Thursday, June 29, 2017

Dzikir yang banyak

تَأَمَّلْ هَذِهِ الْآيَةَ وَانْظُرْ أَيْنَ وَرَدَتْ فِيْهَا كَلِمَةُ "كَثِيْرًا"

Perhatikan ayat berikut. Dan lihatlah dimana disebutkan kata “katsir” (banyak)

قَالَ تَعَالَى:

Allah berfirman

إِنَّ الْمُسْلِمِينَ وَالْمُسْلِمَاتِ
وَالْمُؤْمِنِينَ وَالْمُؤْمِنَاتِ
وَالْقَانِتِينَ وَالْقَانِتَاتِ
وَالصَّادِقِينَ وَالصَّادِقَاتِ
وَالصَّابِرِينَ وَالصَّابِرَاتِ
وَالْخَاشِعِينَ وَالْخَاشِعَاتِ
وَالْمُتَصَدِّقِينَ وَالْمُتَصَدِّقَاتِ
وَالصَّائِمِينَ وَالصَّائِمَاتِ
وَالْحَافِظِينَ فُرُوجَهُمْ وَالْحَافِظَاتِ
وَالذَّاكِرِينَ اللَّهَ كَثِيرًا وَالذَّاكِرَاتِ
أَعَدَّ اللَّهُ لَهُم مَّغْفِرَةً وَأَجْرًا عَظِيمً

“Sesungguhnya laki-laki dan perempuan yang muslim,
laki-laki dan perempuan yang mukmin,
laki-laki dan perempuan yang tetap dalam ketaatannya,
laki-laki dan perempuan yang benar,
laki-laki dan perempuan yang sabar,
laki-laki dan perempuan yang khusyuk,
laki-laki dan perempuan yang bersedekah,
laki-laki dan perempuan yang berpuasa,
laki-laki dan perempuan yang memelihara kehormatannya,
laki-laki dan perempuan yang banyak menyebut (nama) Allah,
Allah telah menyediakan untuk mereka ampunan dan pahala yang besar.” (QS: Al Ahzab: 35)

هُنَاكَ صِفَةٌ وَاحِدَةٌ وَرَدَتْ مَعَهَا كَلِمَةُ ( كَثِيْرًا ) ، فَلَمْ يَقُلْ سُبْحَانَهُ وَالْمُتَصَدِّقِيْنَ كَثِيْرًا وَلاَ الصَّائِمِيْنَ كَثِيْرًا

Hanya ada satu sifat yang disebutkan bersamanya kata “Katsiir” (banyak). Allah tidak mengatakan dan orang-orang yang banyak bersedekah, tidak pulah orang-orang yang banyak berpuasa.

لَكِنَّهُ قَالَ :
( وَالذَّاكِرِيْنَ اللهَ كَثِيْرًا)

Namun Allah mengatakan : “orang-orang yang banyak berdzikir menyebut Allah.”

وَعِنْدَمَا أَوْصَى اللهُ نَبِيَّهُ زَكَرِيَّا عَلَيْهِ السَّلَامُ قَالَ :

Ketika Allah memberi wasiat kepada Nabi Zakariya As, Allah berfirman:

قَالَ رَبِّ اجْعَلْ لِي آيَةً قَالَ آيَتُكَ أَلَّا تُكَلِّمَ النَّاسَ ثَلَاثَةَ أَيَّامٍ إِلَّا رَمْزًا وَاذْكُرْ رَبَّكَ كَثِيرًا وَسَبِّحْ بِالْعَشِيِّ وَالْإِبْكَارِ

“berkata Zakariya: "Berilah aku suatu tanda (bahwa isteriku telah mengandung)". Allah berfirman: "Tandanya bagimu, kamu tidak dapat berkata-kata dengan manusia selama tiga hari, kecuali dengan isyarat. dan sebutlah (nama) Tuhanmu sebanyak-banyaknya serta bertasbihlah di waktu petang dan pagi hari".” (QS: Ali Imran: 41)

وَنَبِيُّ اللهِ مُوْسَى عَلَيْهِ السَّلَامُ كَانَ مُدْرِكًا لِحَقِيْقَةِ هَذَا الْكَنْزِ فَقَالَ :

Nabi Musa As, dahulu menemukan hakikat simpanan berharga ini, dia pun mengatakan:

كَيْ نُسَبِّحَكَ كَثِيْرًا وَنَذْكُرَكَ كَثِيْرًا

supaya Kami banyak bertasbih kepada Engkau, dan banyak mengingat Engkau. (QS: Thaahaa:33-34)

وَقَدْ أَمَرَنَا اللهُ تَعَالَى بِذَلِكَ فَقَالَ :

Terhadap hal itu, Allah pun telah memerintahkan kepada kita :

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اذْكُرُوا اللَّهَ ذِكْرًا كَثِيرًا، وَسَبِّحُوهُ بُكْرَةً وَأَصِيْلًا

Hai orang-orang yang beriman, berzdikirlah (dengan menyebut nama) Allah, zikir yang sebanyak-banyaknya. dan bertasbihlah kepada-Nya diwaktu pagi dan petang. (QS: Al Ahzab: 41-42)

وَعَلَى الْعَكْسِ ، فَإِنَّ مِنْ صِفَاتِ الْمُنَافِقِيْنَ أَنَّهُمْ : لاَ يَذْكُرُوْنَ اللهَ إِلاَّ قَلِيْلاً

Dan sebaliknya, sesungguhnya diantara sifat orang munafik bahwa mereka : “dan tidaklah mereka menyebut Allah kecuali sedikit sekali” (QS: An Nisaa: 142)

وَحَتَّى حِيْنَ لِقَاءِ الْعَدُوِّ فِي الْحَرْبِ : وَرَدَ الْأَمْرُ بِكَثْرَةِ الذِّكْرِ

Bahwkan disaat berhadapan dengan musuh dalam peperangan, turun perintah agar memperbanyak berdzikir,

يَا أَيُهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا إِذَا لَقِيْتُمْ فِئَةً فَاثْبُتُوْا وَاذْكُرُوْا اللهَ كَثِيْرًا لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُوْنَ

Hai orang-orang yang beriman. apabila kamu memerangi pasukan (musuh), Maka berteguh hatilah kamu dan sebutlah (nama) Allah sebanyak-banyaknya agar kamu beruntung. (QS: Al Anfaal: 45)

عِبَادَةٌ ﻻَ تَحْتَاجُ إِلَى وُضُوْءٍ
وَلاَ اتِّجَاهٍ لِقِبْلَةٍ
وَلَا مَالٍ
وَﻻَ جُهْدٍ
وَﻻَ وَقْتٍ مُحَدَّدٍ
وَلاَ حَتَّى بَذْلٍ وَعَطَاءٍ.
وَلَكِنْ تَحْتَاجُ إِلَى تَوْفِيْقٍ مِنَ اللهِ،

Dzikir adalah ibadah yang tidak memerlukan berwudhu’
Tidak perlu menghadap kiblat
Tidak perlu biaya
Tidak butuh tenaga
Tidak memiliki waktu tertentu
Tidak memerlukan pengorbanan maupun sumbangan
Namun dzikir membutuhkan taufiq dari Allah.

وَكَثْرَةُ الذِّكْرِ دَلِيْلٌ عَلَى كَثْرَةِ الْفَلَاحِ .....

Dan banyaknya berdzikir menjadi bukti banyaknya  keuntungan

فَمَنْ ذَكَرَ اللهَ أَحَبَّهُ...
وَمَنْ أَحَبَّهُ وَفَّقَهُ وَهَدَاهُ

Siapa yang berdzikir mengingat Allah, Allah akan mencintainya
Dan siapa yang dicintai oleh Allah pasti Allah bimbing dan Allah beri petunjuk.

وَاذْكُرُوْا اللهَ كَثِيْرًا لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُوْنَ

dan sebutlah (nama) Allah sebanyak-banyaknya agar kamu beruntung. (QS: Al Anfaal: 45)

وَصَلَّى اللهُ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدِ النُّوْرِ وَ آلِهِ

Sholawat Allah teruntuk baginda Muhammad yang bercahaya, beserta keluarganya.

SAJAK CINTA prof. M. QURAISY SYIHAB

SAJAK CINTA

بم أسميك ؟
هل أسميك سلوى يا من سلووت بها الدنيا
Bima usammîki,
Hal usammîki salwâ, ya mân salawawtu bihad-dunyâ.

Dengan nama apa engkau kan kupanggil,
Apakah ingin engkau kupanggil salwa (pelipur laraku), sehingga dengan bersamamu kan kuhibur diri ini melewati sisa hidup di dunia.

أم أسميك نجوى لكي أناجيك العمر كله
Am usammîki najwâ, likai unâjikil ’umru kulluh.

Apakah ingin engkau kupanggil najwa, agar supaya aku menyebut-nyebut namamu dan membisikkannya dalam hatiku sepanjang hidupku.

أم أسميك ليلى، لكي أعيد ذكرى مجنون، جنونه من جنوني أنا
Am usammîki lailâ, likai u’îda dzikrâ majnûnin, junûnuhu min junûnî ana.

Apakah ingin engkau kupanggil Laila, agar kukembalikan kenangan si majnun (Qais) yang mencintai Laila. Walaupun cintanya hanya sebagian dari cintaku padamu.

لا يا حبيبتي، سأسميك أنا، فأنت أنا وأنا أنت
Lâ yâ habibâtî, sausammîki ana, fa anti ana wa ana anti.

Tidak wahai kekasihku. Saya akan menamaimu ana (saya), karena engkau adalah saya, dan saya adalah engkau. Kalau engkau berucap, kata hatiku yang engkau ucapkan. Kalau aku berkeinginan, keinginanku yang engkau wujudkan.

Muhammad Quraish Shihab Najwa Shihab Najelaa Shihab Matanajwa #matanajwa #ceritaduasahabat

مضيفة الفوائد - Madyafah Al-Fawaid

Wednesday, June 28, 2017

TRAGEDI  MANDOR BERDARAH : MENGENANG SULTAN SYARIF MUHAMMAD AL QADRIE

TRAGEDI  MANDOR BERDARAH : MENGENANG SULTAN SYARIF MUHAMMAD AL QADRIE

Peristiwa Mandor adalah peristiwa pembantaian massal yang menurut catatan sejarah terjadi pada tanggal 28 Juni 1944. Peristiwa Mandor ini sendiri sering dikenang dengan istilah Tragedi Mandor Berdarah yaitu telah terjadi pembantaian massal tanpa batas etnis dan ras oleh tentara Jepang.

Untuk mengenang peristiwa tersebut maka Pemprov Kalbar melalui Perda  Nomor 5 Tahun 2007 menetapkan 28 Juni Sebagai Hari Berkabung Daerah Provinsi Kalimantan Barat.

Salah satu korban dalam peristiwa tersebut adalah Sultan Syarif Muhammad Al Qadrie, yang saat itu merupakan Sultan Kesultanan Pontianak.

Syarif Muhammad Alqadrie, lahir di Pontianak 8 Januari 1872. Putera tertua Sultan Syarif Yusuf Alqadrie dan Syarifah Zahra Alqadrie ini dilantik sebagai Sultan Pontianak Keenam pada  6 Agustus 1895 ketika ia masih berumur 23 tahun.

Sultan Syarif Muhammad, yang memerintah dalam dua zaman, Belanda dan Jepang, telah mendorong terjadinya banyak perubahan di Pontianak. Dalam bidang sosial, ia pertama kali berpakaian kebesaran Eropah sebagai pakaian resmi disamping pakaian Melayu dan mendorong berkembangnya pendidikan dan kesehatan. Di bidang ekonomi, ia melaksanakan perdagangan dengan dalam dan luar negeri seperti dengan Kerajaan Riau, Palembang, Batavia, Banten, Demak, Banjarmasin, Singapura, Johor, Malaka, Hongkong, dan India. Ia juga mendorong masuknya modal swasta Eropah dan Cina. Khususnya di sektor pertanian dan industri, Sultan Muhammd mendorong petani Melayu, Bugis, Banjar dan Cina mengembangkan perkebunan karet, kelapa dan kopra serta industri minyak kelapa untuk diekspor ke luar negeri. Dalam bidang politik, ia memfasilitasi berdiri dan berkembangnya organisasi politik yang dilakukan baik oleh kerabat kesultanan maupun oleh tokoh-tokoh masyarakat lainya.

Peranannya dan kegiatan masyarakat dalam kegiatan di bidang terakhir ini menyebabkan Sultan Muhammad dicurigai dan dibenci oleh dua pemerintahan Belanda dan Jepang. Pada April 1942, Sultan Syarif Muhammad Al Qadri mengundang para kepala swapraja di Istana Kadriyah Pontianak. Mereka berkumpul dan membahas situasi daerah yang semakin tidak menentu. Selanjutnya dirumuskan bahwa ketakutan, penderitaan dan kemelaratan dialami penduduk dapat diatasi jika pihak Jepang dapat diusir dari daerah Kalimantan Barat.

Penangkapan skala besar terjadi pada 24 Januari 1944 di Keraton Kadriah, Sultan Muhammad, kerabat kerajaan dan keluarga ditangkap oleh pasukan Kempeitai Jepang. Sultan Muhammad yang pada ketika itu baru saja selesai makan sehabis salat tahajud, diberitahu tentang apa yang sedang terjadi. “Tidak apa-apa, Jepang sedang mencari orang-orangnya,” ucap Sultan dengan tenangnya. Mungkin sesungguhnya kalimat itu masih akan berlanjut, tetapi keburu muncul tentara Jepang yang langsung menangkapnya. Semula Sultan akan diperlakukan juga seperti korban-korban lainnya. Tapi Sultan menolak dan dengan berwibawa berkata tidak akan lari.

Dengan senyum mengembang di wajahnya, Sultan berjalan dengan lancar menuju para serdadu yang telah menunggu di muka Istana. Dengan pakaian biasa serta sarung dan tasbih bergantung di lengannya, terucap salam dari mulut Sultan. Sesekali tangannya memberi isyarat sebagai respon dari ucapan salam yang dilontarkannya. Bahkan Sultan memutar-mutar tasbih di jari telunjuknya terus mengucap kalimat takbir, kalimat yang terlontar dari mulut  Sultan yang juga seorang ulama tersebut.

Peristiwa penangkapan Sultan Syarif Muhammad Al Qadri serta seluruh anak laki-lakinya juga seluruh menantunya—kecuali Syarif Hamid dan Syarif Ibrahim Al Qadri—dan keluarga kerajaan baik di dalam maupun di luar kompleks keraton berlangsung sampai pukul 03.00 subuh. Keesokan harinya pada 25 Januari 1944 telah berkembang berita penangkapan sultan dan keluarganya, peristiwa penangkapan sultan serta pembesar kerajaan telah menggemparkan penduduk Pontianak, namun tak seorangpun berani bertanya karena takut ancaman kekejaman militer Kempeitai Jepang. Korban pembunuhan yang dilakukan militer Jepang terhadap sultan dan keluarganya di lingkungan Keraton Kadriah, para tokoh masyarakat, ulama dan cendekiawan menjadi perjalanan sejarah kelam bagi penduduk Pontianak. Korban pembunuhan dalam lingkungan Keraton Kadriah Pontianak sedikitnya sebesar 31 jiwa. Peristiwa tersebut sangat menyulitkan guna mencari calon pengganti sultan, karena baik para putra maupun keluarga terdekat ikut ditawan dan dibunuh.

Dua tahun kemudian tempat dimana jenazah Sultan Muhammad dikuburkan baru dapat ditemukan, dengan petunjuk dari seorang penggali kuburannya bernama Mat Kapang yang selamat dari pembantaian Jepang. Saat digali kembali, jasad Sultan yang shalih itu masih utuh seperti orang yang baru saja meninggal dunia. Bahkan, menurut kesaksian para penggali, pakaian dan tasbihnya pun masih tampak bagus. Jasad Sultan Syarif Muhammad Alkadrie kemudian dimakamkan kembali di makam para sultan Pontianak di Batulayang.

#KamekPontianak

Tuesday, June 27, 2017

Riwayat Syeh Ahmad Jauhari Umar (Penyebar Kitab Manakib Jawahirul Ma’ani)

Riwayat Syeh Ahmad Jauhari Umar (Penyebar Kitab Manakib Jawahirul Ma’ani)
Kitab Manaqib JAWAHIRUL MA’ANI adalah manaqib (riwayat hidup yang menceritakan tentang Sulthonul Auliya’ Syech Abdul Qodir Al Jilani (ada yang menyebut Al Jaelani). Mulai dari Kelahirannya, perjalanan beliau menuntut ilmu, karomah-karomahnya sampai pada wafatnya.

Kitab Manaqib ini di susun oleh seorang ulama Almarhum Almagfurillah KH. Ahmad Jauhari Umar. Dulu beliau pemimpin Pondok Pesantren Darus Salam, Pasuruan Jawa Timur.
KH. Ahmad jauhari umar mengajarkan dan ‘mengijazahkan’ manaqib ini kepada para murid-murid beliau. Dari murid-murid beliau inilah manaqib ini akhirnya tersebar luas ke seluruh nusantara bahkan mungkin sampai ke negara tetangga juga.

Di dalam kitab manaqib (pada halaman belakang) tersebut juga di jelaskan manfaat dari manaqib tersebut dan cara pengamalannya. Misalnya : Supaya bisa mendapatkan ilmu Laduni , luas rezki maka setiap hari membaca wirid Ya Badii’ 946x di lanjutkan membaca manaqib Jawahirul Ma’ani tersebut.

Syaikh Ahmad Jauhari Umar dilahirkan pada hari Jum’at legi tanggal 17 Agustus 1945 jam 02.00 malam, yang keesokan harinya bertepatan dengan hari kemerdekaan Negara Republik Indonesia yang diproklamirkan oleh Presiden Soekarno dan Dr. Muhammad Hatta. Tempat kelahiran beliau adalah di Dukuh Nepen Desa Krecek kecamatan Pare Kediri Jawa Timur. Sebelum berangkat ibadah haji, nama beliau adalah Muhammad Bahri, putra bungsu dari bapak Muhammad Ishaq. Meskipun dilahirkan dalam keadaan miskin harta benda, namun mulia dalam hal keturunan. Dari sang ayah, beliau mengaku masih keturunan Sultan Hasanudin bin Sunan Gunung Jati, dan dari sang ibu beliau mengaku masih keturunan KH Hasan Besari Tegal Sari Ponorogo Jawa Timur yang juga masih keturunan Sunan Kalijogo.

Pada masa kecil Syaikh Ahmad Jauhari Umar dididik oleh ayahanda sendiri dengan disiplin pendidikan yang ketat dan sangat keras. Diantaranya adalah menghafal kitab taqrib dan maknanya dan mempelajari tafsir Al-Qur’an baik ma’na maupun nasakh mansukhnya.

Masih diantara kedisiplinan ayah beliau dalam mendidik adalah : Syaikh Ahmad Jauhari Umar tidak diperkenankan berteman dengan anak-anak tetangga dengan tujuan supaya Syaikh Ahmad Jauhari Umar tidak mengikuit kebiasaan yang tidak baik yang dilakukan oleh anak-anak tetangga. Syaikh Ahmad Jauhari Umar dilarang merokok dan menonton hiburan seperti orkes, Wayang, ludruk dll, dan tidak pula boleh meminum kopi dan makan diwarung. Pada usia 11 tahun Syaikh Ahmad Jauhari Umar sudah mengkhatamkan Al-Qur’an semua itu berkat kegigihan dan disiplin ayah beliau dalam mendidik dan membimbing.

Orang tua Syaikh Ahmad Jauhari Umar memang terkenal cinta kepada para alim ulama terutama mereka yang memiliki barakah dan karamah. Ayah beliau berpesan kepada Syaikh Ahmad Jauhari Umar agar selalu menghormati para ulama. Jika sowan (berkunjung) kepada para ulama supaya selalu memberi uang atau jajan (oleh-oleh). Pesan ayahanda tersebut dilaksanakan oleh beliau, dan semua ulama yang pernah diambil manfaat ilmunya mulai dari Kyai Syufa’at Blok Agung Banyuwangi hingga KH. Dimyathi Pandegelang Banten, semuanya pernah diberi uang atau jajan oleh Syaikh Ahmad Jauhari Umar.

Sebenarnya, Syaikh Ahmad Jauhari Umar pernah menganut faham wahabibahkan sampai menduduki posisi wakil ketua Majlis Tarjih Wahabi Kaliwungu. Adapun beberapa hal yang menyebabkan Syaikh Ahmad Jauhari Umar pindah dari faham wahabi dan menganut faham ahlussunahdiantaranya adalah sebagai berikut :

1. Beliau pernah bermimpi bertemu dengan kakek beliau yaitu KH. AbduLlah Sakin yang wafat pada tahun 1918 M, beliau berwasiyat kepada Syaikh Ahmad Jauhari Umar bahwa yang benar adalah faham ahlussunah.

2. Syaikh Ahmad Jauhari Umar pernah bertemu dengan KH Yasin bin ma’ruf kedunglo kediri, pertemuan itu terjadi di warung / rumah makan Pondol Pesantren Lirboyo Kediri yang berkata kepada Syaikh Ahmad Jauhari Umar bahwa Syaikh Ahmad Jauhari Umar kelak akan menjadi seorang ulama yang banyak tamunya. Dan ucapan KH Yasin tersebut terbukti, beliau setiap hari menerima banyak tamu.

3. Syaikh Ahmad Jauhari Umar pernah berjumpa dengan Sayyid Ma’sum badung Madura yang memberi wasiyat bahwa kelak Syaikh Ahmad Jauhari Umar banyak santrinya yang berasal dari jauh. Dan hal itu juga terbukti.

4. Syaikh Ahmad Jauhari Umar bertemu dengan KH Hamid AbdiLlah Pasuruan, beliau berkata bahwa kelak Syaikh Ahmad Jauhari Umar akan dapat melaksanakan ibadah haji dan menjadi ulama yang kaya. Dan terbukti beliau sampai ibadah haji sebanyak lima kali dan begitu juga para putera beliau.

Hal tersebutlah yang menyebabkan Syaikh Ahmad Jauhari Umar menganut faham ahlussunah karena beliau merasa heran dan ta’jub kepada para ulamaahlussunah seperti tersebut di atas yang dapat mengetahui hal-hal rahasiaghaib dan ulama yang demikian ini tidak dijumpainya pada ulama-ulama golongan wahabi.

Dalam menghadapi setiap cobaan yang menimpa, Syaikh Ahmad Jauhari Umar memilih satu jalan yaitu mendatangi ulama. Adapun beberapa ulama yang dimintai do’a dan barokah oleh beliau diantaranya adalah :

1. KH. Syufa’at Blok Agung Banyuwangi.

2. KH. Hayatul Maki Bendo Pare Kediri.

3. KH. Marzuki Lirboyo Kediri.

4. KH. Dalhar Watu Congol Magelang.

5. KH. Khudlori Tegal Rejo Magelang.

6. KH. Dimyathi Pandegrlang Banten.

7. KH. Ru’yat Kaliwungu.

8. KH. Ma’sum Lasem.

9. KH. Baidhawi Lasem.

10. KH. Masduqi Lasem.

11. KH. Imam Sarang.

12. KH. Kholil Sidogiri.

13. KH Abdul Hamid AbdiLlah Pasuruan.

Selesai beliau mendatangi para ulama, maka ilmu yang didapat dari mereka beliau kumpulkan dalam sebuah kitab “Jawahirul Hikmah”.

Kemudian beliau mengembara ke makam – makam para wali mulai dari Banyuwangi sampai Banten hingga Madura. Sewaktu beliau berziarah ke makam Syaikh Kholil Bangkalan Madura, Syaikh Ahmad Jauhari Umar bertemu dengan Sayyid Syarifuddin yang mengaku masih keturunan Syaikh Abdul Qadir Al-Jailani RA. Kemudian Sayyid Syarifuddin memberikan ijazah kepada Syaikh Ahmad Jauhari Umar berupa amalan ‘MANAKIB JAWAHIRUL MA’ANY’ dimana amalan manakib Jawahirul Ma’any tersebut saat ini tersebar luas di seluruh Indonesia karena banyak Fadhilahnya, bahkan sampai ke negara asing seperti Malaysia, Singapura, Brunei Darussalam, Pakistan, tanzania, Afrika, Nederland, dll.

Syaikh Ahmad Jauhari Umar pernah mengalami masa-masa yang sulit dalam segala hal. Bahkan ketika putera beliau masih berada di dalam kandungan, beliau diusir oleh keluarga isteri beliau sehingga harus pindah ke desa lain yang tidak jauh dari desa mertua beliau kira-kira satu kilometer. Ketika putera beliau berumur satu bulan, beliau kehabisan bekal untuk kebutuhan sehari-hari kemudian Syaikh Ahmad Jauhari Umar memerintahkan kepada isteri beliau untuk pulang meminta makanan kepada orang tuanya. Dan Syaikh Ahmad Jauhari Umar berkata, “Saya akan memohon kepada Allah SWT”. Akhirnta isteri beliau dan puteranya pulang ke rumah orang tuanya.

Kemudian Syaikh Ahmad Jauhari Umar mengambil air wudhu untuk melaksanakan shalat duha dan dilanjutkan membaca manakib Jawahirul Ma’any. Ketika tengah membaca Manakib, beliau mendengar ada orang di luar rumah memberikan ucapan salam kepada beliau, dan beliau jawab di dalam hati kemudian beliau tetap melanjutkan membaca Manakib Jawahirul Ma’any hingga khatam. Setelah selesai membaca Manakib, maka keluarlah beliau seraya membukakan pintu bagi tamu yang memberikan salam tadi.

Setelah pintu terbuka, tenyata ada enam orang yang bertamu ke rumah beliau. Dua orang tamu memberi beliau uang Rp 10.000, dan berpesan supaya selalu mengamalkan Manakib tersebut. Dan sekarang kitab manakib tersebut sudah beliau ijazahkan kepada kaum Muslimin dan Muslimat agar kita semua dapat memperoleh berkahnya. Kemudian dua tamu lagi memberi dua buah nangka kepada beliau, dan dua tamu lainnya memberi roti dan gula.

Kemudian Syaikh Ahmad Jauhari Umar selalu melaksanakan pesan tamu-tamu tersebut yang menjadi amalan beliau sehari-hari. Tidak lama setelah itu, setiap harinya Syaikh Ahmad Jauhari Umar diberi rizki oleh Allah senanyak Rp. 1.500 hingga beliau berangkat haji untuk pertamakali pada tahun 1982.

Kemudian pada tahun 1983 Syaikh Ahmad Jauhari Umar menikah dengan Sa’idah putri KH As’ad Pasuruan. Setelah pernikahan ini beliau setiap hari diberi rizki oleh Allah sebanyak Rp 3.000 mulai tahun 1983 hingga beliau menikah dengan puteri KH. Yasin Blitar.

Setelah pernikahan ini Syaikh Ahmad Jauhari Umar setiap hari diberi rizki oleh Allah SWT sebanyak Rp.11.000 sampai beliau dapat membanun masjid. Selesai membangun masjid, Syaikh Ahmad Jauhari Umar setiap hari diberi rizki oleh Allah sebanyak Rp. 25.000 hingga beliau membangun rumah dan Pondok Pesantren.

Setelah membangun rumah dan Pondok Pesantren, Syaikh Ahmad Jauhari Umar tiap hari diberi rizki oleh Allah SWT sebanyak Rp.35.000 hingga beliau ibadah haji yang kedua kalinya bersama putera beliau Abdul Halim dan isteri beliau Musalihatun pada tahun 1993.

Setelah beliau melaksanakan ibadah haji yang kedua kalinya pada tahun 1993, Syaikh Ahmad Jauhari Umar setiap hari diberi rizki oleh Allah sebanyak Rp 50.000 hingga tahun 1995 M. Setelah Syaikh Ahmad Jauhari Umar melaksanakan ibadah haji yang ketiga kalinya bersama putera beliau Abdul Hamid dan Ali Khazim, Syaikh Ahmad Jauhari Umar setiap hari diberi rizki oleh Allah sebanyak Rp. 75.000 hingga tahun 1997.

Setelah Syaikh Ahmad Jauhari Umar menunaikan ibadah haji yang keempat kalinya pada tahun 1997 bersama putera beliau HM Sholahuddin, Syaikh Ahmad Jauhari Umar diberi rizki oleh Allah setiap hari Rp. 200.000 hingga tahun 2002.

Kemudian Syaikh Ahmad Jauhari Umar berangkat haji yang ke limakalinya bersama dua isteri dan satu menantu beliau, Syaikh Ahmad Jauhari Umar setiap hari diberi rizki oleh Allah SWT sebanyak Rp. 300.000 sampai tahun 2003 M.

Di Pasuruan, Syaikh Ahmad Jauhari Umar mendirikan Pondok Pesantren tepatnya di Desa Tanggulangin Kec. Kejayan Kab. Pasuruan yang diberi nama Pondok Pesantren Darussalam Tegalrejo.

Di desa tersebut Syaikh Ahmad Jauhari Umar diberi tanah oleh H Muhammad seluas 2.400 m2 kemudian H Muhammad dan putera beliau diberi tanah oleh Syaikh Ahmad Jauhari Umar seluas 4000m2 sebagai ganti tanah yang diberikan dahulu.

Sejak saat itu Syaikh Ahmad Jauhari Umar mulai membangun masjid dan madrasah bersama masyarakat pada tahun 1998. namun sayangnya sampai empat tahun pembangunan masjid tidak juga selesai. Akhirnya Syaikh Ahmad Jauhari Umar memutuskan masjid yang dibangun bersama masyarakat harus dirobohkan, demikian ini atas saran dan fatwa dari KH. Hasan Asy’ari Mangli Magelang Jawa Tengah (Mbah Mangli – almarhum), dan akhirnya Syaikh Ahmad Jauhari Umar membangun masjid lagi bersama santri pondok. AlhamduliLlah dalam waktu 111 hari selesailah pembanginan masjid tingkat tanpa bantuan masyarakat. Kemudian madrasah-madrasah yang dibangun bersama masyarakat juga dirobohkan dan diganti dengan pembangunan pondok oleh santri-santri pondok

Maka mulailah Syaikh Ahmad Jauhari Umar mengajar mengaji dan mendidik anak-anak santri yang datang dari luar daerah pasuruhan, hingga lama kelamaan santri beliau menjadi banyak. Pernah suatu hari Syaikh Ahmad Jauhari Umar mengalami peristiwa yang ajaib yaitu didatangi oleh Syaikh Abi Suja’ pengarang kitab Taqrib yang mendatangi beliau dan memberikan kitabtaqrib dengan sampul berwarna kuning, dan kitab tersebut masih tersimpan hingga sekarang. Mulai saat itu banyak murid yang datang terlebih dari Jawa Tengah yang kemudian banyak menjadi kiyahi dan ulama.

Silsilah Syaikh Ahmad Jauhari Umar :

a. Dari ayah beliah adalah sbb :

1. Syaikh Ahmad Jauhari Umar bin

2. H. Thohir/Muhammad Ishaq bin

3. Umarudin bin

4. Tubagus Umar bin

5. AbduLlah Kyai Mojo bin

6. Abu Ma’ali Zakariya bin

7. Abu Mafakhir Ahmad Mahmud Abdul qadir bin

8. Maulana Muhammad Nasiruddin bin

9. Maulana Yufus bin

10. Hasanuddin Banten bin

11. HidayatuLlah Sunan Gunung Jati bin

12. AbduLlah Imamuddin bin

13. Ali Nurul ‘Alam bin

14. Jamaluddin Akbar bin

15. Jalaluddin Syad bin

16. AbduLlah Khon bin

17. Abdul Malik Al-Muhajir Al-Hindi bin

18. Ali Hadzramaut bin

19. Muhammad Shahib Al-Mirbath bin

20. Ali Khola’ Qasim bin

21. Alwi bin UbaidiLlah bin

22. Ahmad Al-Muhajir bin

23. Isa Syakir bin

24. Muhammad Naqib bin

25. Ali Uraidzi bin

26. Ja’far As-Shadiq bin

27. Muhammad Al-Baqir bin

28. Imam Ali Zainal Abidin bin

29. Imam Husain bin

30. Sayyidatina Fatimah Az-Zahra binti

31. Sayyidina Muhammad RasuluLlah SAW.

b. Silsilah Syaikh Ahmad Jauhari Umar dari Ibu :

1 Syaikh Ahmad Jauhari Umar bin

2 KH Thahir bin/Moh Ishaq bin

3 Umarudin bin

4 Tuba bin

5 H. Muhammad Nur Qesesi bin

6 Pangeran Bahurekso bin

7 Syeh Nurul Anam bin

8 Pangeran Cempluk bin

9 Pangeran Nawa bin

10 Pangeran Arya Mangir bin

11 Pangeran Pahisan bin

12 Syekh Muhyidin Pamijahan bin

13 Ratu Trowulan bin

14 Ratu Ta’najiyah bin

15 Pangeran Trowulan Wirocondro bin

16 Sulthan AbduRrahman Campa bin

17 Raden rahmat Sunan Ampel bin

18 Maulana Malik Ibrahim bin

19 Jalaluddin bin

20 Jamaludin Husen bin

21 AbduLlah Khon bin

22 Amir Abdul Malik bin

23 Ali Al-Anam bin

24 Alwi Al-Yamani bin

25 Muhammad Mu’ti Duwailah bin

26 Alwi bin

27 Ali Khola’ Qasim bin

28 Muhammad Shahib Al-Mirbath bin

29 Ali Ba’lawi bin

30 Muhammad Faqih Al-Muqaddam bin

31 AbduLlah AL-Yamani bin

32 Muhammad Muhajir bin

33 ‘Isa Naqib Al-basyri bin

34 Muhammad Naqib Ar-Ruumi bin

35 Ali Uraidzi bin

36 Ja’far Shadiq bin

37 Muhammad Al-baqir bin

38 Ali Zainal Abidin bin

39 Husein As-Sibthi bin

40 Sayyidatinaa Fatimah Az-Zahra bin

41 Sayyidina Muhammad RasuluLlah SAW.

Meskipun beliau telah berpulang ke RahmatuLlah semoga Beliau mendapat tempat yang mulia di sisi-Nya, dan berkah beliah selalu mengalir kepada kita semua….Amin

Bagi pembaca yang berminat ingin mengamalkan manaqib tersebut, tinggal beli saja kitabnya. Ga mahal, paling 5 ribu rupiah. Tapi harus bisa membaca tulisan Arab, karena manaqibnya berbahasa Arab. Untuk kegunaannya dijelaskan dengan huruf Pegon (penulisannya pakai huruf hijaiyah tapi bahasanya bahasa jawa).

Monday, June 26, 2017

Termasuk ahli dunia atau ahli akhirat?

*#أنت_من_أهل_الدنيا_أم_الآخرة*

إذا دخل عليك الإنسان يطلب الصدقة أو مالا فاستقبلته بترحاب وتحية وتعطيه وأنت مسرور تكون من أهل الآخرة ؛ لأنك تعرف أنه أخذ منك في الفانية ما تحمله لك أجرا في الآخرة التي تعمل من أجلها ، ولذلك تحبه

أما إن كنت تحب من جاء يعطيك هدية أكثر ممن جاء يسألك تكون من أهل الدنيا

*#الإمام_الشعراوي_رحمه_الله_تعالى*

*Kamu termasuk Ahli dunia Atau ahli akherat ?*

_Jika seorang manusia datang kepadamu meminta sedekah atau harta kemudian kamu menyambutnya dengan sambutan dan penghormatan dan kamu memberinya dengan gembira maka kamu termasuk ahli Akhirat, karena kamu tau sesungguhnya dia mengambil darimu di alam fana ini apa yang menyebabkan kamu membawa pahala di akhirat karena sebab amalmu, dan karena itu kamu senang._
_Adapun jika kamu senang kepada seseorang yang datang membawa hadiah lebih dari pada orang yang datang memintamu maka kamu termasuk ahli dunia_

*As Syekh Muhammad Mutawalli Al Sya'rowi*

Sunday, June 25, 2017

Pencetus halal bi halal

Perlu di ketahui :

Penggagas istilah "halal bi halal" ini adalah KH Abdul Wahab Chasbullah. Ceritanya begini: Setelah Indonesia merdeka 1945, pada tahun 1948, Indonesia dilanda gejala disintegrasi bangsa. Para elit politik saling bertengkar, tidak mau duduk dalam satu forum. Sementara pemberontakan terjadi dimana-mana, diantaranya DI/TII, PKI Madiun. <>

Pada tahun 1948, yaitu dipertengahan bulan Ramadhan, Bung Karno memanggil KH Wahab Chasbullah ke Istana Negara, untuk dimintai pendapat dan sarannya untuk mengatasi situasi politik Indonesia yang tidak sehat. Kemudian Kiai Wahab memberi saran kepada Bung Karno untuk menyelenggarakan Silaturrahim, sebab sebentar lagi Hari Raya Idul Fitri, dimana seluruh umat Islam disunahkan bersilaturrahmi.

Lalu Bung Karno menjawab, "Silaturrahmi kan biasa, saya ingin istilah yang lain".

"Itu gampang", kata Kiai Wahab. "Begini, para elit politik tidak mau bersatu, itu karena mereka saling menyalahkan. Saling menyalahkan itu kan dosa. Dosa itu haram. Supaya mereka tidak punya dosa (haram), maka harus dihalalkan. Mereka harus duduk dalam satu meja untuk saling memaafkan, saling menghalalkan. Sehingga silaturrahmi nanti kita pakai istilah 'halal bi halal'", jelas Kiai Wahab.

Dari saran Kiai Wahab itulah, kemudian Bung Karno pada Hari Raya Idul Fitri saat itu, mengundang semua tokoh politik untuk datang ke Istana Negara untuk menghadiri silaturrahmi yang diberi judul 'Halal bi Halal' dan akhirnya mereka bisa duduk dalam satu meja, sebagai babak baru untuk menyusun kekuatan dan persatuan bangsa.

Sejak saat itulah, instansi-instansi pemerintah yang merupakan orang-orang Bung Karno menyelenggarakan Halal bi Halal yang kemudian diikuti juga oleh warga masyarakat secara luas, terutama masyarakat muslim di Jawa sebagai pengikut para ulama. Jadi Bung Karno bergerak lewat instansi pemerintah, sementara Kiai Wahab menggerakkan warga dari bawah. Jadilah Halal bi Halal sebagai kegaitan rutin dan budaya Indonesia saat Hari Raya Idul Fitri seperti sekarang.

Kalau kegiatan halal bihalal sendiri, kegiatan ini dimulai sejak KGPAA Mangkunegara I atau yang dikenal dengan Pangeran Sambernyawa. Setelah Idul Fitri, beliau menyelenggarakan pertemuan antara Raja dengan para punggawa dan prajurit secara serentak di balai istana.

Semua punggawa dan prajurit dengan tertib melakukan sungkem kepada raja dan permaisuri. Kemudian budaya seperti ini ditiru oleh masyarakat luas termasuk organisasi keagamaan dan instansi pemerintah.akan tetapi itu baru kegiatannya bukan nama dari kegiatannya. kegiatan seperti dilakukan Pangeran Sambernyawa belum menyebutkan istilah "Halal bi Halal", meskipun esensinya sudah ada.

Tapi istilah "halal bi halal" ini secara nyata dicetuskan oleh KH. Wahab Chasbullah dengan analisa pertama (thalabu halâl bi tharîqin halâl) adalah: mencari penyelesaian masalah atau mencari keharmonisan hubungan dengan cara mengampuni kesalahan. Atau dengan analisis kedua (halâl "yujza'u" bi halâl) adalah: pembebasan kesalahan dibalas pula dengan pembebasan kesalahan dengan cara saling memaafkan.

Wallahul Muwafiq ila Aqwamith Thoriq

PUASA 6 HARI DI BULAN SYAWWAL

PUASA 6 HARI DI BULAN SYAWWAL

1⃣ Yang lebih utama dimulai sejak hari ke 2.
2⃣ Yang lebih utama berurutan dan boleh terpisah.
3⃣ Yang lebih utama dikerjakan setelah mengqodo' hutang puasa ramadhan.
4⃣ Diperbolehkan menggabung niat puasa 6 hari bulan syawwal dengan qadha ramadhan menurut Imam Romli dan keduanya mendapatkan pahala. Sedangkan menurut Abu Makhromah tidak mendapatkan pahala keduanya bahkan tidak sah.

♦ Keutamaan puasa 6 hari bulan Syawal:

وَعَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ عَنِ النَّبِي صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ مَنْ صَامَ رَمَضَانَ وَأَتْبَعَه بِسِتٍّ مِنْ شَوَّالٍ فَكَأَنَّمَا صَامَ الدَّهْرَ رواه البزار وأحد طرقه عنده صحيح

Dari Abu Hurairah Radhiyallahu ‘anhu, dari Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam, beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda : “Barangsiapa berpuasa pada bulan Ramadhan dan diikuti dengan enam hari dari bulan Syawwal, maka seakan dia sudah berpuasa satu tahun”. [Diriwayatkan oleh al Bazzar, dan salah satu jalur beliau adalah shahih].

♦ Kenapa puasa Syawwal bisa dinilai berpuasa setahun?
Karena setiap kebaikan akan dibalas minimal dengan sepuluh kebaikan yang semisal. Ini menunjukkan bahwa puasa Ramadhan sebulan penuh akan dibalas dengan 10 bulan kebaikan puasa. Sedangkan puasa enam hari di bulan Syawwal akan dibalas minimal dengan 60 hari (2 bulan) kebaikan puasa. Jika dijumlah, seseorang sama saja melaksanakan puasa 10 bulan + 2 bulan sama dengan 12 bulan. Itulah mengapa orang yang melakukan puasa Syawwal bisa mendapatkan ganjaran puasa setahun penuh.

♦ Hikmah Puasa 6 Hari di Bulan Syawwal menurut Ibnu Rojab Ra:

1⃣ Berpuasa 6 hari di bulan Syawwal setelah Ramadhan akan menyempurnakan ganjaran berpuasa setahun penuh
2⃣ Puasa syawwal dan puasa Sya'ban seperti halnya shalat Rawatib Qobliyah dan Ba'diyah. Amalan ini akan menyempurnakan kekurangan dan cacat yang ada dalam amalan wajib.
3⃣ Membiasakan berpuasa setelah puasa Ramadhan adalah tanda diterimanya amalan puasa Ramadhan. Karena Allah Ta'ala jika menerima amalan hambanya, dia akan memberi Taufik pada amalan sholih selanjutnya.

Refrensi:

📕 قال أصحابنا والأفضل أن تصام الستة متوالية عقب يوم الفطر فان فرقها أو أخرها عن أوائل شوال إلى اواخره حصلت فضيلة المتابعة لأنه يصدق أنه أتبعه ستا من شوال قال العلماء وانما كان ذلك كصيام الدهر لان الحسنة بعشر امثالها فرمضان بعشرة أشهر والستة بشهرين وقد جاء هذا في حديث مرفوع في كتاب النسائي وقوله صلى الله عليه و سلم ( ستا من شوال ) شرح صحيح مسلم. الجز ٨. صفحة ٥٦.

📕 (مسألة: ك): ظاهر حديث: «وأتبعه ستاً من شوّال» وغيره من الأحاديث عدم حصول الست إذا نواها مع قضاء رمضان، لكن صرح ابن حجر بحصول أصل الثواب لإكماله إذا نواها كغيرها من عرفة وعاشوراء، بل رجح (م ر) حصول أصل ثواب سائر التطوعات مع الفرض وإن لم ينوها، ما لم يصرفه عنها صارف، كأن قضى رمضان في شوّال، وقصد قضاء الست من ذي القعدة، ويسنّ صوم الست وإن أفطر رمضان اهـ. قلت: واعتمد أبو مخرمة تبعاً للسمهودي عدم حصول واحد منهما إذا نواهما معاً، كما لو نوى الظهر وسنتها، بل رجح أبو مخرمة عدم صحة صوم الست لمن عليه قضاء رمضان مطلقاً.
(بغية المسترشدين ١١٣-١١٤)

Cara mengetahui aib diri

Barangsiapa hendak mengetahui aib-aibnya, maka ia dapat menempuh empat jalan berikut :
.
1. Duduk dihadapan seorang guru yang mampu mengetahui keburukan hati dan berbagai bahaya yang tersembunyi didalamnya. Kemudian ia memasrahkan dirinya kepada sang guru dan mengikuti petunjuknya dalam bermujahadah membersihkan aib itu. Ini adalah keadaan seorang murid dengan syeikhnya dan seorang pelajar dengan gurunya. Sang guru akan menunjukkan aib-aibnya dan cara pengobatannya, tapi di zaman ini guru semacam ini langka.
.
2. Mencari seorang teman yang jujur, memiliki bashiroh ( mata hati yang tajam ) dan berpegangan pada agama. Ia kemudian menjadikan temannya itu sebagai pengawas yang mengamati keadaan, perbuatan, serta semua aib batin dan zhohirnya, sehingga ia dapat memperingatkannya. Demikian inilah yang dahulu dilakukan oleh orang-orang cerdik, orang-orang terkemuka dan para pemimpin agama.
.
3. Berusaha mengetahui aib dari ucapan musuh-musuhnya. Sebab pandangan yang penuh kebencian akan berusaha menyingkapkan keburukan seseorang. Bisa jadi manfaat yang diperoleh seseorang dari musuh yang sangat membencinya dan suka mencari-cari kesalahannya adalah lebih banyak dari teman yang suka bermanis muka, memuji dan menyembunyikan aib-aibnya. Namun, sudah menjadi watak manusia untuk mendustakan ucapan musuh-musuhnya dan mengangnya sebagai ungkapan kedengkian. Tetapi, orang yang memiliki mata hati jernih mampu memetik pelajaran dari berbagai keburukan dirinya yang disebutkan oleh musuhnya.
.
4. Bergaul dengan masyarakat. Setiap kali melihat perilaku tercela seseorang, maka ia segera menuduh dirinya sendiri juga memiliki sifat tercela itu. Kemudian ia tuntut dirinya untuk segera meninggalkannya. Sebab, seorang Mukmin adalah cermin bagi mukmin lainnya. Ketika melihat aib orang lain ia akan melihat aib-aibnya sendiri.
.
( Imam Abu Hamid Muhammad bin Muhammad Al-Ghazali )
.
Allahuma sholi 'ala sayidina Muhammad nabiyil umiyi wa 'alihi wa shohbihi wa salim
.
Silahkan Tag & share ~
=====================
Please like and follow :
=> Video Dakwah Islami
=> Dakwah Para Habaib dan Ulama Was Sholihin
Instagram : https://www.instagram.com/dakwah_ulamaku/ (dakwah_ulamaku )

Saturday, June 24, 2017

Kisah 30 Juz al-Qur'an Yang Menjadi Sebaris

:: Kisah 30 Juz al-Qur'an Yang Menjadi Sebaris ::

Maulana Syaikh Ali Jum'ah berkisah:

Guru al-Qur'an saya, syaikh Muhammad Ismail al-Hamadani adalah seorang ahli al-Qur'an yang mengajar al-Qur'an (muqri') di ruangan al-Atrâk, masjid al-Azhar.
Suatu hari beliau mengaku kepada saya:
"Tahukan kamu wahai Syaikh Ali, bahwa saya tidak pernah lagi membaca al-Qur'an secara langsung sejak 50 tahun lalu?", ucap beliau yang memanggil saya sejak dulu dengan sebutan 'syaikh'.
"50 tahun?? Bagaimana mungkin?" ujar ku dengan heran.
"Ya, ini karena saya setiap hari menyimak, mendengarkan dan membenarkan bacaan para penghafal al-Qur'ah yang mengaji kepada saya. Ada yang baca al-Baqarah, dan lain-lain, sehingga setiap 3 hari saya telah mendengarkan seluruh al-Qur'an dari murid-murid saya.. Dan al-Qur'an bagi saya telah menjadi bagaikan satu baris saja yang selalu berada di hadapan saya, tidak pernah menghilang. Silahkan kalau kamu mau menguji hafalan saya. Silahkan uji saya dengan yang paling sulit, seperti pertanyaan: Ada berapa عزيز حكيم di al-Qur'an? Saya akan jawab dengan detail, berapa banyak dan di mana saja..
Saya mempercayai beliau dan malu untuk menguji.

"Wahai syaikh Ali, dengarkanlah aku mau bercerita pada mu." ujar beliau
"Silahkan" jawabku.
Beliau mulai bercerita:
Dulu, saat pertama kali saya pindah ke Kairo, saya dalam kondisi ekonomi yang sangat sulit, sampai saya tidak bisa membeli makanan. Akhirnya saya memutuskan untuk meninggalkan al-Qur'an dan fokus bekerja mencari penghasilan sebagai kuli bangunan.
Setelah dua atau tiga tahun, guru saya, syaikh Abdul Aziz Sahhar mengirimi saya surat agar saya segera menemui beliau. Namun saya tidak menjawab panggilan beliau, karena mungkin beliau akan meminta saya menjadi imam tarawih, padahal saya telah menjauh dari dunia hafalan al-Qur'an demi mencari sesuap nasi.
Kemudian beliau mengirimi saya surat untuk yang kedua dan ketiga kalinya. Akhirnya saya terpaksa menemui beliau.
Setelah beliau membuka pintu rumah dan mempersilahkan saya masuk, beliau langsung menampar muka saya dengan sangat keras. Namun anehnya, hati dan tulang saya merasakan kenikmatan luar biasa dari tamparan keras ini. Sampai saya tidak ragu untuk berkata kepada beliau: Tolong tampar saya lagi.. Sungguh hati ini merasakan tamparan anda begitu indah.
Beliau berkata: Wahai muridku.. Sungguh saya tidak pernah bermaksud menyakiti dan menamparmu. Namun ini adalah perintah sayyidina Husain bin Ali `alaihimas salam. Beliau mendatangi saya dalam mimpi dan berkata: Panggil muridmu itu dan pukulilah dia agar sadar pada potensinya dan kembali kepada al-Qur'an..!! Saya berkata kepada beliau: Baik, saya akan panggil dan memukulinya.
Namun, karena kamu tidak kunjung datang, sayyidina Husain kembali mendatangi saya dalam mimpi untuk kedua dan ketiga kalinya. Dan pada kali keempat, beliau mendatangi saya dengan memarahi saya, "Jika kamu tidak dapat memanggilnya, maka saya akan memukulimu..!!" kata beliau.

Meski begitu saya masih ragu pada diri sendiri.
"Tapi bagaimana mungkin?! Aku telah meninggalkan semuanya sejak dua tahun..!" Keluh ku..
"Saya tidak peduli.. Ini adalah urusanmu dengan sayyidina Husain..!"Jawab beliau dengan tegas.

Demi Allah saya tidak tahu harus berbuat apa.. Saya begitu pusing memikirkan ini sehingga saya berjalan pulang sambil berpegang pada pagar dan tembok di tepi jalan. Ajaib..! Sepanjang perjalanan pulang ke rumah, saya mendengar bait-bait kitab Syâtibiah, entah dari mana, sampai saya benar-benar mengingat kembali hafalan yang telah saya tinggal lebih dari dua tahun ini..!
Saya langsung berwudu dan salat. Kemudian saya keluar rumah. Dan anehnya lagi, saya kembali mendengar bait-bait kitab Thaybah sampai saya benar-benar mengingatnya kembali setelah lebih dari dua tahun saya tinggalkan..!
Sejak saat itu al-Qur'an tidak pernah berpisah dariku, bahkan saya tidak bisa melupakannya. Sungguh 30 juz al-Qur'an berada di hadapan saya bagaikan sebaris saja.

https://m.facebook.com/photo.php?fbid=10155540082700144&id=90845230143&set=a.10153738848275144.1073741864.90845230143&source=54&ref=page_internal

Friday, June 23, 2017

tentang penentuan 1 ramadhan dan juga 1 syawal

tentang penentuan 1 ramadhan dan juga 1 syawal KH. Ali M'shum Krapyak dengan gamblang menjelaskan dalam kitab Hujjatu Ahli Sunnah waljamaah dengan teks berikut:

ففي هذا الزمان, أي منذ نصف قرن تقريبا في إندونيسيا مثلا, يثور بين المسلمين جدل و مراء حول ثبوت الشهرين رمضان و شوّال, لتعيـين  اول رمضان لابتداء الصوم, و شوّال لعيد الفطر.
و نحن نـنصح  ذوى الشأن ان يفصّلوا فى المسألة بالرجوع إلى الكـتاب و السنة و الإعتصام بحبل الله جميعا و اجتناب التفرّق. فإن بدأ الصيام و يوم عيد الفطر من شعاعر الله تعالى و من معالم توحيد الكلمة على كلمة التوحيد.
Pada masa kini, kira-kira sejak setengah abad yang lalu di Indonesia misalnya, pernah terjadi perdebatan yang cukup seru di kalangan kaum muslimin seputar penetapan awal ramadhan untuk memulai berpuasa dan awal syawal untuk berhari raya idul fitri.

Kami berpesan kepada para ulama yang  berkompeten agar mengkaji masalah ini dengan semangat kembali kepada Al-Qur`an dan sunnah, serta berpegang teguh kepada tali agama Allah (hablullah) secara menyeluruh dan menghindari perpecahan. Karena penetapan awal puasa dan hari raya idul fitri merupakan sebagian dari syi’ar Allah dan simbol penyatuan kata melalui kalimat tauhid : La Ilaha Illalloh.

و هنا تحقيقات علمية شرعية قام بها أئمـة اعلام, كان من نتائجها ان علمنا :
(1) أن أئمـة المذاهب الأربعة اجمعت على ان شهر رمضان لا يثبت الا بأحد امرين : رؤية هلاله أو إكمال شعبان ثلاثين يوما, اذا كان هناك ما يمنع الرؤية من غيم او دخان او غبار او نحوها.
(2) و انهم أجمعوا ايضا على أنّ دخول  شوال يـثبت كـذالك برؤية هلاله. فإن لم ير هلال شوال  وجب إكمال رمضان ثلاثـين يوما.
(3) و ان سيرة المسلمين جميعا على ذلك بدون استثـناء, اذ لم نـقف على خلاف له من اهل  القبلة خارج اهل السنة و الجماعة قبل ظهور الخلاف فى الزمن الأخير.
(4) و ان اهل السنة و الجماعة و غيرهم اجمعوا كلهم على عدم جواز العمل بالحساب. هذا بالنسبة للعموم. و أما بالنسبة للحاسب نفسه و تلاميذه فقد جوّزه الإمام الشافعي  وحده. و اما غيره من الأئمة, سواء من اهل السنة و الجماعة و غيرهم فقالوا بالمنع مطلقا, اي للعموم و الخصوص.
(5) و ان العبرة في ثبوت شهري رمضان و شوال بـرؤية الهلال, لا بوجوده بالفعل فى الواقع الذي قد يعرف من طريق الحساب.
هذه النـتائج الخمس معلومة من التحقيقات الآتـية :
و في مذاهب الأربعة يثـبت شهر رمضان بأحد امرين : الأول رؤية هلاله إذا كانت السماء خالية  مما يمنع الرؤية من غيم او دخان او غبار او نحوها. الثاني إكمال شعبان ثلاثين يوما اذا لم تكـن السماء خالية مما ذكـر, لقوله صلى الله عليه و سلم : صوموا لرؤيـته و أفطروا لرؤيته, فإن غمّ عليكم فأكملوا عدة شعبان ثلاثين (رواه البخاري, عن أبي هريرة ).

Dalam persoalan ini, para ulama` besar dunia melakukan kajian secara ilmiyyah syar’iyyah. Diantara kesimpulan yang perlu kita ketahui adalah :
1)   Imam madzhab empat sepakat, bahwa penetapan awal bulan ramadhan tiada lain adalah melalui salah satu dari dua cara, yaitu ru`yatul hilal, atau menyempurnakan bilangan tiga puluh hari bulan sya’ban, jika hilal tidak berhasil di-rukyat disebabkan terhalang oleh mendung, awan, debu dan sejenisnya.
2)   Mereka sepakat, bahwa masuknya awal bulan syawal juga ditetapkan  dengan cara seperti di atas, yakni  dengan rukyatul hilal. Jika hilal syawal tidak berhasil di-rukyat, maka wajib menyempurnakan bulan ramadhan tiga puluh hari.
3)   Seluruh kaum muslimin pada dasarnya telah melakukan “tradisi keagamaan” seperti itu, tanpa kecuali, karena kami tidak melihat adanya perbedaan pendapat di kalangan ahli qiblat (orang Islam) di luar ahlissunnah waljama’ah, sebelum munculnya perselisihan pendapat akhir-akhir ini.
4)   Baik Ahlusunnah Waljama’ah  maupun golongan lainnya, kesemuanya menyepakati ketidakbolehan menggunakan hisab dalam menentukan awal ramadhan dan awal syawal, jika hal ini diberlakukan untuk kalangan umum. Namun, jika terbatas untuk kalangan ahli hisab sendiri beserta para muridnya, hanya imam Syafi’iy saja yang memperbolehkannya. Sedangkan para ulama’ lainnya, baik dari kalangan Ahlussunnah wal Jama’ah maupun golongan lainnya tidak memperbolehkannya secara mutlak, baik untuk kalangan umum maupun kalangan terbatas.
5)   Yang dianggap sah dalam penetapan awal bulan ramadhan dan syawal adalah dengan cara melihat hilal, bukan dengan terwujudnya hilal­ yang terjadi dalam kenyataan (wujudul hilal bil fi’li fil waqi’) yang terkadang dapat diketahui melalui jalan hisab.

Kelima kesimpulan tersebut diketahui dari hasil kajian sebagai berikut :

Didalam kitab Al-Madzahibul Arba’ah dijelaskan, bahwa awal bulan ramadhan ditetapkan berdasarkan salah satu dari dua cara : Pertama, dengan cara rukyatul hilal jika langit cerah dan terbebas dari sesuatu yang menghalangi keberhasilan rukyat seperti mendung, kabut, debu dan sejenisnya. Kedua, dengan menyempurnakan bilangan bulan sya’ban 30 hari, jika langit tidak cerah atau terhalang oleh sesuatu yang menyebabkan ketidakberhasilan rukyat, berdasarkan Hadis Nabi :
صُوْمُوْا لِرُؤْيَتِهِ وَ اَفْطِرُوْا لِرُؤْيَتِهِ, فَإِنْ غُمَّ عَلَيْكُمْ فَأَكْمِلُوْا عِدَّةَ شَعْبَانَ ثَلَاثِيْنَ (رواه البخاري, عن أبي هريرة ).

Artinya : “Berpuasalah karena berhasil melihat hilal dan berbukalah (beridul fitri) karena berhasil melihat hilal. Jika terjadi mendung, maka sempurnakanlah bilangan bulan sya’ban berumur tigapuluh hari”. (HR al-Bukhari, dari Abi Hurairah ra).

و في قوله صلى الله عليه و سلم "فإن غمّ عليكم", وجدنا الحنابلة يحتاطون, فقالوا : اذا غم الهلال في غروب اليوم التاسع و العشرين من شعبان, فلا يجب إكمال شعبان ثلاثين يوما و وجب عليه تبـييت النـيّة و صوم  اليوم التالي لتلك الليلة, سواء كان فى الواقع من شعبان او من رمضان, و ينويه عن رمضان. فإن ظهرفي أثنائه انه من شعبان لم يجب اتمامه.

Mengenai sabda Rasulullah saw : “Fa in ghumma ‘alaikum” (jika terjadi mendung atas kalian), kami menemukan pendapat dari ulama hanabilah yang bersikap hati-hati, bahwa yang dimaksudkannya adalah jika hilal terhalang mendung ketika matahari tenggelam pada tanggal 29 Sya’ban, maka tidak perlu menyempurnakan bulan sya’ban 30 hari, namun wajib menginapkan niat puasa di malam harinya dan berpuasa pada hari berikutnya, baik hari itu menurut kenyataannya masih termasuk bulan sya’ban ataupun sudah masuk bulan ramadhan, kemudian berniat puasa ramadhan. Jika di tengah menjalankan puasanya itu ternyata terbukti bahwa hari itu termasuk bulan sya’ban, maka ia tidak perlu meneruskan puasanya.

قولهم هذا بالنسبة لأول رمضان. و أما بالنسبة  لأخره, فإنهم كالشافعية و الحنفية و المالكية فى القول بوجوب إكمال رمضان ثلاثـين  يوما اذا غم عليهم .كل ذلك عملا بالإحتياط فى العبادة.


Pendapat hanabilah tersebut berkaitan dengan pelaksanaan awal bulan Ramadhan. Jika berkaitan dengan akhir bulan Ramadhan, mereka berpendapat sama seperti yang dikemukakan oleh ulama syafi’iyah, hanafiyah dan malikiyah, yaitu wajib menyempurnakan bilangan 30 hari bulan ramadhan, jika terjadi mendung (sehingga hilal tidak berhasil di-rukyat). Kesemuanya itu sebagai bentuk kehati-hatian mereka dalam beribadah.


هكـذا اجمع أئمة المذاهب الأربعة على الرؤية  او الإكمال فقط. فليس عندهم طريق اخر غيرها. و ذلك عملا بالحديث المذكور. فلا عبرة  بقول المنجّمين أي اهل الحساب عندهم. فلا يجب عندهم على أهل الحساب أنفسهم الصوم, و على من وثق بهم, غير أنّ الإمام الشافعيّ و الشافعيّة قالوا : يعتـبر قول المنجّم في حقّ نفسه و حقّ من صدّقه, و لا يجب الصوم على عموم الناس بقوله على الراجح.

Itulah hasil kesepakatan para imam madzhab empat hanya tentang rukyat dan ikmal saja. Tidak ada cara lain menurut mereka, selain dengan jalan rukyat atau ikmal. Hal ini sebagai bentuk pengamalan mereka terhadap hadis yang dituturkan di muka. Dengan begitu, pendapat ahli nujum  atau ahli hisab dipandang tidak sah, sehingga tidak wajib atas diri mereka sendiri untuk berpuasa berdasarkan hasil hisab-nya dan juga tidak wajib atas orang-orang yang percaya kepada ucapan ahli hisab tersebut. Hanya saja, imam Syafi’iy dan ulama syafi’iyah mengatakan, bahwa pendapat ahli nujum atau ahli hisab dianggap sah (boleh diikuti) terbatas untuk ahli hisab itu sendiri dan orang-orang yang membenarkannya. Sedangkan kaum muslimin pada umumnya tidak wajib berpuasa atas dasar pendapat ahli hisab tersebut, menurut pendapat yang rajih (unggul, terkuat).

و احتجّ المانعون بأنّ الشارع علّق الصوم على أمّارة ثابتـة لا تـتغـيّر ابدا, و هي رؤية الهلال أو إكمال العدة ثلاثـين يوما.

Ulama yang menolak penggunaan hisab berargumentasi, bahwa Syari’ (Allah dan Rasul-Nya) menggantungkan pelaksanaan puasa kepada tanda-tanda (fenomena alam) yang tetap lagi tidak berubah selamanya, yaitu dengan cara me-rukyat hilal dan ikmal, yakni menyempurnakan usia bulan 30 hari.

عن ابن عمر رضي الله عنهما قال : ترائ الناس الهلال فأخبرت النـبي صلى الله عليه و سلم  أني رأيته, فصام و أمر الناس بصيامه . (رواه أبو داود, و صححه ابن حبان و الحاكم).
و عن ابن عباس رضي الله عنهما, أن أعرابـيا جاء الى النـبي صلى الله عليه و سلم, فقال : إني رأيت الهلال, فقال : أتشهد ان لا اله الا الله ؟. قال : نعم. قال : أتشهد أن محمدا رسول الله؟. قال : نعم. قال : فأذّن فى الناس يا بلال, ان  يصوموا غدا.(رواه الخمسة, و صححه  ابن حزيمة و ابن حبان).
قلت : من هنا نفـهم أن العبرة برؤية الهلال لا بوجوده و لا بالعلم بوجوده من طرق حسابية. و هذا الأحاديث تفسّر معنى قوله تعالى : فمن شهد منكم الشهر فليصمه – أي فمن شهد منكم دخول الشهر برؤية الهلال فعلى كل من رآه  او ثبـتت عنده رؤية غيره ان يصومـه. (راجع تفسير الجلالين و حاشية الصاوي عليه).

Dari Ibnu Umar ra, katanya :
تَرَائَ النَّاسُ الْهِلَالَ فَأَخْبَرْتُ النَّبِيَّ     أَنِّي رَأَيْتُهُ, فَصَامَ وَ أَمَرَ النَّاسَ بِصِيَامِهِ . (رواه أبو داود, و صححه ابن حبان و الحاكم).

Artinya : “Orang-orang sama melihat hilal, lantas aku kabarkan kepada Rasulullah SAW bahwa aku melihatnya, lantas beliau berpuasa dan memerintahkan kepada para sahabat agar berpuasa” (HR Abu Dawud, dan dinilai shahih oleh Ibnu Hibban dan al-Hakim)

Riwayat dari Ibnu Abbas ra,
أَنَّ أَعْرَابِيًّا جَاءَ اِلَى النَّبِيِّ, فَقَالَ : إِنِّي رَأَيْتُ الْهِلَالَ, فَقَالَ : أَتَشْهَدُ اَنْ لَا اِلَهَ اِلَّا اللَّهُ ؟. قَالَ : نَعَمْ. قَالَ : أَتَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا رَسُوْلَ اللَّهِ؟. قَالَ : نَعَمْ. قَالَ : فَأَذِّنْ فِى النَّاسِ يَا بِلَالُ, اَنْ يَصُوْمُوْا غَدًا.(رواه الخمسة, و صححه  ابن حزيمة و ابن حبان).

Artinya : “Seorang A’rabiy datang menemui Rasulullah SAW seraya berkata, “Aku telah melihat hilal”. Beliau bertanya, “Apakah Anda bersaksi bahwa tiada tuhan selain Allah?”. “Ya, benar!”, jawabnya. Beliau bertanya lagi, “Apakah Anda bersaksi bahwa Muhammad itu utusan Allah?”. “Ya, benar!”, jawabnya. Beliau lantas bersabda : “Wahai Bilal, umumkan kepada semua orang, agar mereka berpuasa besok”. (HR al-Khamsah, dan dinilai shahih oleh Ibnu Huzaimah dan Ibnu Hibban).

Menurut saya, dari sini dapat kita pahami, bahwa yang dianggap sah dalam menentukan awal ramadhan dan syawal, adalah dengan cara melihat hilal,  bukan sebab terwujudnya hilal, dan bukan dengan mengetahui wujudnya hilal melalui berbagai metode hisab.

Hadis-hadis tentang rukyatul hilal tersebut merupakan penafsiran terhadap isi kandungan firman Allah :
فَمَنْ شَهِدَ مِنْكُـمُ الشَّهْرَ فَلْيَصُمْهُ

Artinya : “… Karena itu, barangsiapa di antara kamu menyaksikan bulan itu, maka hendaklah ia berpuasa pada bulan itu, …” (QS al-Baqarah,[2] : 185).

Maksudnya, siapa saja yang menyaksikan masuknya bulan dengan cara rukyatul hilal, maka wajib berpuasa bagi orang yang melihatnya dan orang yang mendengar kabar dari orang yang melihat hilal. (Lihat : Tafsir al-Jalalain dan Hasyiyah ash-Shawi).

و هذا الإحتجاج يعزّز القول بأن العبرة في ثـبوت شهري رمضان و شوال برؤية الهلال لا بوجوده الذي قد يعرف من طريق الحساب او إكمال شعبان للصوم او رمضان للعيد ثلاثين يوما.

Argumentasi tersebut memperkuat pendapat bahwa yang dianggap sah dalam menetapkan awal bulan ramadhan dan syawal adalah dengan cara rukyat (melihat hilal), dan bukan disebabkan oleh wujudnya hilal sebagaimana yang diketahui melalui hisah, atau dengan cara ikmal, yakni menyempurnakan bulan sya’ban (30 hari) untuk memulai berpuasa dan menyempurnakan bulan ramadhan untuk ber-idul fitri.

أما قول المنجّمين, فهو : و ان كان مبنـيا على قواعد دقيقة, فإنا نراهم تختلف  أراؤهم  في أغلب الأحيان.
ثم ان الحديث المذكور يفهم منه عدم اعتبار الحساب اذ حصر الأمّارة فى الرؤية او الإكمال. و الحساب قد يناقض الإكمال.
و يثـبت شوال ايضا بمثل ما يثـبت به رمضان, اجماعا بـين المذاهب الأربعة و غيرها خارج اهل السنة و الجماعة. فإليك الآن قول السيّد ابن القاسم الخوئي, و هو من علماء الشيعة الإمامية, قال : و لا عبرة بغير ما ذكرنا (أي رؤية هلال رمضان او مضيّ ثلاثـين يوما من شعبان) من قول المنجم, و نحو ذلك … إلى ان قال : لا بـدّ في ثبوت هلال شوال من تحقيق احد الأمور المتقدَمة (يعني رؤية الهلال و شهادة عدلين او إكمال العدّة ثلاثـين). فلو لم يثـبت شيئ  منها لم يجز الإفطار. (المسائل المنتجنة للخوئي, الطبعة الثانية, بمطبعة الأداب فى النجف سنة 1382ه, صحيفة 149).
 

Pendapat ahli hisab, sekalipun hal itu didasarkan pada kaidah-kaidah ilmu hisab yang cukup rumit, saya benar-benar menyaksikan ternyata masih terjadi perselisihan di kalangan mereka. Dengan kata lain, hasil perhitungan mereka sering berbeda.

Kemudian hadis-hadis tersebut tidak mengindikasikan perlunya menggunakan hisab, tetapi membatasi tanda-tanda masuknya suatu bulan dengan cara rukyat atau ikmal. Sementara cara hisab terkadang tidak sesuai (berbeda hasilnya) dengan ikmal.

Cara penetapan bulan syawal juga sama seperti penetapan bulan ramadhan berdasarkan ijmak di kalangan ulama madzhab empat dan ulama lain diluar Ahlussunnah wal Jamaah. Sehubungan dengan ini, perlu saya paparkan kepada Anda pendapat as-Sayyid Ibnul Qasim al-Khu`iy, seorang ulama dari kalangan Syi’ah al-Imamiyah, yang menyatakan bahwa  pendapat ahli hisab dan yang serupa dengannya dipandang tidak sah, selain apa yang telah kami jelaskan – yakni rukyatul hilal ramadhan atau ikmal bulan sya’ban 30 hari…..  Demikian pula penetapan 1 Syawal juga mesti menggunakan salah satu dari dua cara seperti di muka -- yakni dengan rukyatul hilal disertai kesaksian dua orang saksi yang adil, atau dengan menggenapkan bilangan 30 hari. Jika tidak ditetapkan seperti itu, maka tidak boleh berbuka.

Pentingnya menyampaikan berita dengan benar

Bagaimana seekor kerbau bisa mati hanya karena sebuah *OPINI* :

1. Sehabis pulang dari sawah KERBAU rebahan dikandang dengan wajah lelah dan nafas yang berat. datanglah seekor anjing, kemudian kerbau berkata: "aah..temanku aku sungguh lelah dan kalau boleh besok aku ingin istirahat sehari saja"

2. ANJING pergi dan ditengah jalan dia berjumpa dengan kucing yang sedang duduk di sudut tembok, kemudian anjing berkata: "tadi saya bertemu dengan kerbau dan dia besok ingin beristirahat dulu. sudah sepantasnya sebab boss beri kerjaan terlalu berat"

3. KUCING lalu bercerita kepada kambing: "Kerbau komplain boss kasi kerjaan terlalu banyak dan berat, besok dia tidak mau kerja lagi"

4. KAMBING pun bertemu ayam dan dia berkata: "Kerbau tidak senang bekerja dengan boss lagi , mungkin ada pekerjaan yang lebih baik lagi".

5. AYAM pun berjumpa dengan monyet dan dia bercerita pula: "Kerbau tidak akan kerja lagi untuk boss dan ingin kerja ditempat yang lain".

6. Saat makan malam MONYET bertemu boss dan berkata: "Boss, si kerbau akhir-akhir ini telah berubah sifat nya dan ingin meninggalkan boss untuk kerja di boss yang lain"

7. Mendengar ucapan monyet sang BOSS MARAH BESAR dan tanpa bertanya terlebih dahulu dia lalu menyembelih si kerbau karena dinilai telah berkhianat kepadanya.

Ucapan asli kerbau: *"SAYA LELAH DAN BESOK INGIN ISTIRAHAT SEHARI"* lewat beberapa teman ucapan ini telah berubah dan sampai kepada sang boss menjadi: "Si kerbau akhir-akhir ini telah berubah sifatnya dan ingin meninggalkan bossnya dan kerja pada boss yang lain".

Sangat baik untuk disimak:

1. Adakalanya *SATU PEMBICARAAN BERHENTI* hanya sampai telinga kita saja dan *TIDAK USAH* sampai kepada telinga orang lain.

2. *JANGAN TELAN BULAT-BULAT* atau percaya begitu saja *SETIAP BERITA* atau perkataan orang lain sekalipun itu keluar dari mulut orang terdekat kita. kita perlu *CHECK* and *RECHECK KEBENARANNYA* sebelum bertindak atau memutuskan sesuatu, konfirmasi dan crosscheck kepada sumbernya langsung.

3. *KEBIASAAN MENERUSKAN PERKATAAN* / berita dari orang lain bahkan dengan menambah atau menguranginya atau menggantinya dengan persepsi dan asumsi kita sendiri *BISA BERAKIBAT FATAL*.

4. *BILA RAGU* dengan ucapan / berita dari seseorang atau siapapun sebaiknya kita bertanya langsung kepada yang bersangkutan untuk *MENANYAKAN KEBENARAN INFORMASINYA* tsb.

Note:
*JADIKAN DIRI KITA FILTER* sehingga kita tidak mendatangkan celaka bagi orang lain atau *KEKELIRUAN INFORMASI*