KETERBUKAAN
Dahulu, kalau ada apa-apa dengan ibuku, beliau pasti langsung bercerita padaku. Entah gembira atau gelisah, ia selalu mencurahkan isi hatinya. Jika ada hal yang membuat hatinya suka, atau hal yang menjadi kegundahannya, ia tak segan untuk bercerita.
Tentu saja aku hanya bisa mendengarkan dan manggut-manggut. Aku hanya anak kecil. Aku juga tak habis pikir, padahal masih banyak kerabat yang lebih dewasa atau malah lebih tua dari ibu untuk diajak bercerita. Ibu malah lebih sering bicara padaku. Seakan-akan akulah kotak rahasianya, tempat ia menyimpan segala isi hatinya.
Tahun demi tahun berlalu. Aku pun tumbuh dewasa dengan bertambahnya usia. Masalah demi masalah silih berganti menghantam hidupku. Suka dan duka datang dan pergi dalam hari-hariku. Di saat-saat susah dan gundah, aku selalu bercerita lepas kepada ibuku. Tak ada yang kututup-tutupi dengan beliau. Semua terlontar begitu saja tanpa canggung atau segan seperti yang dirasakan sebagian teman, yang merasa risih untuk curhat kepada orang tua mereka atas masalah yang sedang dihadapi.
Semua unek-unek dalam hatiku kucurahkan pada ibu. Seakan-akan beliau menjadi kotak rahasia bagi isi hatiku. Dan setiap kali aku berbicara apa adanya dengan beliau, hatiku pun bisa lebih lega. Kini aku mulai paham mengapa dahulu ibu membiasakan aku sebagai teman bicaranya. Agar ketika aku beranjak remaja hingga dewasa, orang pertama untuk kuajak bicara adalah ibu.
Kini beliau sudah tiada. Dan aku selalu merindukan setiap kesempatan berbincang dengannya. Sekarang giliranku untuk menjadi teman setia bagi anak-anakku.
_____
Diterjemahkan dari salah satu bab dalam 700 Fikrah fi Tarbiyyatil Abna' karya Abdullah Muhammad Abdul Mu'thi oleh Zia Ul Haq Foto: Pak Ramzan Kadyrov (Presiden Checnya) dengan emaknya. #Edufamily
Krapyak, Ahad 16 April 2017
No comments:
Post a Comment