Sunday, July 16, 2017

Sabar Di omeli Istri, Suami Jadi Waliyullah

Sabar Di omeli Istri, Suami Jadi Waliyullah
======
Beberapa waktu yang lalu saya membaca kitab yang berjudul (Ibtila'ul Akhyar Bi nisail Asyror). Kitab ini menceritakan lelaki-lelaki
sholeh yang diuji istri tidak baik,
di antara kisahnya adalah kisah Nabi yang memiliki istri yang tidak sholehah, seperti Nabi Luth yang kisahnya diabadikan dalam
al-Qur'an.
.
Kitab ini mengingatkan saya pada cerita populer yang saya baca dan
saya dengar, yaitu kisah seseorang yang menjadi kekasih Allah karena kesabarannya
menghadapi istri yang tidak baik. Kisah ini terjadi disalah satu kota di Hadhramaut- Yaman. Alhamdulillah saya dan teman-teman men-ziyarahi maqbaroh (makam) yang kebetulan hanya berjarak sekitar 7 KM dari kota Tarim tempat saya tinggal.
Beginilah ceritanya....
.
Pada zaman dahulu di sebuah desa bernama Bajal haban di negeri Hadramaut, Yaman ada seorang shaleh yang dikenal dengan nama Syekh Abdurrahman
Bajal haban. Beliau adalah seorang wali yang memiliki derajat yang tinggi di sisi Allah Swt. Namun beliau tidak mengetahui dirinya memiliki keistimewaan seperti itu.
Beliau dikaruniai oleh Allah Swt seorang istri yang sangat cerewet. Setiap harinya istrinya hanya marah dan mengomel. Sedangkan
Syekh Abdurrahman Bajal haban adalah orang yang sabar, beliau selalu menghadapi istrinya dengan penuh kesabaran. Tidak
pernah beliau membalas keburukan dengan keburukan, omelan dengan omelan.
Seandainya beliau menghadapi sifat keras istrinya dengan kekerasan, mungkin rumah tangga beliau selalu dihiasi
pertengkaran setiap hari.
.
Suatu hari beliau mempunyai keinginan berkholwat atau menyepi untuk beribadah,
mendekatkan diri kepada Allah Swt di sebuah tempat bersama orang-orang yang beribadah. Beliau merasa lebih baik beribadah dari pada terus-terusan bersama istri yang kerjanya selalu ngomel terus.
Syekh Abdurrahman pun pamit kepada istrinya dan seperti biasa jawabannya penuh dengan kata-kata kasar. Syekh Abdurrahman naik ke gunung terdekat dari
kotanya dan di tempat itu Syekh
Abdurrahman menemukan sekelompok orang yang sedang beribadah. Singkat cerita beliau dapat bergabung bersama
mereka dengan syarat harus mau piket mencari makan untuk mereka sebagaimana adat mereka menentukan piket para anggota untuk mencari makan secara
bergantian setiap harinya.
.
Suatu hari Syekh Abdurrahman mendapat giliran piket. Beliau bingung harus mencari makanan di mana. “Lebih baik aku meminta
kepada Allah,” gumam beliau. “Tetapi dengan siapakah aku harus bertawassul? Ah, lebih baik aku bertawassul dengan wali
yang ditawassuli oleh teman-temanku itu, meskipun aku tidak tahu siapakah yang mereka tawassuli.” kata beliau dalam hati.
Maka beliau pun duduk di tempat sepi mengangkat tangan sambil berdo’a, “Ya Allah, berkat kemulyaan wali yang ditawassuli oleh teman-temanku itu maka
turunkanlah untukku dan teman-temanku makanan yang lezat”.
Seketika turunlah makanan-makanan yang lezat, beliau pun kaget serta kagum betapa tinggi kedudukan wali yang ditawassuli oleh teman-temannya sehingga sekali tawassul do’a langsung terkabul.
.
Sahabat-sahabat Syekh Abdurrahman kaget di saat beliau datang membawa makanan
yang demikian lezat. Mereka bertanya bagaimana bisa mendapatkannya? Syekh Abdurrahman pun menceritakan semua kejadian yang di alaminya. Kemudian Syekh Abdurrahman bertanya, “Siapakah orang
yang kalian tawassuli itu? Demi Allah kalau bukan karena bertawassul dengan beliau
belum tentu do’aku akan terkabul dengan spontan seperti yang kalian lihat.”
Mereka pun bercerita, “Ketahuilah, di desa Bajal haban dekat pegunungan ini ada orang yang shaleh dan penyabar. Beliau
memiliki istri yang cerewet, namun begitu beliau sangat sabar terhadap istrinya dan tidak pernah membalas keburukan istrinya dengan keburukan yang sama. Karena kesabarannya inilah Allah mengangkat derajat beliau setinggi-tingginya. Beliau dikenal dengan sebutan Syekh Abdurrahman Bajal haban dan kami selalu bertawassul kepada Allah dengan kemulyaan beliau”.
.
Mendengar cerita ini Syekh Abdurrahman Bajal haban kaget, setinggi inikah nilai kesabaran dirinya di sisi Allah Swt? Maka
Syekh Abdurrahman pun pamit untuk pulang ke desanya tanpa mengemukakan alasan yang jelas. Karena beliau menganggap hidup bersabar bersama istri cerewet ternyata memiliki nilai lebih besar
dari pada berkholwat (menyepi) bersama orang-orang yang beribadah. Dan sahabat- sahabatnya mempersilahkan beliau pulang tanpa mengetahui apa alasan beliau dan siapakah beliau sebenarnya, karena
memang beliau tidak pernah
memperkenalkan nama beliau kepada mereka.

No comments:

Post a Comment