Friday, May 12, 2017

Imam al Mahdi oleh muhammad idrus romli

IMAM AL-MAHDI, SUDAH ADA?

Pada akhir tahun yang lalu, saya mengisi seminar dengan tema bahaya aliran Syiah, yang diikuti oleh para dosen dan tokoh masyarakat, di hotel dekat Bandara Senai Johor Malaysia. Ada sahabat memberitahu saya, bahwa seorang Syiah ingin mengikuti ceramah dan diskusi dalam forum resmi tersebut. Saya mempersilahkan, kalau memang berkenan mengikuti ceramah dan diskusi tersebut. Bagi saya tidak ada masalah. Bahkan tanpa memberitahukan sebelumnya juga tidak ada masalah.

Setelah acara dimulai, saya perhatikan, pada malam itu memang ada peserta baru, yang sebelumnya tidak pernah hadir. Saya berpikir, mungkin ini orang Syiah yang dimaksudkan itu. Tetapi sejak acara diskusi dimulai, setelah saya menyampaikan presentasi, peserta dari Syiah itu hanya bersikap pasif dan tidak berkomentar apa-apa sampai selesai.

Setelah acara selesai, sekitar pukul 22.30, saya memasuki kamar hotel untuk istirahat. Maklum seharian menjadi narasumber tunggal, sejak dari pagi. Ternyata sahabat saya memberitahu lagi, bahwa orang Syiah tersebut ingin menemui saya di dalam hotel. Saya mempersilahkan saja, barangkali ada hal penting yang ingin ia bicarakan dengan saya.

Betul. Setelah bertemu dengan saya, orang Syiah tersebut mempersoalkan beberapa keyakinan Ahlussunnah Wal-Jamaah yang berbeda dengan Syiah, antara lain terkait peristiwa hari Kamis menjelang wafatnya Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dan tentang Imam al-Mahdi. Dalam tulisan ini, saya ingin menceritakan diskusi saya pada waktu tentang Imam al-Mahdi. Sedangkan diskusi tentang peristiwa hari Kamis di atas, insya Allah dalam tulisan selanjutnya.

Dalam pembicaraan tersebut, orang Syiah itu berkata kepada saya, “Anda harus berbai’at kepada Imam al-Mahdi, karena sekarang orangnya sudah muncul ke dunia.” Saya terkejut, begitu berani orang Syiah tersebut mengajak seseorang untuk langsung mempercayai Imam al-Mahdi yang diakuinya. Akhirnya, karena penasaran saya bertanya, “Di mana Imam al-Mahdi yang Anda asumsikan itu sekarang? Anda tahu dari mana bahwa dia memang Imam al-Mahdi yang dijanjikan?”

Ia menjawab, “Imam al-Mahdi yang dijanjikan sekarang telah muncul di Yaman, dan saya mengetahuinya dari rekaman videonya di Youtube yang mengajak umat Islam untuk membai’atnya dan mengakui kepemimpinannya.” Lalu saya minta agar ia memperlihatkan rekaman ceramah atau suara al-Mahdi yang ada di Youtube tersebut. Lalu ia membuka video di Youtube, seorang laki-laki Arab berkulit hitam yang mengaku al-Mahdi. Begitu saya mendengar beberapa ceramah yang disampaikan oleh si ‘al-Mahdi’, saya berkata, “Itu bukan al-Mahdi yang dijanjikan. Akan tetapi seorang Syiah yang ingin diakui sebagai al-Mahdi. Dari gaya bicara dan isi pembicaraannya jelas sekali kalau ia seorang Syiah dan bukan al-Mahdi.”

Orang Syiah tersebut dengan bahasa yang tidak ilmiah mencoba memaksa saya untuk mengakui kemahdian orang yang ada di video tersebut. Saya justru menjawab, “Silahkan orang yang Anda sebut al-Mahdi itu, Anda undang ke  sini, untuk berbicara dengan kami. Kami siap menguji apakah dia memang al-Mahdi atau bukan. Tetapi yang jelas dia bukan al-Mahdi.” Akhirnya saya menolak untuk meneruskan pembicaraan yang tidak produktif tersebut. Karena orang ini tidak mengerti sebenarnya al-Mahdi itu siapa. Berbicara dengan orang seperti ini sangat tidak produktif.

Sebagaimana dimaklumi, di antara keyakinan mayoritas umat Islam, Ahlussunnah Waljamaah adalah meyakini akan datangnya Imam al-Mahdi pada akhir zaman, ketika kondisi umat Islam benar-benar terpuruk. Para ulama menjelaskan, bahwa hadits-hadits yang membicarakan tentang al-Mahdi sampai pada tingkatan mutawatir, dimana orang yang mengingkarinya berarti akan divonis ahli bid’ah yang sesat dan menyesatkan.

Para ulama yang meneliti hadits-hadits tentang Imam al-Mahdi memberikan kesimpulan, bahwa hadits-hadits tentang al-Mahdi setidaknya diriwayatkan dari 38 jalur, dengan rincian 33 jalur melalui para sahabat dan 5 jalur melalui generasi tabi’in. Dari hadits-hadits tersebut, dapat disimpulkan tentang identitas dan ciri-ciri al-Mahdi yang akan datang itu.

Imam al-Mahdi memiliki nama Muhammad bin Abdullah dengan kunyah (panggilan) Abu Abdillah. Nasab al-Mahdi dari jalur ayah bersambung kepada cucu Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, Sayyidina al-Hasan bin Ali bin Abi Thalib, ‘alaihimassalaam. Sedangkan dari jalur ibu, ada yang mengatakan bersambung kepada sahabat Abbas bin Abdul Muththalib, paman Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, sesuai dengan dengan riwayat dha’if melalui pendekatan al-Hafizh Ibnu Hajar.

Secara fisik, Imam al-Mahdi seorang laki-laki yang berperawakan tinggi dengan warna kulit sawo matang agak kemerahan. Wajahnya sangat tampan laksana bintang yang berkilauan. Pada pipi kanannya terdapat tahi lalat berwarna hitam.

Ia dilahirkan di Kota Madinah dan tumbuh di sana. Sebelum pembaiatannya akan terjadi peperangan besar antara tentara Sufyani dan penduduk Madinah di Ahjar al-Zait, dan penduduk Madinah mengalami kekalahan. Lalu al-Mahdi melarikan diri bersama banyak orang ke Makkah. Kemudian umat Islam dari berbagai penjuru datang ke Makkah, dan memaksa beliau keluar dari rumahnya untuk dilakukan pembaiatan di antara Rukun Yamani dan Maqam Ibrahim di Baitullah. Beliau sendiri sebenarnya tidak berambisi dan enggan untuk dibaiat.

Kemudian Imam al-Mahdi melakukan sekian banyak peperangan melawan para pemimpin yang zalim dan berhasil mengembalikan kejayaan umat Islam yang telah hilang sekian lamanya. Hingga pada akhirnya, Dajjal muncul ke dunia, ketika al-Mahdi sedang membagi-bagikan hasil rampasan perang. Lalu al-Mahdi berangkat bersama umat Islam untuk memerangi Dajjal. Dan akhirnya Dajjal dan tentarannya mengepung al-Mahdi di Baitul Maqdis, Palestina. Dalam kondisi sulit dan terkepung itu, turunlah Nabi Isa bin Maryam ‘alaihissalam, untuk menghadapi Dajjal. Dan tamatlah Dajjal di tangan Nabi Isa ‘alaihissalam. Itulah sebagian kisah al-Mahdi yang dijelaskan dalam sekian banyak hadits.

Walhasil, Imam al-Mahdi yang didakwakan oleh Syiah tadi, tidak sesuai dengan Imam al-Mahdi yang diterangkan dalam hadits-hadits. Sebagaimana dimaklumi, orang-orang Syiah juga meyakini akan datangnya Imam al-Mahdi. Perbedaannya dengan Ahlussunnah Wal-Jamaah, Imam al-Mahdi-nya Syiah telah lahir pada sekitar abad ketiga Hijriah, dan bersembunyi di dalam gua bawah tanah hingga sekarang. Sedangkan menurut Ahlussunnah Wal-Jamaah, Imam al-Mahdi lahir seperti lahirnya manusia biasa, yaitu lahir dan tumbuh di Madinah. Bahkan sebelum dibaiat sebagai pemimpin, dalam sebagian hadits diterangkan, Imam al-Mahdi tidak kelihatan sebagai orang yang luar biasa. Allah justru menjadikannya sebagai orang shaleh dan layak menjadi pemimpin umat Islam pada malam itu juga.

Berdasarkan hadits-hadits mutawatir tentang al-Mahdi, ada dua hal yang perlu kita perhatikan. Pertama, kebohongan orang-orang yang mendakwa kemahdian seseorang atau dirinya mengaku sebagai al-Mahdi, padahal tidak sesuai dengan identitas dan ciri-ciri al-Mahdi yang disebutkan dalam hadits-hadits mutawatir. Hal ini seperti pengakuan al-Mahdi yang diklaim oleh golongan al-Arqam di Malaysia pada guru mereka, atau orang Syiah yang mengklaim kemahdian seseorang yang ada di Yaman melalui rekaman di Youtube, dan atau kemahdian Juhaiman Utaibi, seorang Wahabi yang berusaha menguasai Masjidil Haram beberapa masa yang silam.

Kedua, menjadi terbukti kebatilan sebagian golongan yang menafikan akan datangnya al-Mahdi. Atau mengakui kedatangan al-Mahdi tetapi dengan melakukan ta’wil terhadap hadits-hadits tersebut dan berasumsi bahwa yang dimaksud dengan al-Mahdi adalah simbol dari seorang khalifah yang akan tampil membawa kemenangan bagi umat Islam dan bukan orang tertentu. Hal ini seperti yang diakui oleh kelompok Hizbut Tahrir. Menurut Hizbut Tahrir, Imam al-Mahdi adalah simbol dari seorang khalifah dan bukan orang tertentu seperti dijelaskan dalam banyak hadits. Jelas sekali, ini merupakan permainan Hizbut Tahrir terhadap hadits-hadits yang tidak sesuai dengan selera mereka.

Untuk lebih jelasnya, para ulama telah menulis kitab-kitab khusus tentang al-Mahdi, seperti al-Hafizh Jalaluddin al-Suyuthi, yang ditulis dalam bagian kitabnya, al-Hawi lil-Fatawi, al-Syaukani dalam kitabnya yang berjudul al-Taudhih fi Tawatur ma Ja’a fi al-Muntazhar wa al-Dajjal wa al-Masih, Sayyid Abdullah al-Ghumari dalam kitabnya yang berjudul al-Mahdi al-Muntazhar dan lain-lain. Wallahu a’lam.

No comments:

Post a Comment