (bukan cuma thawaf di ka'bah, bahkan mereka) thawaf di Arsy selama 14.000 tahun.

Titel? Coba lihat titel iblis dimukasyafat al-Kulub, Imam Ghazali;
ﺭﻭﻱ ﺃﻥ ﺇﺑﻠﻴﺲ ﻛﺎﻥ ﺍﺳﻤﻪ ﻓﻲ ﺍﻟﺴﻤﺎﺀ ﺍﻟﺪﻧﻴﺎ ﺍﻟﻌﺎﺑﺪ ﻭﻓﻲ ﺍﻟﺜﺎﻧﻴﺔ ﺍﻟﺰﺍﻫﺪ ﻭﻓﻲ ﺍﻟﺜﺎﻟﺜﺔ ﺍﻟﻌﺎﺭﻑ ﻭﻓﻲ ﺍﻟﺮﺍﺑﻌﺔ ﺍﻟﻮﻟﻲ ﻭﻓﻲ ﺍﻟﺨﺎﻣﺴﺔ ﺍﻟﺘﻘﻲ ﻭﻓﻲ ﺍﻟﺴﺎﺩﺳﺔ ﺍﻟﺨﺎﺯﻥ ﻭﻓﻲ ﺍﻟﺴﺎﺑﻌﺔ ﻋﺰﺍﺯﻳﻞ ﻭﻓﻲ ﺍﻟﻠﻮﺡ ﺍﻟﻤﺤﻔﻮﻅ ﺇﺑﻠﻴﺲ
Diriwayatkan bahwa Iblis di langit dunia mendapatkan titel Ahli 'Ibadah, pada langit ke-II disebut Ahli Zuhud, pada langit ke-III al-'Arif (ma'rifat bilLah), pada langit ke-IV disebut WaliyulLah, pada langit ke-V disebut Ahli Taqwa kepada Allah, pada langit ke-VI disebut Penjaga syurga, pada langit ke-VII Azazil (mengetahui ruh yang buruk dihadapan Allah). (tapi coba lihat pada putusan akhir) dilauh al-Mahfudz Iblis dilihat Iblis. Artinya. suka mengaburkan sesuatu antara yang haq dan batil. [Lihat; Mukhasyafat al-Kulub; 61]

Lalu apa hubungannya dengan ibadah? Imam Ghazali dalam maqalah diatas, beliau menutup maqalahnya dengan:
ﻭﻫﻮ ﻏﺎﻓﻞ ﻋﻦ ﻋﺎﻗﺒﺔ ﺃﻣﺮﻩ، ﻓﺄﻣﺮﻩ ﺍﻟﻠﻪ ﺃﻥ ﻳﺴﺠﺪ ﻷﺩﻡ
Dia. Iblis itu lalai akan akhir dari perkaranya, maka Allah subhanaHu wata'ala memerintahkan untuk bersujud kepada Nabi Adam 'alaih as-Salam.

Umat Islam yang terus istiqamah dalam beribadah intinya adalah tidak mengetahui akhir dari hayatnya. Boleh jadi saya atau anda sekarang iman dan islam, tapi apakah kita tahu akhir dari hayat kita masih membawa iman?. WalLahu yahdi ila ash-Shirath al-Mustaqim. Ihdina as-Shirath al-Mustaqim. Semoga kita dianugrahi ketaatan dan selalu istiqamah dan Iman & Islam hingga ruh terpisah dari raga.

||al-Qabul maghib 'an ru'yatina. Jogjakarta, 29 04 2016

Nasihat untuk kyai

Pesan dan Nasihat..
"KH. Hasan Abdullah Sahal"

1. Kalau pondok ingin berkembang dan maju, maka pimpinan, pengasuh harus fokus pada santri dan pesantrennya, dan harus punya "sibghoh" ke-kiai-an.

2. Berdasarkan pengalaman Gontor dan pengamatan puluhan tahun terhadap pondok-pondok alumni maka sebaiknya untuk para Kiai pesantren:
- Kiai jangan di bawah Yayasan
- Kiai jangan nyambi PNS
- Guru-guru jangan pula nyambi PNS
- Kiai jangan banyak kegiatan di luar (dakwah, gerakan politik praktis, dan bisnis)
- Kiai harus mengajar santri
- Kiai jangan magang Bupati/legislatif
- Kiai jangan ikutan partai
- Rumah Kiai jangan kelihatan megah seperti istana, kalau perlu tidak lebih baik daripada asrama santri
- Keuangan administrasi pondok harus profesional, jangan dipegang Bu Nyai.

3. Kecepatan kemajuan pondok diantaranya adalah sesuai kadar diwakafkannya, juga kadar keikhlasannya. Bila statusnya wakaf 100% dan ditunjang keikhlasan yang tinggi, Insya Allah akan berkembang dan maju. Tetapi, jika setengah-setengah, maka setengah-setengah pula perkembangan dan kemajuannya.

4. Pondok bukan lembaga pergerakan praktis, akan tetapi lembaga pendidikan. Fokus mendidik dan mengasuh anak-anak dan menyiapkan mereka untuk menjadi "mundzirul qaum".

Maka, anak-anak harus dididik "tafaqquh fid-din" (mendalami ilmu agama) di pondok supaya bisa menjadi "mundzirul qaum" (penyeru umat). Sebab, sekarang ini yang terjadi "mundzirul qaum" nya "ghoiru mutafaqqih fid-din". Ini kecelakan besar untuk umat dan bangsa. Kalau pondok meninggalkan sibghoh ini sebagai tempat "tafaqquh fid-din" lalu siapa yang akan mengambil peran ini?

5. Di pondok itu Kiai mendidik kehidupan, bukan sekedar mengatur kehidupan. Mengatur kehidupan itu seperti menejer, direktur, yang penting ada sistem dan SOP tinggal jalankan.

Akan tetapi mendidik kehidupan itu ketekunan, keikhlasan, keteladanan dan keterpanggilan yang dilandasi oleh nilai-nilai, jiwa, falsafah hidup dan sakralitas.

Bukan sekedar mengatur bagaimana santri makan, tidur dan sekolah, akan tetapi mendidik mereka cara makan yang benar, cara tidur yang benar, cara belajar yang benar dengan niat dan orientasi yang lurus. Dan itu bukan sekedar diomongkan, tetapi diteladankan. Itulah mendidik.

6. Di pondok itu jangan berfikir apa dan berapa yang didapat: saya dapat apa? keluarga dan anak saya dapat apa? fasilitas apa? itu namanya sampah perjuangan. Yang berlaku di pondok adalah: apa yang bisa aku lakukan untuk santri dan pesantren?

Tidak ada transaksi materialistik, tidak ada kontrak-kontrakan, karena semua yang di pondok ini berangkatnya dari keterpanggilan. Bukan mencari pekerjaan, bukan mencari popularitas!

Give, give and give! Itu yang berlaku di pondok. Bukan take and give! Apalagi take, take and take. Itu sampah perjuangan. Sampah kehidupan..!
_______________________
*10 April 2016

Dua Teladan Akhlak Mbah Arwani Amin

KH Muhammad Arwani Amin, sosok ulama kharismatik yang lahir di Kudus, Selasa Kliwon, 5 Rajab 1323 H, bertepatan dengan 5 September 1905 M. Selain masyhur sebagai seorang ulama yang sangat mencintai Al-Qur’an, pendiri Pondok Tahfidz Yanbu’ul Qur’an tersebut juga dikenal karena memiliki akhlak dan etiket yang sangat patut untuk dijadikan teladan.
1. MemuliakanTamu
Dalam keseharian KH Muhammad Arwani Amin, atau masyarakat sekitar biasa memanggil dengan sebutan Mbah Arwani, sangat memuliakan tetangga, para tamu, bahkan seorang pedagang yang menawarkan barang dagangan ke rumahnya. Semua kalangan dari berbagai lapisan masyarakat, mulai dari pejabat, pengusaha, hingga masyarakat biasa mendapat penghormatan yang sama. Mbah Arwani memuliakan mereka tanpa memandang status sosialnya.
Pernah suatu ketika ada pedagang sarung yang datang ke rumah beliau dan menawarkan sebuah sarung biasa (murah) tetapi pedagang tersebut mematok harga yang sangat tinggi. Khadim beliau, yaitu KH Muhammad Manshur yang mengetahui hal tersebut lantas matur (bilang) kepada Mbah Arwani, “Sebenarnya harga sarung itu murah, Mbah. Jenengan sudah ditipu oleh pedagang itu.” Lantas Mbah Arwani menjawab, “Biarkan saja, harusnya kita tetap bersyukur. Syukurlah bukan kita yang dijadikan Allah sebagai penipu.”
Mbah Arwani juga sering melakukan hal-hal yang semestinya “tidak perlu” beliau lakukan. Dikisahkan dari pengalaman seorang yang pernah bertamu di rumah Mbah Arwani. Setiap lebaran saya sowan (silaturrahim) ke rumah Mbah Yai. Tamu-tamu yang datang tentu bukan hanya saya, banyak sekali. Ketika rombongan kami masuk ke ruang tamu, langsung disambut beliau dengan keramahan. Setelah kami duduk, beliau mohon pamit sebentar, lalu menuju pintu dari mana tadi kami masuk. "Apa yang dilakukan beliau?" Batin saya. Saya terkejut ternyata beliau menata dan merapikan sandal-sandal kami.
2. Menyenangkan Orang Lain
Menurut KH Sya’roni Ahmadi yang juga merupakan salah satu santri Mbah Arwani berpendapat, setidak-tidaknya ada tiga hal yang sangat menonjol pada diri KH Muhammad Arwani Amin. Pertama, kedalaman ilmu pengetahuan agama (Islam), terutama pengetahuan terhadap ilmu-ilmu Al-Qur’an.
Kedua, ketawadukannya. Sebagai seorang ulama besar yang sudah dikenal masyarakat luas, Mbah Arwani tetap rendah hati dan selalu hormat kepada setiap orang dengan tanpa melihat apakah ia orang terpandang atau hanya orang biasa. Ketika KH Raden Asnawi masih hidup, beliau pernah menganjurkan kepada KH Muhammad Arwani Amin agar mendirikan pondok, tapi beliau menolak dengan alasan di Kudus sudah banyak pondok. Beliau hanya akan urun mengajar saja. Hal ini sebenarnya menunjukkan ketawadukan dan kehalusan perasaannya.
Ketiga, salah satu prinsip hidup beliau adalah idkhalus surur artinya, beliau selalu berusaha untuk menyenangkan dan menggembirakan orang. Itulah sebabnya, dalam pergaulan beliau senantiasa berperilaku yang membuat orang senang karenanya. Sebaliknya, beliau paling tidak suka merepotkan orang lain.”
Di samping kealiman Mbah Arwani sebagai seorang ulama, beliau senantiasa menjunjung tinggi sikap rendah hati dan memuliakan orang lain. Ihwal akhlak dan etiket beliau yang telah dipaparkan di atas, sudah semestinya kita jadikan teladan dalam berperilaku bermasyarakat. Al-Fatihah.
________________________
Oleh Aniq Muhammad, santri Pesantren Darul Falah Be-Songo; mahasiswa S1 UIN Walisongo Semarang.
NU Online
.
Banyak dari orang orang yg mengagumi para Beliau dan Ahlul Bait,  kita sebagai putu,  dan santri beliau Ahlul bait seharusnyalah kita sebagai santri yg lebih berhak untuk mengerti dan tahu,  untuk itu bila kita memiliki kisah teladan tentang beliau beliau,  marilah koya jangan sungkan untuk berbagi ke sesama putu santrine Mbah Arwani.
.
Matursuwun lan pangapunten ipun.

Tuesday, April 25, 2017

DOA AGAR DUNIA MENGEJARMU TANPA KAU MENGEJARNYA


بسم الله الرحمن الرحيم

Diriwayatkan bahwa seorang Shohaabat mengeluh kepada Rosuulullooh shollalloohu ‘alayhi wasallam dan berkata :
.
“Yaa Rosulallooh, kenapa DUNIA seolah-olah tidak menginginkanku, semua usahaku bangkrut, peternakan dan pertaniankupun selalu gagal panen?
.
Sambil tersenyum Nabiy Muhammad shollalloohu ‘alayhi wasallam mengajarkan tentang tasbiihnya para Malaaikat serta tasbiihnya penghuni 'alam semesta yaitu kalimat :

*ﺳﺒﺤﺎﻥ ﺍﻟﻠﻪ ﻭﺑﺤﻤﺪﻩ ﺳﺒﺤﺎﻥ ﺍﻟﻠﻪ ﺍﻟﻌﻈﻴﻢ ﺍﺳﺘﻐﻔﺮ ﺍﻟﻠﻪ*

SUBHAANALLOOHI WA BIHAMDIHII SUBHAANALLOOHIL ‘ADZHIIM ASTAGHFIRULLOOH
.
Lalu Nabiy shollalloohu ‘alaiyhi wasallam bersabda :
“Bacalah 100 kali sebelum terbit Fajar."
.
Maka DUNIA akan memohon kepada Allooh agar engkau miliki (mengejarmu tanpa kau mengejarnya)”
.
Selang beberapa bulan kemudian, shohaabat tadi kembali lagi dan bercerita :
.
“Yaa Rosuulallooh sekarang aku bingung dengan hartaku kemana harus aku letakkan hasil usaha dan peternakanku karena banyaknya.”
.
( Kitaab ﺃﺑﻮﺍﺏ ﺍﻟﻔﺮﺝ oleh Sayyid Muhammad bin 'Alwiy Al Maliki Al Hasany ra.)
.
Allhuma sholii 'alaa sayyidina muhammad wa 'alaa aalihi wa shohbihi wa salim
.
Silahkan Tag & share ~

Asam urat dan gula

Fatih Alawy
Sekedar berbagi informasi...
Minggu kemarin kami ada pertemuan dengan teman teman komunitas kami.
Di antara kami ada teman yang dulunya punya penyakit asam urat yang sudah akut...
Bahkan untuk berobat ke dokter saja sudah merasa capek karena males nelan obat... Karena sudah bertahun-tahun berobat dan minum pil... Juga ke berbagai alternatif... Makan pun sudah pilih pilih makanan.kakinya pun sudah bengkak....
Teman ini bercerita kepada kami..
Suatu hari saya bertamu sowan ke Abah Nafik Abdillah salam Kajen....
Dalam pisowanan itu Abah nafi' bertanya kepada saya perihal kakiku yang bengkak...
Saya jawab bengkak kaki saya itu di karenakan asam urat yang saya derita bertahun-tahun...
Abah nafi' ngendikan....
Untuk jenis penyakit asam urat maupun gula memang sangat sult untuk di sembuhkan....
Walaupun udah diet segala jenis makanan...
Tapi ada cara yang bisa menyembuhkan tapi dengan syarat Istiqomah melakukannya...
Ndak perlu dan Ndak usah tarak ( diet) apapun...
ketika mau makan minumlah air putih secukupnya..
Habis itu jangan sampai minum apapun jenis minuman sampai satu jam setelah nya....
Insyaallah nanti penyakit nya akan hilang...
Dan Alhamdulillah dawuh beliau saya laksanakan
Ndak sampai sebulan kaki saya yang bengkak udah hilang...
Dan lama kelamaan keluhan asam urat sampai sekarang sudah hilang...
Bhkn tetangga saya seorang sopir truk yg dulunya kena gula sdh parah ..
Sdh sering opersi pembedahan...bhkn sudah gak bisa kemana kemana...
juga smbuh stlh tak kasih informasi ini....
Ndak sampai satu tahun malah sekarang sudah pergi nyopir lagi....
Jadi kenapa tadi sehabis makan saya gak mau ngopi bareng bareng...
Nunggu setelah satu jam lagi nanti kita ngopi plus udut....
SEMOGA cerita ini ada manfaatnya....
Monggooooo di informasikan ke saudara saudara yang punya penyakit yang sama...
Siapa tahu dengan informasi ini kita bisa membantu saudara dan teman kita....

PESAN RASULULLAH SAW SEBELUM WAFAT

Sebelum malaikat Izrail diperintah Allah SWT untuk mencabut nyawa Nabi Muhammad, Allah berpesan kepada malaikat Jibril

“Hai Jibril, jika kekasih-Ku menolaknya, laranglah Izrail melakukan tugasnya!”

Sungguh berharganya manusia yang satu ini yang tidak lain adalah Nabi Muhammad SAW. Di rumah Nabi Muhammad SAW, Tiba-tiba dari luar pintu terdengar seorang yang berseru mengucapkan salam.

“Bolehkah saya masuk?” tanyanya.

Tapi Fatimah tidak mengizinkannya masuk sambil berkata,

“Maafkanlah, ayahku sedang demam” kata Fatimah yang membalikkan badan dan menutup pintu.

Kemudian Fatimah kembali menemani Nabi Muhammad SAW yang ternyata sudah membuka mata dan bertanya pada Fatimah,

“Siapakah itu wahai anakku?”. Tanya Rasululloh

“Tak tahulah ayahku, sepertinya orang baru, karena baru sekali ini aku melihatnya” tutur Fatimah lembut.

Lalu, Rasulullah menatap puterinya dengan pandangan yang menggetarkan. Seolah-olah bagian demi bagian wajah anaknya itu hendak dikenang.

“Ketahuilah wahai anakku, dialah yang menghapuskan kenikmatan sementara, dialah yang memisahkan pertemuan di dunia. Dialah malaikatul maut” kata Rasulullah,

Fatimah pun menahan ledakan tangisnya.
Malaikat maut pun datang menghampiri, tapi Rasulullah menanyakan kenapa Jibril tidak ikut bersama menyertainya. Kemudian dipanggillah Jibril yang sebelumnya sudah bersiap di atas langit dunia menyambut ruh kekasih Allah SWT dan penghulu dunia ini.

“Jibril, jelaskan apa hakku nanti di hadapan Allah?” Tanya Rasululllah dengan suara yang amat lemah.

“Pintu-pintu langit telah terbuka, para malaikat telah menanti ruhmu. Semua surga terbuka lebar menanti kedatanganmu” kata malaikat Jibril.

Tapi itu ternyata tidak membuat Rasulullah lega, matanya masih penuh kecemasan.

“Engkau tidak senang mendengar khabar ini?” Tanya malaikat Jibril lagi.

“Kabarkan kepadaku bagaimana nasib umatku kelak?” Tanya Rasululloh penuh dengan kekhawatiran.

“Jangan khawatir, wahai Rasul Allah, aku pernah mendengar bahwa Allah berfirman kepadaku: Kuharamkan surga bagi siapa saja, kecuali umat Muhammad telah berada di dalamnya” kata malaikat Jibril.

Detik-detik semakin dekat, saatnya malaikat Izrail melakukan tugasnya. Perlahan ruh Rasulullah ditarik. Nampak seluruh tubuh Rasulullah bersimbah peluh, urat-urat lehernya menegang.

“Jibril, betapa sakit sakaratul maut ini.” Perlahan Rasulullah mengaduh. Fatimah terpejam, Ali yang di sampingnya menunduk semakin dalam dan Jibril memalingkan muka. “Jijikkah kau melihatku, hingga kau palingkan wajahmu Jibril?” Tanya Rasulullah pada Malaikat pengantar wahyu itu.

“Siapakah yang sanggup, melihat kekasih Allah direnggut ajal” kata Jibril. Sebentar kemudian terdengar Rasulullah mengaduh, karena sakit yang tidak tertahankan lagi. “Ya Allah, dahsyat sekali maut ini, TIMPAKAN SAJA SEMUA SIKSA MAUT INI KEPADAKU, JANGAN PADA UMATKU”

Badan Rasulullah mulai dingin, kaki dan dadanya sudah tidak bergerak lagi. Bibirnya bergetar seakan hendak membisikkan sesuatu, Ali mendekatkan telinganya. “Uushiikum bis-shalaati, wamaa malakat aimaanukum (peliharalah shalat dan peliharalah orang-orang lemah di antaramu)”.

Di luar, pintu tangis mulai terdengar bersahutan, sahabat saling berpelukan. Fatimah menutupkan tangan di wajahnya, dan Ali kembali mendekatkan telinganya ke bibir Rasulullah yang mulai kebiruan. “Ummatii, ummatii, ummatiii! (Umatku, umatku, umatku)”. Dan, berakhirlah hidup manusia yang paling mulia yang memberi sinar itu.

Menurut jumhur ulama sebagian Sakitnya Sakarotulmaut Seluruh umat Nabi muhammad sudah dilimpahkan kepada Sayyidina muhammad....

Betapa mendalam cinta Rasulullah kepada kita ummatnya, bahkan diakhir kehidupannya hanya kita yang ada dalam fikirannya. Sakitnya sakaratul maut itu tetapi sedikit sekali kita mengingatnya bahkan untuk sekedar menyebut Mengagungkan Pangilan Nabinya.
Allahumma sholli 'alaa Sayyidina Muhammad wa 'ala ali Sayyidina Muhammad....

Mudah2an kita termasuk ummatnya yg nanti di hari kiamat akan mendapatkan syafaat baginda Rosulullah SAW.
Aamiin.

Allahumma sholli 'ala sayyidina Muhammad......

Ahli badr

Nama- nama Ahli Badr

إلهي سلم الأمة * من الآفات والنقمة
ومن هم ومن غمة * بأهل البدر يا الله

Dalam Kitab Aslul Qodr asma badar karya Syaikh Abuya Dimyati Bin Syaikh Amin Al-Jawi al-Bantani bahwa orang yang mengikuti perang badar yaitu:

1. Nabi Muhammad Shallallahu 'Alaihi Wasallam.
2. Abu Bakar as-Shiddiq Radliyallahu 'Anhu.
3. Umar bin al-Khattab Radliyallahu 'Anhu.
4. Utsman bin Affan Radliyallahu 'Anhu.
5. Ali bin Abu Tholib Karramallahu Wajhah.
6. Talhah bin ‘Ubaidillah Radliyallahu 'Anhu.
7. Bilal bin Rabbah Radliyallahu 'Anhu.
8. Hamzah bin Abdul Muttolib Radliyallahu 'Anhu.
9. Abdullah bin Jahsyi Radliyallahu 'Anhu.
10. Al-Zubair bin al-Awwam Radliyallahu 'Anhu.
11. Mus’ab bin Umair bin Hasyim Radliyallahu 'Anhu.
12. Abdur Rahman bin ‘Auf Radliyallahu 'Anhu.
13. Abdullah bin Mas’ud Radliyallahu 'Anhu.
14. Sa’ad bin Abi Waqqas Radliyallahu 'Anhu.
15. Abu Kabsyah al-Faris Radliyallahu 'Anhu.
16. Anasah al-Habsyi Radliyallahu 'Anhu.
17. Zaid bin Harithah al-Kalbi Radliyallahu 'Anhu.
18. Marthad bin Abi Marthad al-Ghanawi Radliyallahu 'Anhu.
19. Abu Marthad al-Ghanawi Radliyallahu 'Anhu.
20. Al-Husain bin al-Harith bin Abdul Muttolib Radliyallahu 'Anhu.
21. ‘Ubaidah bin al-Harith bin Abdul Muttolib Radliyallahu 'Anhu.
22. Al-Tufail bin al-Harith bin Abdul Muttolib Radliyallahu 'Anhu.
23. Mistah bin Usasah bin ‘Ubbad bin Abdul Muttolib Radliyallahu 'Anhu.
24. Abu Huzaifah bin ‘Utbah bin Rabi’ah Radliyallahu 'Anhu.
25. Subaih (maula Abi ‘Asi bin Umaiyyah) Radliyallahu 'Anhu.
26. Salim (maula Abu Huzaifah) Radliyallahu 'Anhu.
27. Sinan bin Muhsin Radliyallahu 'Anhu.
28. ‘Ukasyah bin Muhsin Radliyallahu 'Anhu.
29. Sinan bin Abi Sinan Radliyallahu 'Anhu.
30. Abu Sinan bin Muhsin Radliyallahu 'Anhu.
31. Syuja’ bin Wahab Radliyallahu 'Anhu.
32. ‘Utbah bin Wahab Radliyallahu 'Anhu.
33. Yazid bin Ruqais Radliyallahu 'Anhu.
34. Muhriz bin Nadhlah Radliyallahu 'Anhu.
35. Rabi’ah bin Aksam Radliyallahu 'Anhu.
36. Thaqfu bin Amir Radliyallahu 'Anhu.
37. Malik bin Amir Radliyallahu 'Anhu.
38. Mudlij bin Amir Radliyallahu 'Anhu.
39. Abu Makhsyi Suwaid bin Makhsyi al-To’i Radliyallahu 'Anhu.
40. ‘Utbah bin Ghazwan Radliyallahu 'Anhu.
41. Khabbab (maula ‘Utbah bin Ghazwan) Radliyallahu 'Anhu.
42. Hathib bin Abi Balta’ah al-Lakhmi Radliyallahu 'Anhu.
43. Sa’ad al-Kalbi (maula Hathib) Radliyallahu 'Anhu.
44. Suwaibit bin Sa’ad bin Harmalah Radliyallahu 'Anhu.
45. Umair bin Abi Waqqas Radliyallahu 'Anhu.
46. Al-Miqdad bin ‘Amru Radliyallahu 'Anhu.
47. Mas’ud bin Rabi’ah Radliyallahu 'Anhu.
48. Zus Syimalain Amru bin Amru Radliyallahu 'Anhu.
49. Khabbab bin al-Arat al-Tamimi Radliyallahu 'Anhu.
50. Amir bin Fuhairah Radliyallahu 'Anhu.51. Suhaib bin Sinan Radliyallahu 'Anhu.
52. Abu Salamah bin Abdul Asad Radliyallahu 'Anhu.53. Syammas bin Uthman Radliyallahu 'Anhu.
54. Al-Arqam bin Abi al-Arqam Radliyallahu 'Anhu.
55. Ammar bin Yasir Radliyallahu 'Anhu.
56. Mu’attib bin ‘Auf al-Khuza’i Radliyallahu 'Anhu.
57. Zaid bin al-Khattab Radliyallahu 'Anhu.
58. Amru bin Suraqah Radliyallahu 'Anhu.
59. Abdullah bin Suraqah Radliyallahu 'Anhu.
60. Sa’id bin Zaid bin Amru Radliyallahu 'Anhu.
61. Mihja bin Akk (maula Umar bin al-Khattab) Radliyallahu 'Anhu.
62. Waqid bin Abdullah al-Tamimi Radliyallahu 'Anhu.
63. Khauli bin Abi Khauli al-Ijli Radliyallahu 'Anhu.
64. Malik bin Abi Khauli al-Ijli Radliyallahu 'Anhu.
65. Amir bin Rabi’ah Radliyallahu 'Anhu.
66. Amir bin al-Bukair Radliyallahu 'Anhu.
67. Aqil bin al-Bukair Radliyallahu 'Anhu.
68. Khalid bin al-Bukair Radliyallahu 'Anhu.
69. Iyas bin al-Bukair Radliyallahu 'Anhu.
70. Uthman bin Maz’un Radliyallahu 'Anhu.
71. Qudamah bin Maz’un Radliyallahu 'Anhu.
72. Abdullah bin Maz’un Radliyallahu 'Anhu.
73. Al-Saib bin Uthman bin Maz’un Radliyallahu 'Anhu.
74. Ma’mar bin al-Harith Radliyallahu 'Anhu.
75. Khunais bin Huzafah Radliyallahu 'Anhu.
76. Abu Sabrah bin Abi Ruhm Radliyallahu 'Anhu.
77. Abdullah bin Makhramah Radliyallahu 'Anhu.
78. Abdullah bin Suhail bin Amru Radliyallahu 'Anhu.
79. Wahab bin Sa’ad bin Abi Sarah Radliyallahu 'Anhu.
80. Hatib bin Amru Radliyallahu 'Anhu.
81. Umair bin Auf Radliyallahu 'Anhu.
82. Sa’ad bin Khaulah Radliyallahu 'Anhu.
83. Abu Ubaidah Amir al-Jarah Radliyallahu 'Anhu.
84. Amru bin al-Harith Radliyallahu 'Anhu.
85. Suhail bin Wahab bin Rabi’ah Radliyallahu 'Anhu.
86. Safwan bin Wahab Radliyallahu 'Anhu.
87. Amru bin Abi Sarah bin Rabi’ah Radliyallahu 'Anhu.
88. Sa’ad bin Muaz Radliyallahu 'Anhu.
89. Amru bin Muaz Radliyallahu 'Anhu.
90. Al-Harith bin Aus Radliyallahu 'Anhu.
91. Al-Harith bin Anas Radliyallahu 'Anhu.
92. Sa’ad bin Zaid bin Malik Radliyallahu 'Anhu.
93. Salamah bin Salamah bin Waqsyi Radliyallahu 'Anhu.
94. ‘Ubbad bin Waqsyi Radliyallahu 'Anhu.
95. Salamah bin Thabit bin Waqsyi Radliyallahu 'Anhu.
96. Rafi’ bin Yazid bin Kurz Radliyallahu 'Anhu.
97. Al-Harith bin Khazamah bin ‘Adi Radliyallahu 'Anhu.
98. Muhammad bin Maslamah al-Khazraj Radliyallahu 'Anhu.
99. Salamah bin Aslam bin Harisy Radliyallahu 'Anhu.
100. Abul Haitham bin al-Tayyihan Radliyallahu 'Anhu.
101. ‘Ubaid bin Tayyihan Radliyallahu 'Anhu.
102. Abdullah bin Sahl Radliyallahu 'Anhu.
103. Qatadah bin Nu’man bin Zaid Radliyallahu 'Anhu.
104. Ubaid bin Aus Radliyallahu 'Anhu.
105. Nasr bin al-Harith bin ‘Abd Radliyallahu 'Anhu.
106. Mu’attib bin ‘Ubaid Radliyallahu 'Anhu.
107. Abdullah bin Tariq al-Ba’lawi Radliyallahu 'Anhu.
108. Mas’ud bin Sa’ad Radliyallahu 'Anhu.
109. Abu Absi Jabr bin Amru Radliyallahu 'Anhu.
110. Abu Burdah Hani’ bin Niyyar al-Ba’lawi Radliyallahu 'Anhu.
111. Asim bin Thabit bin Abi al-Aqlah Radliyallahu 'Anhu.
112. Mu’attib bin Qusyair bin Mulail Radliyallahu 'Anhu.
113. Abu Mulail bin al-Az’ar bin Zaid Radliyallahu 'Anhu.
114. Umair bin Mab’ad bin al-Az’ar Radliyallahu 'Anhu.
115. Sahl bin Hunaif bin Wahib Radliyallahu 'Anhu.
116. Abu Lubabah Basyir bin Abdul Munzir Radliyallahu 'Anhu.
117. Mubasyir bin Abdul Munzir Radliyallahu 'Anhu.
118. Rifa’ah bin Abdul Munzir Radliyallahu 'Anhu.
119. Sa’ad bin ‘Ubaid bin al-Nu’man Radliyallahu 'Anhu.
120. ‘Uwaim bin Sa’dah bin ‘Aisy Radliyallahu 'Anhu.
121. Rafi’ bin Anjadah Radliyallahu 'Anhu.
122. ‘Ubaidah bin Abi ‘Ubaid Radliyallahu 'Anhu.
123. Tha’labah bin Hatib Radliyallahu 'Anhu.
124. Unais bin Qatadah bin Rabi’ah Radliyallahu 'Anhu.
125. Ma’ni bin Adi al-Ba’lawi Radliyallahu 'Anhu.
126. Thabit bin Akhram al-Ba’lawi Radliyallahu 'Anhu.
127. Zaid bin Aslam bin Tha’labah al-Ba’lawi Radliyallahu 'Anhu.
128. Rib’ie bin Rafi’ al-Ba’lawi Radliyallahu 'Anhu.
129. Asim bin Adi al-Ba’lawi Radliyallahu 'Anhu.
130. Jubr bin ‘Atik Radliyallahu 'Anhu.
131. Malik bin Numailah al-Muzani Radliyallahu 'Anhu.
132. Al-Nu’man bin ‘Asr al-Ba’lawi Radliyallahu 'Anhu.
133. Abdullah bin Jubair Radliyallahu 'Anhu.
134. Asim bin Qais bin Thabit Radliyallahu 'Anhu.
135. Abu Dhayyah bin Thabit bin al-Nu’man Radliyallahu 'Anhu.
136. Abu Hayyah bin Thabit bin al-Nu’man Radliyallahu 'Anhu.
137. Salim bin Amir bin Thabit Radliyallahu 'Anhu.
138. Al-Harith bin al-Nu’man bin Umayyah Radliyallahu 'Anhu.
139. Khawwat bin Jubair bin al-Nu’man Radliyallahu 'Anhu.
140. Al-Munzir bin Muhammad bin ‘Uqbah Radliyallahu 'Anhu.
141. Abu ‘Uqail bin Abdullah bin Tha’labah Radliyallahu 'Anhu.
142. Sa’ad bin Khaithamah Radliyallahu 'Anhu.
143. Munzir bin Qudamah bin Arfajah Radliyallahu 'Anhu.
144. Tamim (maula Sa’ad bin Khaithamah) Radliyallahu 'Anhu.
145. Al-Harith bin Arfajah Radliyallahu 'Anhu.
146. Kharijah bin Zaid bin Abi Zuhair Radliyallahu 'Anhu.
147. Sa’ad bin al-Rabi’ bin Amru Radliyallahu 'Anhu.
148. Abdullah bin Rawahah Radliyallahu 'Anhu.
149. Khallad bin Suwaid bin Tha’labah Radliyallahu 'Anhu.
150. Basyir bin Sa’ad bin Tha’labah Radliyallahu 'Anhu.
151. Sima’ bin Sa’ad bin Tha’labah Radliyallahu 'Anhu.
152. Subai bin Qais bin ‘Isyah Radliyallahu 'Anhu.
153. ‘Ubbad bin Qais bin ‘Isyah Radliyallahu 'Anhu.
154. Abdullah bin Abbas Radliyallahu 'Anhu.
155. Yazid bin al-Harith bin Qais Radliyallahu 'Anhu.
156. Khubaib bin Isaf bin ‘Atabah Radliyallahu 'Anhu.
157. Abdullah bin Zaid bin Tha’labah Radliyallahu 'Anhu.
158. Huraith bin Zaid bin Tha’labah Radliyallahu 'Anhu.
159. Sufyan bin Bisyr bin Amru Radliyallahu 'Anhu.
160. Tamim bin Ya’ar bin Qais Radliyallahu 'Anhu.
161. Abdullah bin Umair Radliyallahu 'Anhu.
162. Zaid bin al-Marini bin Qais Radliyallahu 'Anhu.
163. Abdullah bin ‘Urfutah Radliyallahu 'Anhu.
164. Abdullah bin Rabi’ bin Qais Radliyallahu 'Anhu.
165. Abdullah bin Abdullah bin Ubai Radliyallahu 'Anhu.
166. Aus bin Khauli bin Abdullah Radliyallahu 'Anhu.
167. Zaid bin Wadi’ah bin Amru Radliyallahu 'Anhu.
168. ‘Uqbah bin Wahab bin Kaladah Radliyallahu 'Anhu.
169. Rifa’ah bin Amru bin Amru bin Zaid Radliyallahu 'Anhu.
170. Amir bin Salamah Radliyallahu 'Anhu.
171. Abu Khamishah Ma’bad bin Ubbad Radliyallahu 'Anhu.
172. Amir bin al-Bukair Radliyallahu 'Anhu.
173. Naufal bin Abdullah bin Nadhlah Radliyallahu 'Anhu.
174. ‘Utban bin Malik bin Amru bin al-Ajlan Radliyallahu 'Anhu.
175. ‘Ubadah bin al-Somit Radliyallahu 'Anhu.
176. Aus bin al-Somit Radliyallahu 'Anhu.
177. Al-Nu’man bin Malik bin Tha’labah Radliyallahu 'Anhu.
178. Thabit bin Huzal bin Amru bin Qarbus Radliyallahu 'Anhu.
179. Malik bin Dukhsyum bin Mirdhakhah Radliyallahu 'Anhu.
180. Al-Rabi’ bin Iyas bin Amru bin Ghanam Radliyallahu 'Anhu.
181. Waraqah bin Iyas bin Ghanam Radliyallahu 'Anhu.
182. Amru bin Iyas Radliyallahu 'Anhu.
183. Al-Mujazzar bin Ziyad bin Amru Radliyallahu 'Anhu.
184. ‘Ubadah bin al-Khasykhasy Radliyallahu 'Anhu.
185. Nahhab bin Tha’labah bin Khazamah Radliyallahu 'Anhu.
186. Abdullah bin Tha’labah bin Khazamah Radliyallahu 'Anhu.
187. Utbah bin Rabi’ah bin Khalid Radliyallahu 'Anhu.
188. Abu Dujanah Sima’ bin Kharasyah Radliyallahu 'Anhu.
189. Al-Munzir bin Amru bin Khunais Radliyallahu 'Anhu.
190. Abu Usaid bin Malik bin Rabi’ah Radliyallahu 'Anhu.
191. Malik bin Mas’ud bin al-Badan Radliyallahu 'Anhu.
192. Abu Rabbihi bin Haqqi bin Aus Radliyallahu 'Anhu.
193. Ka’ab bin Humar al-Juhani Radliyallahu 'Anhu.
194. Dhamrah bin Amru Radliyallahu 'Anhu.
195. Ziyad bin Amru Radliyallahu 'Anhu.
196. Basbas bin Amru Radliyallahu 'Anhu.
197. Abdullah bin Amir al-Ba’lawi Radliyallahu 'Anhu.
198. Khirasy bin al-Shimmah bin Amru Radliyallahu 'Anhu.
199. Al-Hubab bin al-Munzir bin al-Jamuh Radliyallahu 'Anhu.
200. Umair bin al-Humam bin al-Jamuh Radliyallahu 'Anhu.
201. Tamim (maula Khirasy bin al-Shimmah) Radliyallahu 'Anhu.
202. Abdullah bin Amru bin Haram Radliyallahu 'Anhu.
203. Muaz bin Amru bin al-Jamuh Radliyallahu 'Anhu.
204. Mu’awwiz bin Amru bin al-Jamuh Radliyallahu 'Anhu.
205. Khallad bin Amru bin al-Jamuh Radliyallahu 'Anhu.
206. ‘Uqbah bin Amir bin Nabi bin Zaid Radliyallahu 'Anhu.
207. Hubaib bin Aswad Radliyallahu 'Anhu.
208. Thabit bin al-Jiz’i Radliyallahu 'Anhu.
209. Umair bin al-Harith bin Labdah Radliyallahu 'Anhu.
210. Basyir bin al-Barra’ bin Ma’mur Radliyallahu 'Anhu.
211. Al-Tufail bin al-Nu’man bin Khansa’ Radliyallahu 'Anhu.
212. Sinan bin Saifi bin Sakhr bin Khansa’ Radliyallahu 'Anhu.
213. Abdullah bin al-Jaddi bin Qais Radliyallahu 'Anhu.
214. Atabah bin Abdullah bin Sakhr Radliyallahu 'Anhu.
215. Jabbar bin Umaiyah bin Sakhr Radliyallahu 'Anhu.
216. Kharijah bin Humayyir al-Asyja’i Radliyallahu 'Anhu.
217. Abdullah bin Humayyir al-Asyja’i Radliyallahu 'Anhu.
218. Yazid bin al-Munzir bin Sahr Radliyallahu 'Anhu.
219. Ma’qil bin al-Munzir bin Sahr Radliyallahu 'Anhu.
220. Abdullah bin al-Nu’man bin Baldumah Radliyallahu 'Anhu.
221. Al-Dhahlak bin Harithah bin Zaid Radliyallahu 'Anhu.
222. Sawad bin Razni bin Zaid Radliyallahu 'Anhu.
223. Ma’bad bin Qais bin Sakhr bin Haram Radliyallahu 'Anhu.
224. Abdullah bin Qais bin Sakhr bin Haram Radliyallahu 'Anhu.
225. Abdullah bin Abdi Manaf Radliyallahu 'Anhu.
226. Jabir bin Abdullah bin Riab Radliyallahu 'Anhu.
227. Khulaidah bin Qais bin al-Nu’man Radliyallahu 'Anhu.
228. An-Nu’man bin Yasar Radliyallahu 'Anhu.
229. Abu al-Munzir Yazid bin Amir Radliyallahu 'Anhu.
230. Qutbah bin Amir bin Hadidah Radliyallahu 'Anhu.
231. Sulaim bin Amru bin Hadidah Radliyallahu 'Anhu.
232. Antarah (maula Qutbah bin Amir) Radliyallahu 'Anhu.
233. Abbas bin Amir bin Adi Radliyallahu 'Anhu.
234. Abul Yasar Ka’ab bin Amru bin Abbad Radliyallahu 'Anhu.
235. Sahl bin Qais bin Abi Ka’ab bin al-Qais Radliyallahu 'Anhu.
236. Amru bin Talqi bin Zaid bin Umaiyah Radliyallahu 'Anhu.
237. Muaz bin Jabal bin Amru bin Aus Radliyallahu 'Anhu.
238. Qais bin Mihshan bin Khalid Radliyallahu 'Anhu.
239. Abu Khalid al-Harith bin Qais bin Khalid Radliyallahu 'Anhu.
240. Jubair bin Iyas bin Khalid Radliyallahu 'Anhu.
241. Abu Ubadah Sa’ad bin Uthman Radliyallahu 'Anhu.
242. ‘Uqbah bin Uthman bin Khaladah Radliyallahu 'Anhu.
243. Ubadah bin Qais bin Amir bin Khalid Radliyallahu 'Anhu.
244. As’ad bin Yazid bin al-Fakih Radliyallahu 'Anhu.
245. Al-Fakih bin Bisyr Radliyallahu 'Anhu.
246. Zakwan bin Abdu Qais bin Khaladah Radliyallahu 'Anhu.
247. Muaz bin Ma’ish bin Qais bin Khaladah Radliyallahu 'Anhu.
248. Aiz bin Ma’ish bin Qais bin Khaladah Radliyallahu 'Anhu.
249. Mas’ud bin Qais bin Khaladah Radliyallahu 'Anhu.
250. Rifa’ah bin Rafi’ bin al-Ajalan Radliyallahu 'Anhu.
251. Khallad bin Rafi’ bin al-Ajalan Radliyallahu 'Anhu.

252. Ubaid bin Yazid bin Amir bin al-Ajalan Radliyallahu 'Anhu.
253. Ziyad bin Lubaid bin Tha’labah Radliyallahu 'Anhu.
254. Khalid bin Qais bin al-Ajalan Radliyallahu 'Anhu.
255. Rujailah bin Tha’labah bin Khalid Radliyallahu 'Anhu.
256. Atiyyah bin Nuwairah bin Amir Radliyallahu 'Anhu.
257. Khalifah bin Adi bin Amru Radliyallahu 'Anhu.
258. Rafi’ bin al-Mu’alla bin Luzan Radliyallahu 'Anhu.
259. Abu Ayyub bin Khalid al-Ansari Radliyallahu 'Anhu.
260. Thabit bin Khalid bin al-Nu’man Radliyallahu 'Anhu.
261. ‘Umarah bin Hazmi bin Zaid Radliyallahu 'Anhu.
262. Suraqah bin Ka’ab bin Abdul Uzza Radliyallahu 'Anhu.
263. Suhail bin Rafi’ bin Abi Amru Radliyallahu 'Anhu.
264. Adi bin Abi al-Zaghba’ al-Juhani Radliyallahu 'Anhu.
265. Mas’ud bin Aus bin Zaid Radliyallahu 'Anhu.
266. Abu Khuzaimah bin Aus bin Zaid Radliyallahu 'Anhu.
267. Rafi’ bin al-Harith bin Sawad bin Zaid Radliyallahu 'Anhu.
268. Auf bin al-Harith bin Rifa’ah Radliyallahu 'Anhu.
269. Mu’awwaz bin al-Harith bin Rifa’ah Radliyallahu 'Anhu.
270. Muaz bin al-Harith bin Rifa’ah Radliyallahu 'Anhu.
271. An-Nu’man bin Amru bin Rifa’ah Radliyallahu 'Anhu.
272. Abdullah bin Qais bin Khalid Radliyallahu 'Anhu.
273. Wadi’ah bin Amru al-Juhani Radliyallahu 'Anhu.
274. Ishmah al-Asyja’i Radliyallahu 'Anhu.
275. Thabit bin Amru bin Zaid bin Adi Radliyallahu 'Anhu.
276. Sahl bin ‘Atik bin al-Nu’man Radliyallahu 'Anhu.
277. Tha’labah bin Amru bin Mihshan Radliyallahu 'Anhu.
278. Al-Harith bin al-Shimmah bin Amru Radliyallahu 'Anhu.
279. Ubai bin Ka’ab bin Qais Radliyallahu 'Anhu.
280. Anas bin Muaz bin Anas bin Qais Radliyallahu 'Anhu.
281. Aus bin Thabit bin al-Munzir bin Haram Radliyallahu 'Anhu.
282. Abu Syeikh bin Ubai bin Thabit Radliyallahu 'Anhu.
283. Abu Tolhah bin Zaid bin Sahl Radliyallahu 'Anhu.
284. Abu Syeikh Ubai bin Thabit Radliyallahu 'Anhu.
285. Harithah bin Suraqah bin al-Harith Radliyallahu 'Anhu.
286. Amru bin Tha’labah bin Wahb bin Adi Radliyallahu 'Anhu.
287. Salit bin Qais bin Amru bin ‘Atik Radliyallahu 'Anhu.
288. Abu Salit bin Usairah bin Amru Radliyallahu 'Anhu.
289. Thabit bin Khansa’ bin Amru bin Malik Radliyallahu 'Anhu.
290. Amir bin Umaiyyah bin Zaid Radliyallahu 'Anhu.
291. Muhriz bin Amir bin Malik Radliyallahu 'Anhu.
292. Sawad bin Ghaziyyah Radliyallahu 'Anhu.
293. Abu Zaid Qais bin Sakan Radliyallahu 'Anhu.
294. Abul A’war bin al-Harith bin Zalim Radliyallahu 'Anhu.
295. Sulaim bin Milhan Radliyallahu 'Anhu.
296. Haram bin Milhan Radliyallahu 'Anhu.
297. Qais bin Abi Sha’sha’ah Radliyallahu 'Anhu.
298. Abdullah bin Ka’ab bin Amru Radliyallahu 'Anhu.
299. ‘Ishmah al-Asadi Radliyallahu 'Anhu.
300. Abu Daud Umair bin Amir bin Malik Radliyallahu 'Anhu.
301. Suraqah bin Amru bin ‘Atiyyah Radliyallahu 'Anhu.
302. Qais bin Mukhallad bin Tha’labah Radliyallahu 'Anhu.
303. Al-Nu’man bin Abdi Amru bin Mas’ud Radliyallahu 'Anhu.
304. Al-Dhahhak bin Abdi Amru Radliyallahu 'Anhu.
305. Sulaim bin al-Harith bin Tha’labah Radliyallahu 'Anhu.
306. Jabir bin Khalid bin Mas’ud Radliyallahu 'Anhu.
307. Sa’ad bin Suhail bin Abdul Asyhal Radliyallahu 'Anhu.
308. Ka’ab bin Zaid bin Qais Radliyallahu 'Anhu.
309. Bujir bin Abi Bujir al-Abbasi Radliyallahu 'Anhu.
310. ‘Itban bin Malik bin Amru al-Ajalan Radliyallahu 'Anhu.
311. ‘Ismah bin al-Hushain bin Wabarah Radliyallahu 'Anhu.
312. Hilal bin al-Mu’alla al-Khazraj Radliyallahu 'Anhu.
313. Oleh bin Syuqrat Radliyallahu 'A

Menyembunyikan ibadah

Terdapat ahli ibadah yang menyembunyikan ibadahnya. Tak ada orang yang mengetahui bahwa ia telah puasa selama 11 tahun. Dan tentu saja amalan itu menjanjikan kedudukan yang besar di sisi ALLOH.

Melihat hal itu, Iblis menyerupai pengemis dan mendekati ahli ibadah itu sambil membentaknya berkali-kali: "Cepat beri aku makan!! Sudah 3 hari ini aku puasa dan berbuka seadanya!".

Karena terus dibentak, maka ahli ibadah itu tidak tahan, dan menggertaknya sambil marah: "Kau baru puasa 3 hari sudah bangga, Aku sudah puasa 11 tahun ini tak sombong sepertimu!".

Mendengar itu Iblis bangkit meninggalkannya sambil mengucap: "Hanya pengakuanmu itu yang kuinginkan, sekarang kau gagal mencapai keikhlasan di sisi-NYA".