Alhamdulillah, acaranya berjalan dengan lancar.
Tadi sore, di aula Al-muktamar, kami mengadakan pelatihan dakwah untuk para delegasi Safari Ramdhan yang ditutori oleh KH. Azizi Hasbullah, Blitar.
Dalam sesi tanya jawab, seorang santri bernama Abdur Rozaq asal Madura bertanya:
"Di daerah saya, masih banyak anak muda yang (mohon maaf) menggunakan narkotika, minuman keras, sabu-sabu dan lain sebagainya. Bahkan hal itu sudah menjadi sesuatu yang sangat lumrah di kalangan pemuda seumuran saya.
Nah, yang saya tanyakan, berangkat dari keterangan yang saya baca di makalah Bpk. KH. Azizi, bahwa: Dalam berdakwah kita harus bisa berbaur pada seluruh lapisan masyarakat. Ya, yang tua, ya, yang muda.
Apakah dalam kasus anak muda di daerah saya ini juga sama? Jadi saya harus berbaur. Maksud saya ... "
Audiens sejenak tertawa.
"Ya seperti itulah. Mohon penjelasannya."
Meski pertanyaan itu ditujukan pada Kiai Azizi, namun secara alamiah, kita yang ikut mendengarkan serasa ingin ikutan menjawab. Tentu ada banyak kemungkinan jawaban. Mereka yang hadir mulai menebak-nebak, bagaimanakah tutor yang kerap dijuluki macan Lirboyo itu akan menjawab. Dengan penggambaran yang mudah dicerna, beliau menjawab:
"Air yang berkapasitas kurang dari dua kullah, jika kemasukan najis, maka airnya menjadi najis. Tapi jika air tersebut lebih dari dua kullah, maka air tersebut akan tetap murni. Sekarang kira-kira kapasitas kita termasuk yang sudah lebih dari dua kullah, apa belum?"
Nun disana, saudara Abdur Rozaq, tersimpul-simpul senyumnya.
"Jika belum, lebih baik jangan berbaur. Bisa-bisa kita yang akan terjerumus." lanjut beliau. "Cara yang tepat menanganinya, cukup mendekati, lalu sebisa mungkin mengajak. Tentunya dengan akhlak yang baik dan sopan."
Perlahan, jika mereka sudah mau berangkat ke pengajian, mereka juga tahu hukum dari apa yang mereka perbuat.
***
Dalam kesempatan itu, beliau Kiai Azizi berulang kali menuturkan, sebagaimana yang dulu pernah didawuhkan salah satu masyayikh Lirboyo, bahwa:
"Kita tidak perlu memperkenalkan identitas kita sebagai warga nahdliyyin. Cukup mempraktekan amaliah kesehariannya saja. Memperkanalkan adab. Cara bergaul, melaksanakan ibadah-ibadah sunnah dan lain sebagainya. Karena dakwah 'bil hal' jauh lebih utama dari dakwah 'bil lisan'.."
Semoga bermanfaat.
*Salam santri Nusantara.