Sunday, October 29, 2017

METODE DAN PERJUANGAN DAKWAH BIL HIKMAH HABIB UMAR BIN HAFIDZ

" METODE DAN PERJUANGAN DAKWAH BIL HIKMAH HABIB UMAR BIN HAFIDZ "

Oleh : Habib Ali Al Jufri

Ketika aku berumur 9 tahun dan saat itu Habib Umar bin Hafidz berumur sekitar 14 tahun, aku mula belajar di Tarim, Hadhramaut. Bertepatan waktu itu kedzaliman merajalela. Orang-orang yang hendak berdakwah selalu dihalangi. Para juru dakwah harus izin terlebih dahulu dan mendapat pengesahan dari pihak kerajaan. Kaum perempuan ditindas, dan bentuk kedzaliman lainnya.

Kejadian naas pun dialami oleh Habib Umar, yang menjadi awal perpisahannya dengan sang ayahanda. Seusai shalat, ayah Habib Umar keluar dari masjid untuk membuat perizinan kepada pemerintah guna keluar berdakwah. Ditunggu lama ayahnya tak balik lagi ke masjid. Habib Umar sampai mencari-cari di mana ayahandanya, tetap dengan hasil nihil.

Bayangkan seorang lelaki kecil kehilangan seorang ayah secara tiba-tiba. Habib Umar bertanya kesana-kemari, semua juga tidak tahu. Habib Umar hanya ditinggali rida' (sorban/selendang) oleh ayahandanya seusai shalat. Hanya kakandanyalah, Habib Ali Masyhur, dari keluarga beliau saat itu yang berada di Tarim. Sedangkan ibundanya berada di Mekah, dan saudara-saudara Habib Umar yang lain pun sedang berada di tempat berbeda. Hal yang demikian tidak menjadikan Habib Umar kerdil, putus asa dan sedih yang berlarut. Tapi justeru membuat semangatnya meluap dan dorongan yang kuat meneruskan perjuangan sang ayahanda.

Ketika itu aku, Habib Kadzim Assegaf, Syaikh Umar Khathib dan beberapa sahabat lainnya memutuskan mengaji kepada Habib Ali Masyhur. Kami melakukan hal itu (mengaji) pun secara sembunyi-sembunyi. Ada yang menyimpan kitabnya dalam baju, dalam bekas sayuran, atau tempat aman lainnya karena takut diketahui dan didzalimi. Betapa susah dan sukarnya hendak belajar ilmu agama kala itu.

Pada usia 16 tahun, Habib Umar sudah mulai keluar berdakwah di sekitar Tarim. Dari masjid ke masjid, mengajak manusia ke arah kebaikan. Di usianya ke 20 tahun, beliau pindah ke Baidha' dengan harapan bisa pergi ke Mekah untuk mengaji di sana.

Dengan hanya berbekal 100 Riyal Yaman, tanpa meminta-meminta kepada siapapun Habib Umar akhirnya sampai di Baidha'. Sesampainya di sana beliau berjumpa dengan Habib Muhammad, yang merupakan sahabat dekat ayahandanya, guna meminta izin mengaji di Mekah. Namun Habib Muhammad tidak mengizinkannya. Habib Umar dimintanya mengaji dulu di Baidha'. Akhirnya, sekitar selama 10 tahun Habib Umar belajar di sana.

Semasa belajar di Baidha', kehidupan Habib Umar terbilang sangat kekurangan. Setiap hari beliau hanya makan biskut yang harganya tidak lebih dari 5 Riyal. Tetapi justeru berkat pengorbanan dan perjuangan yang tidak ringan itu akhirnya Habib Umar dikarunia ilmu yang sangat banyak.

Suatu hari, tatkala Habib Umar memulai dakwahnya di Baidha', yang didatanginya justeru ke tempat orang-orang bermain bola. Beliau menonton mereka bermain bola sampai selesai. Tentu para pemain sepak bola itu berpakaian seperti pada umumnya, bercelana pendek. Sedangkan Habib Umar berpakaian seperti laiknya para ulama juru dakwah, berjubah lengkap dengan 'imamah dan sorbannya.

Sesudah itu Habib Umar pun mendekati kedua kelompok pemain sepak bola itu, lalu berkata: "Aku telah menyempatkan diri menyaksikan permainan bola kalian tadi. Sekarang, sudilah kiranya kalian berkenan memperhatikanku. Besok aku akan menyediakan sebuah hadiah kepada grup mana yang menang dalam pertandingan nanti. Tapi dengan syarat besok kalian berpakaian celana lebih panjang lagi (yang menutupi aurat)." Mereka pun menyetujui syarat yang diminta oleh Habib Umar.

Keesokan harinya Habib Umar pun menepati janjinya dengan mendatangi dan menyaksikan permainan sepak bola itu serta membawakan sebuah hadiah bagi yang memenangkan pertandingan. Ketika hendak pulang, Habib Umar sembari senyum berkata kepada mereka: "Sekarang, telah kupenuhi janjiku kepada kalian. Sudilah kiranya nanti kalian semua berkenan hadir ke madrasahku, ikut serta mengaji. Meski sedikit, yang penting cobalah dulu."

"Sebenarnya kami mau saja menghadirinya. Hanya saja kami malu di situ banyak orang-orang yang hebat dan alim-alim." Jawab mereka.

Lalu Habib Umar berkata: "Kalau demikian, datanglah mengaji di waktu malam."

Mereka pun setuju. Mereka sangat segan dengan adab dan akhlak yang ditunjukkan Habib Umar. Dan kini, setelah sekian lama belajar kepada Habib Umar, para pemain sepak bola itu banyak yang menjadi ulama-ulama hebat dan para juru dakwah. Habib Umar telah memberikan contoh 'dakwah dari hati ke hati'.

Dan aku sekarang bukanlah hendak mengagungkan beliau. Tetapi untuk memberitahukan tentang uslub (metode) dakwah, bagaimana cara Habib Umar menyampaikan dakwahnya. Bukan syarat dakwah harus pandai bertutur kata, tetapi kuatnya mahabbah (cinta) kepada Allah lah syarat yang utama. Karena Allah lah Yang Mahamenguasai hati. Dan banyak sudah dakwah yang tidak sampai pada hasilnya. Sebab dalam dakwahnya hanya menginginkan hasil yang cepat dan instan serta memberikan kesan. Padahal semuanya adalah Allah yang mengerakkan.

( Kisah ini dituturkan oleh Habib Ali al-Jufri dalam acara Multaqa Da'i di Rubath Darul Musthafa Yaman. Habib Ali al-Jufri termasuk salah satu murid Habib Umar, dan tatkala beliau menceritkan kisah ini mengalirlah air mata Habib Umar bin Hafidz ).

Sumber : Fanspage @Suara Al-Azhar

https://web.facebook.com/suara.alazhar/posts/868050830027794

#HabibUmarbinHafidz
#HabibAliAlJufri
#DakwahBilHikmah

Doa Meminta Wafat Khusnul Khotimah

Doa Meminta Wafat Khusnul Khotimah

Al-Habib Umar bin Hafidz Mengajarkan Puncak Doa, Apa Itu? Dalam sebuah cermah Al-Habib Umar bin Hafidz berkata : Jangan pernah lupa untuk membaca do’a ini dalam sehari sehari-semalam. يا الله بها يا الله بها يا الله بحسن الخاتمة
“Ya Allah bihaa, Ya Allah bihaa, Ya Allah bihusnil khatimah”.Karena doa ini adalah termasuk doanya para wali-wali Allah (kekasih Allah). Doa ini termasuk puncaknya do’a. Oleh karnanya jangan pernah lepas untuk mengamalkannya.

Beliau bercerita, bahwasanya dahulu di Mesir ada seorang yang sholeh dan tekun beribadah, namun ia tidak pernah membaca doa ini karena merasa amal nya sudah banyak namun apa yang terjadi?, diakhir usianya beliau murtad dan akhirnya wafat dalam keadaan su’ul khatimah (Naudzubillahi min dzalik).

Para Wali-wali Allah di Tariem Hadramaut yang mengetahui kisah ini termasuk Shahibul ratib Al Habib Abdullah bin Alwi Al Haddad sangat sedih mendengar kisah ini sehingga beliau mendawamkannya (istiqamah) sebagai wirid harian pada Ratibul Haddad.
Perbanyaklah membaca doa ini, semoga Allah memudahkan kita saat naza’ (ajal menjemput) dan mematikan kita semua dalam keadaan husnul khatimah. Amiin Ya Rabbalalamiin

Wallahu A’lam

Sumber :http://www.embunhati.com/al-habib-umar-bin-hafidz-mengajarkan-puncak-doa-apa-itu/

----------------------------------------------------------------
Silahkan untuk Share n Follow Kioz313
Instagram : @kioz313

Saturday, October 28, 2017

Kanjeng nabi dan arab

Bila kita angan-angan dan berfikir, kita akan menemukan bahwa Nabi Muhammad adalah orang Arab, karena Nabi lahir di Makkah, Menghabiskan masa Balita di Thoif, dan Meninggal di Madinah.

Ketiga daerah inilah yang disebut dalam Wirid Thoriqoh Naqsyabandiyah dikatakan Al-'Aruld.

سبحان من شرف العروض على المدن والقرى.

Maha suci Dzat yang memuliakan daerah Al-'Aruld (Makkah, Madinah, Thoif) atas beberapa desa dan kota.

Di Makkah dalam berdakwah dihalangi dan ditentang, di Thoif bahkan dilempar batu oleh hamba sahaya (Pion). Di Madinah pun harus bertetangga dengan orang Yahudi maupun orang Munafik.

Beliau mengaku sebagai orang Arab, maknanya mengakui tanah air tempat lahir dan hidup.

أحبوا العرب لأني عربي...

Cintailah orang Arab karena Aku orang Arab.

Kepada anak cucu Nabi, bahkan Al-Qur'an mengatakan:

قل لا أسألكم عليه أجرا إلا المودة في القربى...

Nabi diperintahkan agar mengajarkan kepada Ummat agar mencintai anak cucu beliau sebagai  bentuk balasan kepada Nabi.

الحسن والحسين ابناي فمن أحبهما فقد أحبني ومن أحبني أحبه الله ومن أحبه الله أدخله الجنة...

Tetapi apakah Nabi memang Asli murni orang Arab?...

Marilah kita lihat sejarah!!!!!

Nabi Nuh mempunyai tiga putra yang tetap hidup setelah peristiwa banjir Thufan, Yaitu Syam, Ham, Yafast.

Dari Syam lahirlah suatu keturunan yaitu: Ibrohim. Ibrohim adalah bangsa Babilonia, Iraq.

Kemudian Nabi Ibrohim berpindah ke Mesir dan menikah dengan Hajar. Hajar adalah hadiah Fir'aun kepada Saroh, kemudian dinikahi oleh Ibrohim.

Dari Ibrohim dan Hajar ini lahir Ismail. Ismail blesteran dari ayah Babilonia dan Ibu Mesir.
Kemudian saat masih kecil, Ismail bersama Ibunya menetap di Makkah...

ربنا إني أسكنت من ذريتي بواد غير ذي زرع عند بيتك المحرم...

Setelah dewasa Ismail menikah dengan perempuan suku Arab Asli, suku Jurhum yang termasuk keturunan Bani Amaliqoh.

Dari Ismail inilah orang Quraisy ada. Maknanya Keturunan dari Pendatang dan Penduduk Asli.

Dan dari suku Quraisy inilah Nabi Muhammad ada.

Nabi Muhammad adalah keturunan dari Abdulloh orang Makkah, dan Aminah orang Madinah.

Melihat itu menunjukkan bahwa Nabi Muhammad bukan hanya Keturunan orang arab, tetapi juga keturunan orang luar Arab, atau diistilahkan dengan Ajam.

Tetapi Nabi bersabda:

لأني عربي....

Karena saya bangsa Arab... walaupun​:

وما أرسلناك إلا رحمة للعالمين...

Bukan hanya memikirkan bangsa sendiri tetapi seluruh alam...

Bukan hanya golongan sendiri, tetapi bermanfaat untuk semua golongan....

Tetapi hal itu sangat sulit untuk dicontoh, karena harus menahan diri.

والله اعلم
****

Sayyid Muhammad bin Husein bin Anis bin Alwi al-Habsyi Cucu Pengarang Simthud duror di kediaman Syaikhina Maimoen Zubair.

Friday, October 27, 2017

Khalifah Musa: Perselisihan Tragis Anak dan Ibu by Nadirsyah Hosen

Khalifah Al-Mahdi memiliki istri yang bernama Khayzuran. Sebenarnya istrinya ini seorang mantan budak. Sewaktu masih remaja dia diculik orang badui dan dijual di pasar budak. Al-Mahdi tertarik membeli budak cantik ini. Setelah Al-Mahdi menjadi khalifah, Khayzuran berhasil merayu Al-Mahdi untuk memerdekakannya, menikahinya, dan menjadikannya permaisuri, menggeser kedudukan permaisuri sebelumnya.

Dari rahim Khayzuran lahir khalifah keempat dan kelima Abbasiyah: Musa dan Harun. Kita bahas Khalifah Musa terlebih dahulu dalam lanjutan mengaji sejarah politik Islam ini.

Musa (lahir tahun 764 Masehi) adalah anak tertua Al-Mahdi. Sesuai wasiat ayahnya, dia berada dalam satu paket bersama adiknya, Harun, meneruskan kekuasaan Dinasti Abbasiyah. Kalau ayahnya digelari al-Mahdi, Musa diberi gelar Al-Hadi. Menjadi kebiasaan para khalifah untuk memberi gelar pada nama mereka.

Selain memiliki gelar kehormatan Al-Hadi, Khalifah Musa juga punya julukan lain. Kebetulan bibir Musa itu sumbing, maka setiap dia membuka mulutnya seorang pelayan setianya selalu mengingatkan, “Athbiq” (tutuplah). Maka, dia pun, menurut penuturan Imam Suyuthi, dijuluki juga sebagai Musa Athbiq.

Imam Adz-Dzahabi mengatakan bahwa Khalifah Musa ini senang mabuk-mabukkan, bermain, dan menunggangi keledai dengan baik, namun dia bukanlah seorang khalifah yang menjalankan tugasnya dengan baik.

Imam Suyuthi juga menuturkan bahwa ada yang berpendapat Khalifah Musa ini merupakan pemimpin yang zalim. Selalu ada pengawal di sampingnya yang menghunus pedang. Apa yang disampaikan ini bisa kita pahami konteksnya bahwa di masa pemerintahan Musa al-Hadi, dia disibukkan dengan peperangan.

Baca Juga :   Ahok dan Para Presiden yang Pernah Dipenjara

Pertama, dia melanjutkan amanat ayahnya, Khalifah Al-Mahdi, untuk mengejar dan memerangi kaum Zindiq. Termasuk yang dibunuh adalah Yazdan bin Badzan, ‘Ali bin Yaqthin, dan Ya’qub bin al-Fadhl—sebagaimana dicatat oleh Imam Thabari. Kedua, terjadi pertempuran antara Abbasiyah dengan Romawi. Ketiga, terdapat pemberontakan Khawarij yang memaksa Musa mengirim pasukannya.

Terakhir, ada pula pemberontakan dari Al-Husain bin Ali bin al-Hasan bin al-Hasan bin al-Hasan bin Ali bin Abi Thalib. Ini keturunan Sayyidina Hasan, cucu Nabi. Al-Husain ini mengklaim diri sebagai khalifah di Madinah dan ditumpas oleh pasukan Khalifah Musa al-Hadi. Jenazah para pendukung Al-Husain dibiarkan selama tiga hari, sementara Al-Husain dipenggal kepalanya. Sejarawan mencatat ini sebagai pertempuran Fakh (Juni tahun 786 Masehi).

Pengikut Al-Husain yang bernama Idris bin Abdullah berhasil melarikan diri ke Maroko dan kemudian mendirikan Dinasti Idrisiyah, yang disebut-sebut merupakan cikal bakal kerajaan Maroko saat ini.

Khalifah Musa al-Hadi hanya berkuasa selama kurang lebih satu tahun (785-786). Sejarah menandai kepemimpinannya selain disibukkan dengan peperangan, juga dengan perselisihan antara Musa dan Ibunya. Khayzuran, sepeninggal suaminya, Al-Mahdi, bergeser dari seorang permaisuri menjelma menjadi ibu suri khalifah yang sangat berkuasa. Banyak para pejabat yang melaporkan dan berkonsultasi dengan Khayzuran.

Kenyataan ini membuat Musa murka. Dia tidak suka ibunya mencampuri urusan kerajaan. Musa bahkan memindahkan ibu kota dari Baghdad ke kota Haditsah. Namun, pengaruh ibunya, yang terkenal pintar dan kharismatik, tidak juga surut.

Baca Juga :   Muhammad, Seorang Politikus Jenius

Imam Suyuthi merekam kemurkaan Khalifah Musa al-Hadi kepada ibunya, dan bagaimana kisah anak dan ibu ini berakhir tragis:

وقال: لئن وقف ببابك أمير لأضربن عنقه! أما

لك مغزل يشغلك، أو مصحف يذكرك، أو سبحة؟ فقامت ما تعقل من الغضب، فقيل: إنه بعث إليها بطعام مسموم، فأطعمت منه كلبًا فانتثر فعملت على قتله لما وعك بأن غموا وجهه ببساط جلسوا على جوانبه؛ وخلّف سبعة بنين

“Musa berkata kepada ibunya: ‘Jika ada seorang Amir yang datang ke pintumu, akan aku pukul tengkuknya (maksudnya mau dipenggal kepalanya). Tidakkah ibu punya alat tenun untuk menyibukkan dirimu, atau membaca mushaf al-Qur’an yang bisa mengingatkanmu, atau bertasbih saja?’ Ibunya bangkit berdiri menahan amarahnya. Maka, dikatakan setelah peristiwa itu, Khalifah Musa mengirimkan makanan beracun kepada ibunya. Sang Ibu yang sudah curiga malah memberikan makanan itu ke anjing, yang ternyata mati seketika akibat racun itu. Ibunya kemudian mengatur cara agar dia bisa membunuh anaknya. Lantas dia membekap anaknya, Khalifah Musa, dengan selendang sehingga tidak mampu bernafas. Khalifah Musa saat wafat meninggalkan 7 anak lelaki.”

Imam Thabari menjelaskan lebih rinci konteks perselisihan keduanya. Menurut catatan beliau, dalam empat bulan pertama kekhalifahan Musa sebenarnya sang khalifah selalu memenuhi permintaan ibunya. Memberinya berbagai hadiah dan apa saja yang diinginkannya.

Para pejabat menjadi tahu bahwa kalau hendak meminta sesuatu kepada khalifah, mereka harus mendekati ibu suri. Maka, berjejerlah para pejabat mendatangi ibu suri, dan sang ibu meneruskan berbagai permintaan pejabat itu kepada khalifah. Inilah konteks kemarahan Musa karena sang ibu tanpa sadar telah dimanfaatkan para pejabat bawahan khalifah.

Baca Juga :   Pilkada untuk Membangun Masyarakat Berkemajuan

Imam Thabari juga memaparkan riwayat lain bahwa wafatnya Khalifah Musa itu karena sakit ususnya sampai bernanah. Imam Suyuthi juga memaparkan adanya versi wafat karena sakit ini. Namun, dalam versi Imam Thabari mengenai selendang yang dipakai membekap Musa itu dilakukan bukan oleh tangan ibunya sendiri, melainkan melalui Khalisah, budak perempuan sang ibu atas perintah Khayzuran sendiri.

Hal itu dilakukan setelah sang ibu mendengar kabar bahwa Musa berusaha menyingkirkan adiknya, Harun, dari jalur suksesi dan menggantikannya dengan Ja’far, anak Musa.

Entah versi mana yang benar. Namun, jika benar perselisihan keduanya sampai membuat Khayruzan membunuh anaknya sendiri, maka jelaslah kekuasaan ternyata membuat anak dan ibu sama-sama gelap mata.

Berikutnya insya Allah kita lanjutkan kisah khalifah kelima Abbasiyah yang sangat masyhur namanya, yaitu Khalifah Harun ar-Rasyid

Istri - Istri Akhir Zaman

Istri - Istri Akhir Zaman

Oleh: Sulthonul ilmi Al Habib Salim Bin Abdullah Assyatiry
Rubbath Tareem.

“Inilah yang terjadi pada istri-istri pada akhir zaman ini.
Ketika mereka berada dirumahnya :
•Dihadapan suaminya mereka berpakaian seadanya
•Rambut acak-acakan dan aroma badannyapun
dibiarkan tak sedap
•Kalo bicara dengan suara keras dan tinggi.
Tetapi ketika keluar dari rumahnya :
•Didepan khalayak ramai bahkan didepan laki-laki lain
mereka memakai pakaian-pakaian yang bagus
•Berdandan cantik dan memakai parfum
•Kalo bicara dengan suara yang dilemah lembutkan.
•Mereka bebas keluar dari rumahnya tanpa ada
keberanian dari sang suami untuk menegur tetapi
kebalikanya ketika suami terlambat pulang sedikit saja
langsung dibentak dan dinterogasi.

Wahai saudariku…
Inilah kenyataan yang terjadi pada rumah tangga kaum
muslimin. Dimana yang memegang kendali dalam rumah
tangga adalah ISTRI.
Bahkan terkadang suaminya adalah seorang yang abid
(Ahli ibadah), tapi dia telah membiarkan istrinya durhaka
terhadapnya dengan tidak memberikan pendidikan
terhadap istri-istrinya.
Dalam hadits Nabi Rasullullah shallallahu ‘alaihi wa
sallam bersabda :
“Sebaik-baik istri yaitu yang menyenangkanmu ketika
kamu lihat, taat kepadamu ketika kamu suruh, menjaga
dirinya dan hartamu ketika kamu pergi.“
(HR.Thabarani)

Siapakah wanita yang paling baik…?
Jawab Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam :
“Yaitu yang paling menyenangkan jika dilihat suaminya,
mentaati suami jika diperintah dan tidak menyelisihi
suami pada diri dan hartanya sehingga membuat suami
benci.”
(HR. An-Nasai dan Ahmad)
Abdullah bin Abbas radhiallahuanhu,berkata :
“Sesungguhnya aku selalu berhias untuk istriku seperti
berhiasnya dirinya untukku.”

Allahumma Sholli ‘Ala Sayyidina Muhammadin Wa ‘Ala Ali
Sayyidina Muhammad.

‪Habib_Muhammad_Ahmad_Alhabsyi‬

santri.net
Follow @kioz313

Semoga Kita Dikaruniai Istri Yang Sholeha..
#habibumar  #habibmunzir
#habibumarbinhafidz  #habibmunziralmusawa
#majelisrasulullah
#majelisrasulullahsaw
#syamailmuhammadiyah
#pribadirasul
#bukuislam
#aswaja
#nu
#ahlusunnah
#sayyidbaharbinalibinsmith
#habib
#jakarta
#indonesia
#terompahnabi
#terompah
#terompahrasul

Hal2 yang berkaitan dengan hari jum'at baik anjuran maupun larangan.

Hal2 yang berkaitan dengan hari jum'at baik anjuran maupun larangan.
Saya sarikan dari kitab Khoshoish Jum'at karya Imam Suyuti

1. Hari jum'at adalah adalah hari rayanya umat ini, Makruh mengkhususkan puasa dihari jum'at, makruh mengkhususkan ibadah di malam jum'ah ,dianjurkan membaca alif lam mim tanzil dan hal ata 'alal insan pada subuh hari jum'at dan sholat subuh di hari jum'at adalah sholat yg paling afdhol di sisi Allah.

2. Wajibnya sholat Jum'at, sholat jum'at sebanding dengan haji, bacaan sholat jum'at jahr selain hari jum'at sirr, anjuran membaca surat jum'at dan al munafiqin dalam sholat jum'at, khusus sholat berjama'ah jum'at, khusus minimal 40 orang, khusus satu tempat dalam satu desa dan izin dari sultan .

3. Ancaman rumah akan di bakar bagi orang yg meninggalkan sholat jum'at, hatinya terkunci bagi orang yg meninggalkan sholat jum'at, di anjurkan bayar kifarat bagi yg meninggalkannya, adanya khutbah di hari jum'at, wajibnya inshot, haramnya sholat ketika imam duduk di mimbar, larangan duduk memeluk lutut waktu khutbah dan tidak makruh sholat sunnah waktu istiwa'.

4. Jahannam tidak di nyalakan di hari jum'at, dianjurkan mandi di hari jum'at, jima' hari jum'at dapat dua pahala, dianjurkan bersiwak, memakai minyak wangi, minyak rambut, memotong kuku, memotong rambut, memakai pakaian terbaik, mengharumkan masjid dan berangkat pagi-pagi ke masjid.

5. Tidak dianjurkan berdingin-dingin ketika cuaca sangat panas, berbeda dengan hari2 lainnya. anjuran mengakhirkan sarapan dan tidur qaelulah, yg pergi ke sholat jum'at pahalanya di lipat gandakan setiap langkah pahala setahun, terdapat dua adzan pada sholat jum'at dan dianjurkan sibuk dengan ibadah sampai khotib keluar.

6. Dianjurkan baca surat al kahfi di hari dan malam jum'at,
dianjurkan baca surat al ikhlash, al mu'awwidzatain dan al fatekah setelahnya, dianjurkan baca surat al akfirun dan al ikhlash mulai dari maghrib malamnya dan dianjurkan baca surat al jum'ah dan al munafiqin pada sholat isya'nya.

7. Larangan membuat halaqoh di masjid yg sempit sebelum sholat, larangan bepergian sebelum sholat jum'at, antara jum'at satu dengan jum'at berikutnya menjadi pelebur dosa2 yg ada diantara keduanya, aman dari adzab kubur bagi yg meninggal hari atau malam jum'at, aman dari fitnah kubur bagi orang yg meninggal hari atau malam jum'at maka malaikat tdk menanyai di dalam kubur, siksaan diangkat dari penghuni kubur di ahri jum'at dan para arwah berkumpul di hari jum'at.

8. Hari jum'at adalah penghulunya hari, hari tambahan pahala dari Allah, hari yg disebut di dalam al qur'an, hari yg bersaksi dan di saksikan, hari yg di simpan utk umat ini, hari pengampunan, hari pemerdekaan dan hari yg di daalmnya terdapat waktu ijabah doa.

9. Shodaqoh di hari jum'at di lipatgandakan melebihi hari2 lainnya, kebaikan dan keburukan di dalamnya juga berlipat ganda, dianjurkn baca surat hamim ad dukhon pada hari dan malamnya, baca surat yasin di malamnya, baca surat ali imron, baca surat hud dan surat al baqoroh di malanya.

10. Nabi shollallohu alaihi wasallam bersabda : Barang siapa membaca sebelum sholat subuh tiga kali kalimat :" Astaghfirullohalladzi Laa ilaaha illa huwa al hayyal qoyyum wa atuubu ilaiih " maka dosa2nya diampuni walapun lebih banyak daripada buih di lautan

11. Dianjurkan memperbanyak baca sholawat di hari dan malam jum'at, dianjurkan mengunjungi orang sakit, menyaksikan jenazah, menyaksikan pernikahan dan memerdekakan budak di hari jum'at.

12. Nabi shollallohu alaihi wasallam bersabda : Barang siapa membaca kalimat berikut ini di siang hari jum'at kemudian di siang itu wafat maka masuk syurga, atau membacanya di malam jum'at kemudian wafat di malam itu maka masuk syurga :
" Allahumma Anta Robbi Laa ilaaha illa anta kholaqtani wa ana abduka wabnu amatika, wafi qobdlotika, wanashiyati biyadika, amsaitu alaa ahdika wawa'dika mastatho'tu, a'udzubika mingsyarrimaa shona'tu abuu'u binikmatika wa abuu'u bidzambii faghfirlii innahuu laa yaghfirudzdzunuuba illa Anta "

13. Menunggu sholat ashar setelah sholat jum'at sebanding dengan umroh, dianjurkan sholat hifzdul qur'an malam jum'at, dianjurkan ziarah kubur di hari dan malam jum'at, orang yg meninggal mengetahui orang2 yg berziarah di hari jum'at dan amalan orang yg masih hidup di perlihatkan pada hari jum'at kepada keluarganya yg telah meninggal

14. Nabi shollallohu alaihi wasallam bersabda :
Barang siapa berpuasa di hari rabu, kamis dan jum'at kemudian bersedekah dengan sedikit hartanya atau banyak, maka semua dosanya diampuni hingga ia menjadi seperti dihari ibunya melahirkannya.

15. Nabi shollallohu alaihi wasallam bersabda :
Barang siapa sholat dua roka'at setelah maghrib di malam jum'at setiap roka'atnya membaca surat al fatekhah sekali dan idza zulzilatil ardlu lima belas kali, maka Allaah memudahkannya ketika sakarot maut, menjaganya dari siksa kubur dan mudah melewati shirot di hari kiamat.

16. Makruh bekam di hari jum'at, yg meninggal di hari jum'at mendapat pahala mati syahid, neraka jahannam tidak dibuka di hari jum'at, dianjurkan bepergian malam jum'at, orang yg sholat di malam dan hari jum'at secara berjama'ah maka malaikat mencatatnya di papan perak dengan pena emas.

17. Dari Az Zuhri :Barang siapa mandi malam jum'at dan sholat dua roka'at, dalam dua rokaat membaca sura al ikhlash seribu kali maka ia akan mimpi bertemu dengan Nabi shollallohu alaihi wasallam dalam tidurnya.

18 Dianjurkan mengunjungi sanak saudara dan handai taulan setelah sholat jum'at dan tidak makruh sholat setelah subuh dan setelah ashar menurut sebagian ulama' .

19. Nabi shollallohu alaihi wasallam bersabda :
Barang siapa masuk masjid di hari jum'at kemudian sholat empat roka'at, setiap roka'at membaca surat alfatekhah dan surat al ikhlash sebanyak lima puluh kali, berarti ada dua ratus dalam empat roka'at, maka ia tidak akan emninggal hingga melihat tempatnya di syurga atau di perlihatkan kepadanya.

20. Nabi shollallohu alaihi wasallam bersabda :
Jikalau doa berikut ini di baca di hari jum'at, utk suatu hal yg berada diantara timur dan barat maka doanya di ijabah:
"Laa ilaaha illa Anta yaa Hannan yaa Mannan yaa Badii'as samaawaati wal'ardl yaa dzal jalaali wal ikroom.

Wallohu a'lam.

ARAB SAUDI, UANG MINYAK, DAN WAHABISME

ARAB SAUDI, UANG MINYAK, DAN WAHABISME

M. Kholid Syeirazi

Saya mencermati apa yang sedang terjadi di Arab Saudi dan kabar itu datang juga. Negeri ini paling mentereng di Timur Tengah dan masih tegak berdiri di antara peradaban Arab yang koyak setelah Arab Spring. Pendapatannya 87% dipasok dari minyak, sisanya dari sektor lain terutama devisa haji dan umrah. Dia pemilik cadangan minyak terbesar kedua di dunia setelah Venezuela, pemilik cadangan gas terbesar rangking lima setelah Iran, Rusia, Qatar, Turkmenistan, dan Amerika. Dia kelola cadangan migasnya sendiri melalui Saudi Aramco. Banyak konsultan berspekulasi, Aramco adalah perusahaan minyak tertutup dengan aset terbesar di dunia. Dengan uang minyak, Kerajaan menjalankan pemerintahan dengan cara tertutup dan mengusung Wahabisme sebagai ideologi negara. Mereka tidak perlu pajak rakyat, sebaliknya rakyat tidak perlu tahu urusan pemerintah. “What right do they have when they pay no taxes and when the government provides all the needed services” (Apa hak rakyat wong mereka tidak bayar pajak dan pemerintah memenuhi semua kebutuhan mereka), demikian kata pejabat Saudi menjawab pertanyaan Valeria Marcel, penulis buku Oil Titans. Uang minyak memungkinkan Kerajaan mengekspor Wahabisme ke seluruh dunia melalui pendirian lembaga pendidikan dan tempat ibadah, termasuk Indonesia. Arabian style sekarang menjamur di kalangan anak muda Tanah Air.  Gaya itu diyakini lebih dekat dengan Islam dan sunnah Nabi.

Sampai akhirnya harga minyak anjlok pada tahun 2014. Biaya pokok produksi minyak Saudi memang rendah, tetapi mereka perlu harga minyak tinggi, idealnya US$100-an per barel, agar dapat menggenjot pendapatan dan pembangunan. Harga terpuruk membuat APBN Kerajaan terpukul. Anggaran negara defisit 366 miliar riyal tahun 2015 dan 297 miliar riyal tahun 2016. Kerajaan menempuh sejumlah langkah, antara lain memangkas subsidi energi, memotong gaji pegawai, menggalang pinjaman asing, melepas saham minor Aramco, dan menjalankan program reformasi fiskal. Atas saran IMF, Kerajaan mendeversifikasi penerimaan dengan menerapkan pajak. Kerajaan akan memungut  pajak pertambahan nilai (VAT) sebesar 5 persen untuk beberapa jenis barang mulai tahun 2018.

Pajak adalah instrumen demokratis untuk mendorong keterbukaan politik. Imbal balik dari pungutan pajak adalah tax payers berhak tahu apa yang dikerjakan pemerintah. Kebutuhan terhadap dana asing dan pajak rakyat mengharuskan keran keterbukaan dibuka. Pada saat bersamaan, Kerajaan jatuh kepada Raja Salman bin Abdulaziz dan Putra Mahkota Mohammed bin Salman. Keduanya dikenal moderat dan open-minded. Sang Putra Mahkota inilah yang kemarin mengejutkan dunia dengan pernyataannya yang mencela ideologi keagamaan konservatif yang dianut Kerajaan selama 30 tahun dan berniat meretas jalan Islam moderat. Di hadapan investor yang berkumpul di Riyadh (24/10), Putra Mahkota menegaskan tidak akan membuang waktu 30 tahun untuk memerangi pikiran-pikiran ekstrem. “We will destroy them now and immediately” (Kita akan hancurkan mereka sekarang dan segera!) https://www.theguardian.com/world/2017/oct/24/i-will-return-saudi-arabia-moderate-islam-crown-prince. Sebelumnya, dalam lawatan ke Rusia bersama Raja Salman (9/10), Menteri Luar Negeri Adel Al-Jubeir mengatakan pemerintah telah memecat beberapa ribu imam radikal dari kegiatan masjid karena menyebarkan ekstremisme. “We will not let anyone spread the ideology of hatred, to finance that kind of ideology or terrorism.” (Kami tidak akan membiarkan siapapun menyebarkan ideologi kebencian, untuk membiayai ideologi atau terorisme semacam itu) http://nation.com.pk/09-Oct-2017/thousands-of-extremist-imams-fired-in-saudi-arabia-foreign-minister-adel-al-jubeir.

Sekarang yang perlu diperhatikan adalah bagaimana nasib proyek Wahabisme di dunia? Sudah menjadi rahasia umum, uang Saudi berlumuran dalam penyebaran militansi dan radikalisme yang ditempa oleh paham keagamaan radikal dan skripturalis ala Wahabi. Gairah beragama puritan dan skripturalis kini banyak diminati anak-anak muda di tanah air. Celana congklang dan jenggot adalah ciri khas mereka. Mereka berkumpul di sejumlah tempat, aktif menggelar kajian dan menyebarkannya melalui piranti-piranti media sosial. Ustadz-ustadz mereka mencurahkan waktu sepenuhnya untuk mengajar, pengikutnya dari kalangan profesional dan kelas menengah kota. Sebagaimana terpotret dari berbagai survei, perkembangan mereka yang pesat belakangan tidak lepas dari perjuangan bertahun-tahun, dengan dukungan dari sejumlah negara Timur Tengah  sebagai penyandang dananya. Sekarang Arab Saudi berniat menyetop radikalisme dan berhenti membiayai penyebaran ideologi kebencian. Kalau benar, berarti tidak akan ada uang lagi untuk mengekspor Wahabisme. Arab Saudi kini memusuhi Qatar yang dituduh masih membiayai proyek ekstremisme. Apakah lantas kiblat Wahabisme akan bergeser dari Arab Saudi ke Qatar? Perkembangan lanjut layak dicermati untuk melihat geopolitik Timur Tengah dan imbasnya terhadap gerakan Islam di Tanah Air.  

Sekretaris Jenderal PP ISNU

ERUNGKAP TEKA TEKI SIAPA PENYUSUN SHALAWAT NARIYAH

TERUNGKAP TEKA TEKI SIAPA PENYUSUN SHALAWAT NARIYAH
Post: Alvian Iqbal Zahasfan

Alhamdulillah senengnya dapat buku ini "An-Najm Ats-Tsaqib" karya Ibnu Sha'd yg sudah ditahqiq dan dicetak oleh Dr. Addibaji.

Dalam buku inilah tersingkap siapa pengarang Shalawat Nariyah/Taziyah/Tafrijiyah-Qurthubiyah/Kamilah.

Dialah Syekh Ibrahim bin Muhammad bin Ali At-Tazi w. 866 H. Seorang wali besar berasal dari kota Tazah-Maroko. Yang dimakamkan di Zawiyahnya di Wahran/Oran Aljazair (lalu dipindah ke Benteng Bani Rasyid)

Pengarang buku ini adalah murid tidak langsung pengarang Shalawat Nariyah. Bapaknyalah yg muridnya langsung, Muhammad at-Tazi.

Ketika Bapaknya bertemu dg Syekh Ibrahim, beliau menuliskan sebuah shalawat dan titip salam dan mendoakan anaknya.

Nah, shalawat itu ternyata shalawat yg dikenal kemudian dg Shalawat Nariyah. Meskipun harus saya (wallahu a'lam) katakan bahwa redaksi yg beredar sekarang sudah ada tambahan2nya. Dan itu menurutku tdk masalah karena menyempurnakan.

Informasi ini saya dapatkan dari bukunya Syekh Abdullah Al-Ghumari "Al-Hujaj Al-Bayyinat" beliau mengutip dari "Nail Al-Ibtihaj" karya Ahmad Baba At-Timbukti.

Semua ini berkat guru saya Dr. Ayman Al-Akiti alias Raden Mooks hafidzahullah. Jazakumullah Khaira.

Berikut ini saya salinkan tulisan Syekh Ibnu Sha'd:

ولنقتصر على هذه الجملة من أخبار سيدي إبراهيم رحمه الله وفوائده، وإن فاتتني بركة لقائه فلم يفتني صالح دعائه، كان يكتب لوالدي، ويسلم علي، ويدعو لي بما أرجو قبوله بفضل الله تعالى ورحمته. وكان في صدر مكتوبه المبارك لوالدي:

"الحمد لله، اللهم صل صلاة كاملة وسلم سلاما تاما على نبي تنحل به العقد، وتنفرج به الكرب، وتقضى به الحوائج، وتنال به الرغائب، ويستسقى الغمام بوجهه، وعلى آله وصحبه".

AIZ Rabat, 6 Shafar 1439 H/26 Okt 2017

Wednesday, October 25, 2017

IKHTIYAROT IMAM NAWAWI

IKHTIYAROT IMAM NAWAWI

Imam Nawawi adalah salah seorang ulama besar dalam Madzhab Syafi'i. Kehebatan beliau dalam meneliti Madzhab Syafi'i diakui oleh para ulama, sehingga beliau dijuluki sebagai Muhaqqiq (pemegang otoritas) Madzhab. Artinya, apa yang beliau sahkan sebagai Madzhab, maka itulah Madzhab yang sebenarnya.

Namun demikian, beliau memiliki beberapa pendapat pribadi yang berseberangan dengan Madzhab. Pendapat-pendapat pribadi tersebut dikenal dengan istilah "ikhtiyarot" yang artinya pilihan.

Berikut ini beberapa ikhtiyarot beliau:

1. Wajib berwudhu karena mengkonsumsi daging unta. Pendapat ini juga selaras dengan madzhab Imam Ahmad.

2. Tidak makruh bersiwak di siang hari bulan Ramadhan secara mutlak. Pendapat ini selaras dengan pendapat Al Muzani (murid Imam Syafi'i) dan juga pendapat mayoritas ulama.

3. Perhitungan masa mengusap Khuf dimulai sejak mengusap pertama kali setelah batal wudhunya. Pendapat ini juga diriwayatkan dari Imam Ahmad dan Daud Az Zhohiri.

4. Orang yang melepas Khufnya atau masa aktif mengusap Khufnya berakhir, padahal wudhunya masih belum batal, maka tidak ada kewajiban membasuh apapun, baik kedua kakinya maupun selain itu. Artinya, wudhunya masih sah dan dia boleh shalat dengannya selama belum batal. Jadi, statusnya sama dengan ketika dia belum melepas Khufnya. Pendapat ini juga diriwayatkan dari Al Hasan Al Bashri, Qatadah, Sulaiman bin Harb dan dipilih oleh Ibnul Mundzir.

5. Boleh menjamak shalat karena sakit.

6. Haram berjimak dengan istri yang sedang haid, tapi tidak apa-apa bersenang-senang dengan bagian tubuh istri antara pusar sampai lutut.

7. Boleh memanjangkan iktidal dengan membaca dzikir selain rukun.

8. Haram melihat bocah kecil yang tampan.

Masih banyak lagi pendapat-pendapat pilihan beliau yang berseberangan dengan Madzhab. Meskipun demikian, bukan berarti beliau telah keluar dari komunitas Madzhab Syafi'i dengan pilihan pribadi tersebut. Beliau tetap menjadi anggota "Very Important Person" (VIP) dalam Madzhab Syafi'i. Karena jumlah pendapat-pendapat pribadi yang beliau pilih itu masih sangat sedikit dibandingkan dengan pendapat-pendapat beliau yang sesuai dengan Madzhab. Beliau juga bukan satu-satunya ulama Madzhab Syafi'i yang memiliki "ikhtiyarot" semacam itu. Selain beliau ada juga ulama lain yang memiliki ikhtiyarot pribadi misalnya Al Qaffal Asy Syasyi, Al Qodhi Al Husain, Al Baghowi, Ibnu Khuzaimah dan lain-lain. Mereka semua tetap menjadi anggota VIP juga sebagaimana An Nawawi.

Adapun alasan beliau memilih pendapat-pendapat tersebut adalah karena kekuatan dalil yang menurut beliau mengharuskan meninggalkan Madzhab dan mengikuti dalil. Atau karena pilihan tersebut demi kemudahan umat dan orang-orang awam, khususnya ketika Madzhab menetapkan pendapat yang berat dan menyulitkan padahal dalilnya tidak shahih.

Demikian, semoga bermanfaat. Wallahu a'lam bish showab.

Rujukan: "Al Madkhol Ila Madzhabil Imam Asy Syafi'i", Fahd Abdullah Al Hubaisyi, 47-48.

22 DAWUH KH. MAIMOEN ZUBAIR DI HARI SANTRI 22 OKTOBER

22 DAWUH KH. MAIMOEN ZUBAIR DI HARI SANTRI 22 OKTOBER

1. Ana urid, wa anta turid wallahu yaf’alu ma yurid.

أنا أريد وأنت تريد والله يفعل ما يريد

Saya punya keinginan, kamu juga punya keinginan, tapi yang berlaku adalah keinginan ALLOH.

2. Jangan (hanya) rame-rame Hari Santri, tapi bangunlah kesantrian.

3. Ayah saya Kiai Zubair bukan pengurus PBNU, tapi Wakil Rais Akbar KH. Faqih Maskumambang (Gresik) selalu didampingi ayah saya.

4. Ayah saya sejak kecil mengajarkan saya rasa nasionalisme. Jangan tinggalkan Islam, tapi hubbul wathon minal iman حب الوطن من الإيمان.

5. NU itu tersusun dari 12 huruf. Lambangnya bola dunia, pada wilayah Indonesia diiputi huruf “Dhad”, “Dhad” itu menunjukan kesempurnaan Rasulullah Saw., yaitu "أنا أفصح من نطق بالضاد" (ana afshahu man nathaqa bid-dhad), aku adalah orang yang paling fasih melafalkan huruf Dhad.

6. NU tidak bisa dipisahkan dengan negara. Resolusi Jihad di bulan Oktober membuahkan hasil Hari Pahlawan 10 November. Bila tidak ada Jihad 22 Oktober di Surabaya, maka November barangkali tidak dijadikan hari pahlawan.

7. Bulan Oktober bulan yang kesepuluh, seorang anak 10 tahun akan dipukul manakala ia tidak shalat.

8. Hari Santri 22 Oktober itu istimewa, sebab:
* Rasulullah Saw. membangun masjid Quba dalam perjalanan hijrah juga pada bulan Oktober, yaitu 1 Oktober. Al-Quran menyebutnya “Lamasjidun ussisa ‘alat taqwa min awwali yaumin an taquma fih”.

لمسجد أسس على التقوى من أول يوم أحق أن تقوم فيه

* Orang Quraisy kebiasaan mereka bepergian pada musim dingin dan musim panas, yaitu Rihlatasy-Syita.

لإيلاف قريش إيلافهم رحلة الشتاء والصيف

Syita itu ketika matahari berada di selatan katulistiwa, Oktober ada di dalamnya. Buruj sebelah utara ada 6: hamal, tsaur, jauza, sarathan, asad, dan sunbulah. Di selatan juga 6: mizan, aqrab, qaus, jady, dalw, dan hut.

حمل وثور وجوزاء سرطان أسد * سنبلة لشمال هذه نسبت
ميزان عقرب قوس جدي دلو وحو * ت نسبت لجنوب غفلتي غلبت

9. Indonesia itu istimewa, hari kemerdekaannya 17 Agustus/8 Ramadhan, sementara Rasulullah diangkat menjadi Nabi 17 Ramadhan/8 Agustus, kali pertama menerima wahyu.

10. Tanggal 17 mengisyaratkan 17 rakaat dan 17 rukun shalat. Bulan Agustus atau bulan kedelapan mengisyaratkan dekatnya seorang hamba dengan ALLOH, maksudnya manakala dia sujud, ia meletakkan 7 anggota badannya, ditambah 1 hati yang tawajjuh ke hadirat ALLOH. Inilah posisi terbaik seorang hamba kepada Tuhannya. Hati ini bilamana baik maka baik pula seluruh amalnya, bila buruk buruk pula semuanya.

11. Angka delapan menjelaskan sebagai tolaknya neraka dan sebabnya masuk surga. Mbah Maimoen menjelaskan tentang tujuh penolak neraka yang ada dalam anggota sujud meliputi: jidat, kedua tangan, kedua lutut, dan kedua kaki. “Tujuh ini sebagai penolak neraka, karena pintu neraka ada tujuh,” ujarnya. “Ditambah satu lagi, jika kita ingin masuk surga harus ingat sama ALLOH. Jadi jumlahnya genap delapan, karena delapan ini merupakan jumlah pintu surga.”

12. Tahun 45 itu bagaikan 5 jari, yang mana 4 menjadi pilar, dan akan sempurna dengan adanya 5. Makan bisa saja menggunakan jari telunjuk, tengah, manis dan kelingking, namun akan sulit jika tidak ada jempolnya.

13. Angka 45, bahwa setiap orang Islam harus membaca syahadat empat kali, dan lima kali. Malam empat kali, Maghrib dan Isya. Sedangkan siang hari lima kali, Shubuh, Zhuhur, dan Ashar. “Jadi ini menunjukkan bahwa negara Islam itu tidak ada, yang ada adalah negara mayoritas Islam, yakni Indonesia.”

14. Ka’bah itu berdiri kokoh di atas 4 pilar. Indonesia pun mempunyai 4 pilar, yaitu PBNU (Pancasila, Bhinneka Tunggal Ika, NKRI, dan Undang-Undang Dasar).

15. Dulunya Indonesia terkotak-kotak dengan negara-negara bagian, kini Indonesia bisa bersatu karena 4 hal: satu nusa, satu bangsa, satu bahasa, dan satu negara.

16. Indonesia akan menjadi baldatun thayyibatun bilamana memenuhi 4 hal, yaitu sandang, pangan, papan, dan kesehatan.

17. Yang wajib diikuti itu adalah Rasulullah, ditambah dengan 4 khalifahnya. 'Alaikum bisunnatiy wa sunnatil khulafa-ir rasyidin.

18. Pilar Ka’bah ada 4, karenanya khilafah juga ada 4, yaitu: Khulafaurrasyidin (4 sahabat), Umayyah, Abbasiyah, dan Utsmaniyah. Selebihnya tidak ada khilafah.

19. Indonesia itu bukan negara Islam, tapi disukai banyak non-muslim; begitu juga Rasulullah, beliau Muslim tapi disukai kelahirannya oleh Abu Lahab. Seorang Raja dari Mesir yang non-muslim, karena suka kepada Nabi, ia menghadiahi putri Mesir yang bernama Mariatul Qibtiyah kepada beliau untuk dijadikan sebagai istri.

20. Rasulullah itu keturunan Nabi Ibrahim, Nabi Ibrahim aslinya bukan orang Makkah, tetapi orang Babilonia, Iraq. Nabi Ismail ibunya (Hajar) dari Mesir, namun menetap di Makkah. Nabi Ismail menikah dengan orang asli Arab, sehingga menurunkan turunan terbaik, yaitu Rasulullah. Maka Rasulullah mencintai Arab sebagai negaranya karena beliau orang Arab.

21. Maka kita orang Indonesia juga wajib mencintai negara kita. Hubbul wathon minal iman. Hal ini seakan terulang kembali, di jaman Sunan Ampel, khubilai Khan seorang tokoh non-muslim, juga mencintai Islam. Begitu juga Holago Khan. Dan sekarang di Indonesia banyak non-muslim yang mencintai Islam.

22. Orang Arab itu budaya aslinya adalah jahalah (kebodohan), maskanah (kemiskinan), dan ummiyah (buta huruf), maka kehadiran Rasulullah di tengah-tengah mereka adalah membawa perubahan ke arah yang lebih baik.

Pesan di atas disampaikan Mbah Maimoen Zubair dalam acara malam peringatan Hari Santri Nasional 22 Oktober 2017 di UIN Walisongo Semarang.

(Ditulis oleh: Nur Hidayatullah Yuzarsif dan diedit oleh Mbah KANTHONGUMUR

FADHILLAH & KEUTAMAAN RATIB AL HADDAD

FADHILLAH & KEUTAMAAN RATIB AL HADDAD
Fadhilah dan Keutamaan Ratib Al-Haddad

Cerita-cerita yang dikumpulkan mengenai kelebihan RatibAl-Haddad banyak tercatat dalam buku Syarah Ratib Al-Haddad, antaranya:
Telah berkata Habib Abu Bakar bin Abdullah Al-Jufri yang bertempat tinggal di Seiwun (Hadhramaut): “Pada suatu masa kami serombongan sedang menuju ke Makkah untuk menunaikan Haji, bahtera kami terkandas tidak dapat meneruskan perjalanannya kerana tidak ada angin yang menolaknya. Maka kami berlabuh di sebuah pantai, lalu kami isikan gerbah-gerbah (tempat isi air terbuat dari kulit) kami dengan air, dan kami pun berangkat berjalan kaki siang dan malam, kerana kami bimbang akan ketinggalan Haji. Di suatu perhentian, kami cuba meminum air dalam gerbah itu dan kami dapati airnya payau dan masin, lalu kami buangkan air itu. Kami duduk tidak tahu apa yang mesti hendak dibuat.
Maka saya anjurkan rombongan kami itu untuk membaca Ratib Haddad ini, mudah-mudahan Allah akan memberikan kelapangan dari perkara yang kami hadapi itu. Belum sempat kami habis membacanya, tiba-tiba kami lihat dari kejauhan sekumpulan orang yang sedang menunggang unta menuju ke tempat kami, kami bergembira sekali. Tetapi bila mereka mendekati kami, kami dapati mereka itu perompak-perompak yang kerap merampas harta-benda orang yang lalu-lalang di situ. Namun rupanya Allah Ta’ala telah melembutkan hati mereka bila mereka dapati kami terkandas di situ, lalu mereka memberi kami minum dan mengajak kami menunggang unta mereka untuk disampaikan kami ke tempat sekumpulan kaum Syarif* tanpa diganggu kami sama sekali, dan dari situ kami pun berangkat lagi menuju ke Haji, syukurlah atas bantuan Alloh SWT karena berkat membaca Ratib ini.

Cerita ini pula diberitakan oleh seorang yang mencintai keturunan Sayyid, katanya: “Sekali peristiwa saya berangkat dari negeri Ahsa’i menuju ke Hufuf. Di perjalanan itu saya terlihat kaum Badwi yang biasanya merampas hak orang yang melintasi perjalanan itu. Saya pun berhenti dan duduk, di mana tempat itu pula saya gariskan tanahnya mengelilingiku dan saya duduk di tengah-tengahnya membaca Ratib ini. Dengan kuasa Alloh mereka telah berlalu di hadapanku seperti orang yang tidak menampakku, sedang aku memandang mereka.”
Begitu juga pernah berlaku semacam itu kepada seorang alim yang mulia, namanya Hasan bin Harun ketika dia keluar bersama-sama teman-temannya dari negerinya di sudut Oman menuju ke Hadhramaut. Di perjalanan mereka dibajak oleh gerombolan perompak, maka dia menyuruh orang-orang yang bersama-samanya membaca Ratib ini. Alhamdulillah, gerombolan perompak itu tidak mengapa-apakan siapapun, malah mereka berlalu dengan tidak mengganggu.

Apa yang diberitakan oleh seorang Arif Billah Abdul Wahid bin Subait Az-Zarafi, katanya: Ada seorang penguasa yang ganas yang dikenal dengan nama Tahmas yang juga dikenal dengan nama Nadir Syah. Tahmas ini adalah seorang penguasa ajam yang telah menguasai banyak dari negeri-negeri di sekitarannya. Dia telah menyediakan tentaranya untuk memerangi negeri Aughan.
Sultan Aughan yang bernama Sulaiman mengutus orang kepada Imam Habib Abdullah Haddad memberitahunya, bahwa Tahmas sedang menyiapkan tentera untuk menyerangnya. Maka Habib Abdullah Haddad mengirim Ratib ini dan menyuruh Sultan Sulaiman dan rakyatnya membacanya. Sultan Sulaiman pun mengamalkan bacaan Ratib ini dan memerintahkan tenteranya dan sekalian rakyatnya untuk membaca Ratib i ini dengan bertitah: “Kita tidak akan dapat dikuasai Tahmas kerana kita ada benteng yang kuat, iaitu Ratib Haddad ini.” Benarlah apa yang dikatakan Sultan Sulaiman itu, bahwa negerinya terlepas dari penyerangan Tahmas dan terselamat dari angkara penguasa yang ganas itu dengan sebab berkat Ratib Haddad ini.

Saudara penulis Syarah Ratib Al-Haddad ini yang bernama Abdullah bin Ahmad juga pernah mengalami peristiwa yang sama, yaitu ketika dia berangkat dari negeri Syiher menuju ke bandar Syugrah dengan kapal, tiba-tiba angin macet tiada bertiup lagi, lalu kapal itu pun terkandas tidak bergerak lagi. Agak lama kami menunggu namun tidak berhasil juga. Maka saya mengajak rekan-rekan membaca Ratib ini , maka tidak berapa lama datang angin membawa kapal kami ke tujuannya dengan selamat dengan berkah membaca Ratib ini.

Suatu pengalaman lagi dari Sayyid Awadh Barakat Asy-Syathiri Ba’alawi ketika dia belayar dengan kapal, lalu kapal itu telah tersesat jalan sehingga membawanya terkandas di pinggir sebuah batu karang. Ketika itu angin juga macet tidak dapat menggerakkan kapal itu keluar dari bahayanya. Kami sekalian merasa bimbang, lalu kami membaca Ratib ini dengan niat Alloh akan menyelamatkan kami. Maka dengan kuasa Alloh SWT datanglah angin dan menarik kami keluar dari tempat itu menuju ke tempat tujuan kami.
Maka kerana itu saya amalkan membaca Ratib ini. Pada suatu malam saya tertidur sebelum membacanya, lalu saya bermimpi Habib Abdullah Haddad datang mengingatkanku supaya membaca Ratib ini, dan saya pun tersadar dari tidur dan terus membaca Ratib Haddad itu.

Di antaranya lagi apa yang diceritakan oleh Syeikh Allamah Sufi murid Ahmad Asy-Syajjar, iaitu Muhammad bin Rumi Al-Hijazi, dia berkata: “Saya bermimpi seolah-olah saya berada di hadapan Habib Abdullah Haddad, penyusun Ratib ini. Tiba-tiba datang seorang lelaki memohon sesuatu daripada Habib Abdullah Haddad, maka dia telah memberiku semacam rantai dan sayapun memberikannya kepada orang itu.
Pada hari besoknya, datang kepadaku seorang lelaki dan meminta daripadaku ijazah (kebenaran guru) untuk membaca Ratib Haddad ini, sebagaimana yang diijazahkan kepadaku oleh guruku Ahmad Asy-Syajjar. Aku pun memberitahu orang itu tentang mimpiku semalam, yakni ketika saya berada di majlis Habib Abdullah Haddad, lalu ada seorang yang datang kepadanya. Kalau begitu, kataku, engkaulah orang itu.”
Dari kebiasaan Syeikh Al-Hijazi ini, dia selalu membaca Ratib Haddad ketika saat ketakutan baik di siang hari mahupun malamnya, dan memang jika dapat dibaca pada kedua-dua masa itulah yang paling utama, sebagaimana yang dipesan oleh penyusun Ratib ini sendiri.
Ada seorang dari kota Quds (Syam) sesudah dihayatinya sendiri tentang banyak kelebihan membaca Ratib ini, dia lalu membuat suatu ruang di sudut rumahnya yang dinamakan Tempat Baca Ratib, di mana dikumpulkan orang untuk mengamalkan bacaan Ratib ini di situ pada waktu siang dan malam.

Di antaranya lagi, apa yang diberitakan oleh Sayyid Ali bin Hassan, penduduk Mirbath, katanya: “Sekali peristiwa aku tertidur sebelum aku membaca Ratib, aku lalu bermimpi datang kepadaku seorang Malaikat mengatakan kepadaku: “Setiap malam kami para Malaikat berkhidmat buatmu begini dan begitu dari bermacam-macam kebaikan, tetapi pada malam ini kami tidak membuat apa-apa pun karena engkau tidak membaca Ratib. Aku terus terjaga dari tidur lalu membaca Ratib Haddad itu dengan serta-merta.

Setengah kaum Sayyid bercerita tentang pengalamannya: “Jika aku tertidur ketika aku membaca Ratib sebelum aku menghabiskan bacaannya, aku bermimpi melihat berbagai-bagai hal yang mengherankan, tetapi jika sudah menghabiskan bacaannya, tidak bermimpi apa-apa pun.”

Di antara yang diberitakan lagi, bahawa seorang pecinta kaum Sayyid, Muhammad bin Ibrahim bin Muhammad Mughairiban yang tinggal di negeri Shai’ar, dia bercerita: “Dari adat kebiasaan Sidi Habib Zainul Abidin bin Ali bin Sidi Abdullah Haddad yang selalu aku berkhidmat kepadanya tidak pernah sekalipun meninggalkan bacaan Ratib ini. Tiba-tiba suatu malam kami tertidur pada awal waktu Isya’, kami tidak membaca Ratib dan tidak bersembahyang Isya’, semua orang termasuk Sidi Habib Zainul Abidin. Kami tidak sedarkan diri melainkan di waktu pagi, di mana kami dapati sebagian rumah kami terbakar.

Kini tahulah kami bahwa semua itu berlaku karena tidak membaca Ratib ini. Sebab itu kemudian kami tidak pernah meninggalkan bacaannya lagi, dan apabila sudah membacanya kami merasa tenteram, tiada sesuatupun yang akan membahayakan kami, dan kami tidak bimbang lagi terhadap rumah kami, meskipun ia terbuat dari dedaunan korma, dan bila kami tidak membacanya, hati kami tidak tenteram dan selalu kebimbangan.”

Saya rasa cukup dengan beberapa cerita yang saya sampaikan di sini mengenai kelebihan Ratib ini dan anda sendiri dapat meneliti , sehingga Sidi Habib Muhammad bin Zain bin Semait sendiri pernah mengatakan dalam bukunya Ghayatul Qasd Wal Murad, bahawa roh Saiyidina penyusun Ratib ini akan hadir apabila dibaca Ratib ini, dan di sana ada lagi rahasia-rahasia kebatinan yang lain yang dapat dicapai ketika membacanya dan ini adalah mujarab dan benar-benar mujarab, tidak perlu diragukan lagi.
Berkata Habib Alwi bin Ahmad, penulis Syarah Ratib Al-Haddad: “Siapa yang melarang orang membaca Ratib ini dan juga wirid-wirid para salihin, niscaya dia akan ditimpa bencana yang berat daripada Allah Ta’ala, dan hal ini pernah berlaku dan bukan omong-omong kosong.”
Berkata Sidi Habib Muhammad bin Zain bin Semait Ba’alawi di dalam kitabnya Ghayatul Qasd Wal Murad: Telah berkata Saiyidina Habib Abdullah Haddad: “Siapa yang menentang atau membangkang orang yang membaca Ratib kami ini dengan secara terang-terangan atau disembunyikan pembangkangannya itu akan mendapat bencana seperti yang ditimpa ke atas orang-orang yang membelakangi zikir dan wirid atau yang lalai hati mereka dari berzikir kepada Allah Ta’ala.
Allah Ta’ala berfirman: “Dan barangsiapa yang berpaling dari mengingatiKu, maka baginya akan ditakdirkan hidup yang sempit.” ( Thaha: 124 )
Allah berfirman lagi: “Dan barangsiapa yang berpaling dari mengingati Tuhan Pemurah, Kami balakan baginya syaitan yang diambilnya menjadi teman.”
( Az-Zukhruf: 36 )
Allah berfirman lagi: “Dan barangsiapa yang berpaling dari mengingai Tuhannya, Kami akan menurukannya kepada siksa yang menyesakkan nafas.” ( Al-Jin: 17)
Apa lagi yang hendak diterangkan mengenai Ratib ini untuk mendorong anda supaya melazimkan diri mengamalkan bacaannya setiap hari, sekurang-kurangnya sehari setiap malam, mudah-mudahan anda akan terbuka hati untuk melakukannya dan mendapat faedah daripada amalan ini.
Ya Allah, curahkan dan limpahkanlah keridhoan atasnya dan anugerahilah kami dengan rahasia-rahasia yang Engkau simpan padanya, Amin
Dipetik dari: Syarah Ratib Haddad: Analisa Dan Komentar – karangan Syed Ahmad Semait, terbitan Pustaka Nasional Pte. Ltd.

Tuesday, October 24, 2017

KH ABDUL HANNAN MA’SHUM Kwagean Pare Kediri (2/2)

7b. KH ABDUL HANNAN MA’SHUM
Kwagean Pare Kediri
(2/2)

Dua minggu sejak dari kedatangan saya diminta Ketua Pondok untuk jadi wakil sekretaris. Hal ini karena saat registrasi santri baru, Ketua tahu saya dari Kajen. Dia sendiri alumni Tambakberas Jombang. Dan antara Kajen dengan Tambakberas terdapat ikatan emosional yang kuat (Bu Nyai Hj Nafisah Sahal Mahfudh adalah putri dari Tambakberas), disamping keduanya punya kesamaan model dalam pengembangan pesantren. Maka sejak awal awal nyantri hingga boyong saya 'hilir-mudik' di kantor Pondok.

Dalam hal pengembangan fisik dan sarana prasarana, Pondok Kwagean tidak pernah mengajukan bantuan ke pihak luar, termasuk negara. Kebutuhan dana operasional dicukupi dari iuran santri, sedangkan pengembangan fisik dan sarana prasarana dilakukan upaya-upaya yang ‘khas’, disamping dari pribadi Romo Yai. Upaya-upaya khas bermula dari permintaan ijin pengurus kepada Romo Yai, agar diperbolehkan “menjual apa saja yang laku dari Romo Yai”  (redaksi matur-nya memang demikian). Dan Romo Yai mengijinkan. Akhirnya diselenggarakanlah 2 acara yang bersifat masal dan ‘kolosal’; Asma Arto dan Ijazah Kubro. Asma Arto adalah acara ritual meng-asma’ uang, yang kemudian uang asma-an tersebut disimpan sebagai semacam ‘jimat’ yang diharapkan bisa ‘mengundang teman-temannya’. Peserta yang meng-asma-kan uangnya membayar mahar sebesar uang yang di-asma’-kan. Misalnya meng-asma-kan Rp. 5.000,- membayar  mahar  Rp. 5.000,. dan seterusnya. Mahar untuk mata uang asing dihitung berdasarkan kurs dan diserahkan  dalam bentuk rupiah. Asma’ Arto biasanya dilaksanakan pada malam 12 Rabiul Awal. Pada masa saya, dengan menggunakan media sosialisasi berupa selebaran, peserta (atau wakilnya, karena uangnya bisa dititipkan) berdatangan dari dalam dan luar kabupaten dan propinsi. Uang mahar yang terkumpulpun sangat besar. Sedangkan Ijazah Kubro adalah majlis pemberian ijazah amalan-amalan kitab-kitab Hikmah, terutama kitab susunan Romo Yai sendiri, Sullam al Futuhat fi al awrad wa al ad’iyah wa as shalawat. Kitab saku semacam ‘mujarrabat’ ini berisi amalan-amalan yang sudah diverifikasi melalui pengamalan langsung oleh Romo Yai. Kitab ini berjilid-jilid, setiap tahun --sejak 1995an—terbit 1 jilid. Acara Ijazah Kubro ini juga memberikan kontribusi besar bagi pengembangan fisik Pondok sebagaimana Asma Arto’. Peserta Ijazah datang dari dalam dan luar kabupaten dan propinsi, dan datang langsung karena tidak bisa diwakilkan.
(Pada awalnya event-event besar seperti itu, ditambah dengan Kilatan-kilatan Berkala memang banyak menyita energi dan pikiran. Sempat muncul kekhawatiran di benak para pengurus bahwa hal seperti itu bisa ‘mengganggu’ internalisasi pendidikan dan proses belajar-mengajar santri. Namun dengan berbagai usaha kekhawatiran yang seperti itu dapat dicarikan solusinya).

Saat saya datang jumlah santri masih sekitar 400an dan grafiknya semakin naik dari tahun ke tahun. Namun kemudian muncul suatu kondisi 'merepotkan' yang perlu dicarikan solusi, yaitu keragaman santri dan bidang-bidang pendalaman keilmuan. Kami (pengurus) Pondok Putra pada saat yang sama harus mengurus sekaligus pondok putra (ada kilatan dan ada tarbiyah), pondok putri, madrasah diniyah, madrasah al Quran, madrasah ibtidaiyah, taman kanak-kanak, majlis musyawarah kitab dan lain sebagainya. Bukannya untuk menghindari tanggung jawab, akan tetapi justru karena jika sentralisasi terus berlangsung maka lembaga-lembaga tersebut akan mengalami hambatan untuk bergerak lebih cepat dan leluasa menuju kemajuan. Akhirnya kami matur kepada Romo Yai untuk minta ijin melakukan penataan kelembagaan melalui penyusunan AD ART. Romo Yai memahami dan mengijinkan. Akan tetapi beliau memberi catatan 2 hal; Pertama, beliau menghendaki tidak dilibatkan dalam managerial pesantren, agar bisa fokus ngajar. Kedua, beliau mewanti-wanti jangan sampai melibatkan orang yang bukan santri beliau. Kedua hal ini kemudian menjadi panduan dalam penyusunan AD ART. Setahun terakhir saya sama sekali tidak mengaji kecuali kitab Ihya dan meng-qori  kitab jadwal sendiri.  Bersama 8 orang lainnya dalam tim, kami bersembilan  menyelenggarakan pertemuan rutin, melakukan studi banding ke pesantren-pesantren besar lain, menemui para pengurus pendahulu, mengklarifikasi gambar lambang dan berkonsultasi dengan Romo Yai. Setelah penyusunan AD ART selesai dan disosialisasikan kepada pihak-pihak terkait, menyerahkan penerapannya pada teman di tim yang menjadi 'juru kunci' maka saya pamit boyong dari Pondok Kwagean. Pondok yang selama 4 tahun telah memberi saya kesempatan belajar banyak hal melalui berbagai macam bentuk khidmah. Kelak kadang pengurus mengundang saya untuk diajak ngobrol tentang pengembangan lembaga. Mereka bercerita bahwa konsep tatanan kelembagaan Pondok Kwagean mulai ‘dilirik’ dan beberapa kali didatangi pesantren-pesantren (termasuk pesantren besar) untuk melakukan studi banding.

Tradisi menulis juga dirintis oleh Pengurus pada masa saya. Setiap akhir Kilatan Berkala diterbitkan buletin yang kami beri nama  AL FUTHAH (artinya lobang, celah). Nama ini mengacu pada tradisi Romo Yai yang selalu memberikan nama-nama lembaga beliau dengan akar  kata (isytiqaq)  'Fataha-Futuh'. Buletin mungil ini berisi sanad kitab yang di-pengajiankilat-kan, nama-nama peserta pengajian, artikel, serial terjemah, jadwal perbintangan,  dan pengumuman  kilatan berkala  berikutnya. Secara rutin saya berlatih menerjemah Kata Pengantar yang cukup bagus dalam kitab Ihya' yang ditulis  oleh Syaikh Badawi Ahmad Thibanah.

ROMO YAI
Bagi banyak orang, Kwagean adalah sebuah legenda. Bermula dari sebuah dukuh yang tidak dikenal menjadi ‘jujugan’ mondok santri dan berbagai kepentingan umat dari dalam dan luar desa, kabupaten, propinsi dan pulau. Bermula dari seorang santri sederhana, dari keluarga biasa, yang gigih menuntut ilmu meskipun dalam segala keterbatasan, terutama ekonomi.

Romo Yai saat muda mondok di beberapa tempat, dan yang paling lama adalah di Kencong Pare, berguru pada KH Zamroji, yang juga seorang Mursyid Thariqah Qadiriyah Naqsyabandiyah. Disamping tekun mempelajari ilmu-ilmu syariat, Romo Yai muda juga melakukan tirakat lahir dan batin. Tirakat lahir ditunjukkan dengan ketabahan menjalani berbagai kekurangan secara materi. Sangu dari rumah yang tidak seberapa beliau carikan tambahan dengan menjadi ‘buruh’ menulis, atau mencatatkan teman-teman santri. Sedangkan tirakat batin dilakukan dengan menjalani berbagai macam riyadlah terutama puasa ngrowot. Dalam suatu kesempatan beliau mendapat teguran dari sang Guru yang mendapati beliau dalam momentum lebaran ikut bersilaturrahim ke sana ke mari grudak-gruduk bersama teman-teman. Guru ngendika, “Kamu jangan ikut grudak-gruduk bersama teman-teman kamu,  tapi menyendirilah dan mandirilah”.

Masih dengan segala keterbatasan, oleh Guru beliau didhawuhi untuk menikah. Maka pernikahanpun berlangsung.  Namun rupanya keterbatasan materi dan orientasi hidup beliau kurang diterima dalam keluarga mertua, sehingga beliau memilih ‘hijrah’ dan tinggal menempati  area tanah sekitar masjid Kwagean. Di tempat ini Romo Yai mendirikan sebuah rumah kecil sangat sederhana berdinding anyaman bambu. Meskipun demikian rumah kecil itu beliau sekat menjadi 2 bagian, untuk keluarga beliau dan untuk santri. Seiring waktu santri yang datang mengaji dan mukim bertambah, beliau mulai membangun rumah sendiri. Dan seiring waktu, usaha mata pencaharian yang semula hanya beternak ayam dalam jumlah kecil terus berganti dan berkembang. Kini beragam usaha ekonomi beliau buka dan dijalankan oleh santri, baik di sektor pertanian, peternakan, kuliner maupun investasi. Aset lahan demi lahan tanah di dalam dan di luar Kwagean juga semakin luas dan banyak. Secara bergurau orang memberi julukan kepada Romo Yai sebagai 'Tuan Tanah'.

Mengiringi pembangunan pondok dan pembebasan lahannya, berbagai jalan diberi kemudahan oleh Allah. Sebuah pohon durian milik beliau di belakang rumah (setelah dipasangi rajah) berbuah lebat dan melebihi kelaziman, sehingga memberi kontribusi besar dalam awal pembangunan pondok dan pembebasan lahan. Dan yang aneh, saat kedua hal tersebut  selesai, produksi pohon itu menurun sangat drastis. Waktu demi waktu santri berdatangan. Kebanyakan mereka adalah santri yang telah mondok di pesantren-pesantren lain, dan datang ke Kwagean terutama untuk mengaji kitab-kitab besar dan atau mengaji Hikmah. Tidak jarang usia santri-santri itu lebih tua dibanding usia Romo Yai, dan apalagi ibu Nyai.

Romo Yai adalah sosok yang sangat santun dan rendah hati, dengan sangat terlihat. Padahal beliau berlatar belakang ilmu Hikmah yang  mumpuni. Kepada santri-santri beliau sendiri, beliau mamanggi dengan sebutan Pak. Saat beliau berbicara pada mereka beliau menggunakan bahasa Jawa kromo. Setiap orang yang berhubungan pasti terkesan dengan keramahan dan kesantunan beliau. Termasuk para tamu yang datang membawa berbagai permasalahan untuk beliau bantu solusinya.

Ketekunan belajar Romo Yai terus berlanjut sekalipun sudah menjadi ‘kiai besar’. Beliau masih berkenan ngesahi (membubuhkan makna gandhul) pada kitab-kitab milik beliau, agar siap dibaca sewaktu-waktu. Oleh karena itu, koleksi kitab ‘bermakna’ beliau relatif lengkap. Hanya orang-orang tertentu saja yang berani pinjam.
Sedari awal Romo Yai memilih hanya mengasuh pesantren dan tidak kerso berkecimpung dalam organisasi masyarakat, organisas politik, apalagi ngurus ini-itu di kantor-kantor dinas. Meskipun demikian komitmen beliau pada organisasi Nahdlatul Ulama tidak mungkin diragukan. Beliau memberi kesempatan luas bagi jam’iyah ini menyelenggarakan acara dan kegiatan di Kwagean dan melibatkan santri-santri.

Sebagai kiai yang memilih ‘jalan sunyi’, ada pengalaman yang takkan terlupakan, sebagai bentuk pembelajaran bagi saya dan pengurus. Saat itu Pondok hendak memasang sambungan telpon. Rapat Pengurus merencanakan akan memasang 2 pesawat, di kantor pondok dan di ndalem. Saya yang kebetulan menjadi PJ urusan itu matur kepada Romo Yai dengan sangat hati-hati. Meski sudah berhati-hati matur, saya masih kaget juga dengan respon beliau. Dalam bentuk Istifham Inkari dan nada agak tinggi beliau ngendika, ”Pak Umar, kula badhe tangklet rumiyin; ginanipun telpon niku napa”. Dengan agak grogi saya jelaskan alasan-alasannya. Yang paling utama adalah untuk berkomunikasi dengan penerbit-penerbit atau toko kitab di Surabaya di mana seringkali Pengurus kerepotan dihubungi atau menghubungi. Padahal kebutuhan akan kitab-kitab tersebut tinggi dan besar. Tidak saya maturkan kemungkinan keluarga santri yang di rumah bisa menghubungi anaknya, karena yang demikian menyalahi prinsip ‘jalan sunyi’. Akhirnya beliau menutup, ”Monggo, kantor saged dipun pasangi, tapi griyo mboten usah”.

Dalam hal penampilan, Romo Yai terbilang sangat sederhana. Orang yang hanya mendengar nama beliau tanpa pernah melihat langsung seringkali terkecoh. Seiring dengan ‘jalan sunyi’, beliau juga menjalankan perilaku khumul  (menyamarkan diri supaya tidak terkenal). Beliau selalu menghindari berurusan dengan media masaa, dan seandainya ada urusan dengan media, beliau mendelegasikan wewenang kepada Pengurus. Baik saat masih mondok maupun ketika sudah boyong, saya tidak pernah menyaksikan beliau mengenakan asesori pakaian keulamaan yang lengkap. Dan tentu saja Romo Yai tidak pernah tampak mengenakan celana sebagai pengganti sarung.

Pada tahun 1999, ketika saya menikah, Romo Yai dan Bu Nyai saya aturi rawuh untuk memberikan doa dan restu. Berdasarkan informasi dari  santri ndalem, Romo Yai akan hadir sekaligus akan ke Kajen untuk mempasrahkan Gus Muslim yang akan mondok di Mbah Sahal. (Informasi ini saya teruskan ke Kajen, karena saya tahu Mbah Sahal hari itu akan tindak ke Yogya untuk sebuah seminar.  Agenda Mbah Sahal tersebut akan menyebabkan beliau tidak bisa rawuh ke Rembang, dan karenanya beliau saya aturi mengiring dan mengantar saya ke acara di keluarga mertua, 2 hari sebelumnya). Namun ternyata pada saat acara di Rembang Mbah Sahal rawuh. Dengan rawuh di Rembang ini beliau ingin memperlihatkan kepada Yai Hanan bahwa beliau sedang  tidak tindakan jauh. Pemasrahan Gus Muslim ini menjadi semacam ‘pertukaran’ memondokkan putra, karena beberapa tahun sebelumnya Mbah Sahal juga memasrahkan Gus Rozin Sahal untuk mondok di Kwagean. Tidak sekedar itu, bahkan kemudian antara Mbah Sahal dan Yai Hannan terjadi silaturrahim keilmuan terutama yang terkait dengan sanad-sanad kitab.

Beberapa tahun terakhir Romo KH Abdul Hannan Ma’shum punya agenda baru di bulan Syawal, berupa safari Halal Bihalal ke berbagai kota dan kabupaten karena selalu dinanti kerawuhannya oleh ribuan alumni dan masyarakat sekitar. Disamping mengobati rasa kangen para alumni, masyarakat juga bisa sowan dan ikut mendapatkan ijazah-ijazah kitab dari beliau.
Adamahullahu majdah wa nafa’ana bi ulumihi wa afadla alaina min barakatih. Amin.

Pati, 24 Oktober 2017
Umar Farouq Marsuchin

(Catatan ini sekedar kenangan sekilas saya. Tidak saya maksudkan untuk menggambarkan para kiai saya, karena saat menulisnya saya sama sekali tidak melakukan semacam penelusuran, wawancara, bahkan klarifikasi apapun kepada pihak yang relevan, terutama keluarga. Saya hanya ingin mengenang orang-orang mulia nan tercinta. Semoga di balik catatan ini ada keteladanan yang menginspirasi, meskipun untuk menggiring ke sana, saya tidak pandai menggurui orang lain)

KH ABDUL HANNAN MA’SHUM Kwagean Pare Kediri

7a. KH ABDUL HANNAN MA’SHUM
Kwagean Pare Kediri
(1/2)

PONDOK KWAGEAN
Menjelang akhir 1994 saya boyong dari Pondok Pesantren Nahjul Hidayah di Rembes Tegalgubug Cirebon. Alasan utama karena ingin 'mencicipi' pengajian kitab-kitab besar (tepatnya tebal). Pandangan saya tujukan ke daerah Kediri, karena sayup-sayup saya dengar di sana ada pondok yang menyelenggarakan itu. Saya melangkah pasti, meskipun arah yang dituju belum pasti, karena belum pernah menjamah daerah Kediri, apa nama pesantren tertuju, kiainya dan  mana alamatnya. Merasa sudah berpengalaman mondok saya merasa cukup dengan kata kunci 'kitab besar'. Dan Allah memang Maha Penuntun. Sampai di terminal ‘kuno’ Jombang, saya shalat Asar di mushalla terminal. Usai saya shalat seorang  laki-laki umur 30an tahun tiba-tiba menyapa lalu bertanya, “Mau ke mana, Mas?” “Mau mondok yang ngajinya kitab besar.” Dia langsung mencatatkan suatu alamat beserta routenya. “Saya mondok di situ. Asal saya Sumatra. Ini mau ke Yogya ketemu orang tua yang sedang nengok adik kuliah di sana. Mas nanti langsung saja ke kamar saya”. Sekitar satu setengah jam kemudian saya sampai di PP Fathul Ulum, beralamat di dukuh Kwagean desa Krenceng kecamatan Kepung kabuoaten Kediri, (lebih dikenal dengan sebutan Pondok Kwagean). Pondok ini diasuh oleh KH Abdul Hannan Ma’shum, dan para santri ngaturi dengan sebutan Romo Yai.
Saat pertama di Kwagean kondisi fisik pondok masih sederhana; belum dialiri listrikPLN, diesel dinyalakan hanya untuk tempat-tempat umum, sampai jam 21.00. Kamar santri dan keperluan pribadi menggunakan lampu uplik. Ada 4 kompleks kamar bangunan tembok sangat sederhana, sisanya berupa angkring (kamar gubug  panggung). Angkring adalah milik pribadi penghuninya, baik patungan maupun tunggal. Jika hendak boyong kadang dijual-belikan atau dihibah kepada teman dekat.

Yang khas dari Pondok Kwagean saat itu antara lain adalah rata-rata santrinya sudah dewasa. Kwagean biasanya menjadi pondok urutan terakhir sebelum mereka betul-betul ‘kembali’ ke masyarakat. Sayang saya hanya melihat bekas kekhasan lain, yaitu Kwagean dikenal juga dengan santri-santrinya yang berambut gondrong (konon Romo Yai mulai ‘merapikan’ tampilan ‘angker’ santri-santri beliau). Sebagai Pondok yang dikenal dengan ilmu Hikmah, saya menyaksikan bentuk riyadlah yang bermacam-macam, termasuk yang aneh-aneh. Mulai puasa tahunan, puasa Dawud, puasa ngrowot (tidak mengkonsumsi nasi dan yang berasal dari beras), tidak mengkonsumsi makanan hewani,  sampai puasa bisu (tidak berbicara). Ada juga yang riyadlah-nya malam berjaga dan baru tidur setelah matahari terbit. Malam hari suasana lebih ‘hidup’ dibanding siang hari.

Pengajian Kilatan juga menjadi ‘brand’ bagi Pondok Kwagean. Pengajian Kilatan adalah pengajian kitab kuning yang dibawakan oleh Qori (pembaca) dengan mendiktekan makna gandhul-nya saja, tanpa disertai penjelasan, sedangkan Mustami’ (pendengar) menuliskan makna tersebut pada kitab masing-masing. Sebetulnya Pengajian Kilatan tidak selalu dengan kitab besar. Namun hanya dengan cara kilatan-lah kitab besar bisa khatam maka citra tersebut terbentuk. Orientasi kilatan semacam itu adalah terpenuhinya kitab milik santri dengan makna gandhul. Bagi yang tekun, kekosongan makna, baik karena absen dari pengajian maupun kendala teknis saat ngaji, akan dia kejar dengan ‘menambal’ sendiri. Caranya dengan meminjam kitab atau dibacakan oleh teman. Bahkan ada yang sengaja lebih memilih ‘menambal’ daripada ikut ngaji secara ‘live’. Alasannya ‘menambal’ sendiri bisa ‘mengatur ritme' pemberian makna. Sebaliknya, ada pula yang melakukan ‘potong kompas’, yaitu mondok sebulan dua bulan saja, lalu meminjam kitab-kitab teman sana-sini yang tulisan makna gandhulnya penuh dan rapi. Kitab-kitab itu lalu dibawa ke foto copi. Tidak lama kemudian yang bersangkutan boyong dengan membawa pulang 1 mobil penuh kitab fotocopian.
(Terkait tertulisnya makna gandhul dalam kitab kuning milik santri memang ada 2 madzhab; Pertama, [sekedar memudahkan saya sebut] madzhab ‘Jawa Tengahan’ dan  kedua  madzhab ‘Jawa Timuran’. Saat mondok di Kajen dan Sarang penulisan makna gandhul tidak dipentingkan, karena yang lebih penting bukan penuhnya makna, namun pahamnya terhadap isi kitab. Bahkan seorang Qori’  dianggap kurang bonafide jika saat menyampaikan pengajian menggunakan kitab ‘bermakna’. Dalam madzhab ini Qori’ ‘profesional’ adalah yang pegangannya kitab ‘kosong’. Sedangkan madzhab ‘Jawa Timuran’ sebaliknya, yaitu pemahaman danpembacaan atas kitab jika tidak berdasarkan pada makna yang diajarkan guru adalah penyimpangan. Dalam madzhab ini seorang Qori’  yang kitab pegangannya ‘kosong’ dianggap tidak ‘jujur’. Untungnya antara kedua madzhab (yang sebenarnya antara dirayah dan riawayah) ini jarang terjadi ‘perseteruan runcing’. Hal itu saya kira bukan karena faktor menghormati ‘kubu’ lain, tapi lebih karena rasa kurang percaya diri yang menyertai masing-masing kubu).

Pengajian Kilatan ada 2 kategori; Kilatan Tahunan dan Kilatan Berkala. Kilatan Tahunan maksudnya kitab materi dibacakan setiap hari, sehari 1 kali jalsah (sessi, durasinya 1-2 jam) , sepanjang tahun hingga khatam. Kilatan Tahunan  menjadwalkan beberapa kitab dalam sehari, dimulai bakda Subuh sampai menjelang Dzuhur, dilanjutkan bakda Asar hingga jam 22.00an. Sedangkan Kilatan Berkala adalah pengajian kilatan pada bulan Ramadan, Dzulhijjah dan Rabiul Awal, masing-masing selama kurang lebih 10-25 hari. Dalam kilatan ini, satu kitab dibacakan sepanjang waktu, mulai pagi sampai malam. Saat Kilatan Berkala sedang berlangsung, otomatis Kilatan Tahunan libur.

Ketika saya di Kwagean, dalam Kilatan Tahunan Romo Yai mengistiqamahkan kitab Ihya’Ulumiddin karya Imam Ghazali. Sepanjang tahun, sehari 2 jalsah (pagi dan sore), beliau mengajarkan kitab ini. Jika telah khatam akan dimulai lagi dari awal. Biasanya satu kali khatam ditempuh dalam masa sekitar 2-3  tahun. Sedangkan dalam Kilatan Berkala bulan Ramadan pola jadwal beliau adalah siklus Kutub Sittah (6 kitab utama bidang hadits). Jika tahun ini Sahih Bukhari, maka tahun berikutnya Sahih Muslim, dan berturut-turut Sunan Abu Dawud, Sunan at Turmudzi, An Nasa’i dan Ibnu Majah. Kadang kala kilatan Ramadan diselingi kitab-kitab ‘kecil’ (lebih tepatnya tipis), yaitu 1 kitab beliau bacakan khatam dalam beberapa hari, lalu ganti kitab berikutnya, dan seterusnya.  Kilatan kitab-kitab kecil  ini kadang bisa mengkhataman 10 atau lebih judul  kitab. Kilatan Berkala bulan Dzulhijah Romo Yai membacakan kitab- kitab bidang Hikmah dan atau Thibb antara lain Syams al Ma’arif al Kubra , Manba’ Ushul al Hikmah, Ar Rahmah fi at Thibb wa al Hikmah, Mujarrabat ad Dairabi, Syumus al Anwar dan kitab-kitab sejenis atau selain yang diistiqamahkan untuk Ramadan.
Pada masa itu qori’ Kilatan Tahunan selain Romo Yai adalah para ustadz dan pengurus senior, sedangkan qari Kilatan Berkala hanya Romo Yai. Saat ini para putra dan menantu Romo Yai terutama yang sudah pulang mondok juga menjadi qari bahkan mulai menggantikan atau melanjutkan pengajian Romo Yai.
(Terkait dengan pengajian model Kilatan, dahulu saya suka menyampaikan kepada sesama pengurus pondok bahwa bisa jadi model tersebut bersifat ‘trend’ dan segala sesuatu yang bersifat ‘trend’ akan mengalami pasang surut, bahkan boleh jadi mengalami titik jenuh. Kebetulan masa itu trend-nya sedang pasang. Oleh karena itu sebaiknya segala sesuatunya harus diantisipasi jika masa surut tiba).

Romo Yai sendiri saat saya mulai di Kwagean sudah merintis dan mulai memperkuat pendidikan berjenjang dengan sistem klasikal. Pondok menyelenggarakan madrasah diniyah yang terpisah dari ‘kurikulum’ Pengajian Kilatan. Pada mulanya madrasah ini hanya menampung santri-santri pemula (dalam komunikasi sehari-hari mereka disebut sebagai Santri Tarbiyah). Komplek hunian mereka juga terpisah dari santri Kilatan. Akhirnya tahun demi tahun madrasah diniyah ini tidak lagi menjadi ‘second alternative’, semakin kokoh dan sejajar dengan madrasah pondok-pondok besar lainnya. Bahkan sebagian santri baru yang saat datang hendak ngaji kilatan berubah pikiran untuk menjadi santri Tarbiyah.

Selain Kilatan dan Tarbiyah, Kwagean juga menjadi semacam ‘pasar bebas’ bagi berbagai macam disiplin keilmuan syariat. Dengan berdatangannya santri-santri senior yang sebelumnya sudah mondok di berbagai pesantren, maka antar mereka saling terjadi pertukaran ilmu ‘bawaan’ yang menjadi spesialisasi masing-masing. Akhirnya di sana-sini muncul kelompok-kelompok kecil ngaji-ngaji, kursus-kursus, bahkan musyawarah-musyawarah kitab yang bersifat ‘privat’, dan dikelola sendiri oleh peserta bukan oleh pondok. Tidak jarang dalam kegiatan studi-studi club ini, seorang santri mengajari temannya ilmu atau kitab tertentu, dan di saat yang sama dia berguru kepada temannya itu ilmu atau kitab lainnya. Namun bersamaan dengan itu, Pengurus meminta agar masing-masing penyelenggara ngaji 'privat' untuk mengendalikan diri dengan tidak menampakkan ego almamater atau kiai terdahulu, karena yang demikian adalah tindakan yang tidak etis sama sekali. (bersambung ke2/2)

Pati, 24 Oktober 2017
Umar Farouq Marsuchin

(Catatan ini sekedar kenangan sekilas saya. Tidak saya maksudkan untuk menggambarkan para kiai saya, karena saat menulisnya saya sama sekali tidak melakukan semacam penelusuran, wawancara, bahkan klarifikasi apapun kepada pihak yang relevan, terutama keluarga. Saya hanya ingin mengenang orang-orang mulia nan tercinta. Semoga di balik catatan ini ada keteladanan yang menginspirasi, meskipun untuk menggiring ke sana, saya tidak pandai menggurui orang lain)

IJAZAH KEHAMILAN

IJAZAH KEHAMILAN

Dari: Ummi Salim ( Istri dari Guru Sayyid Alwalid Al Habib Umar bin Hafidz )

Bismillahir Rahmanir Rahiim.

- Untuk siapa yang Mendambakan Kehamilan ( Walau telah di vonis dokter mandul )
1.Baca istighfar 10.000 kali setiap hari, selama 1 minggu, Boleh dicicil, dengan syarat menghadap kiblat dan dalam keadaan berwudhu'.

2.Baca surat Alfateha 41 kali, setelah sholat sunnah fajar (sebelum sholat subuh) selama 40 hari, Agar bisa genap 40 hari, orang perempuan dianjurkan mengkonsumsi obat penunda haid.

- Agar kehamilan kuat dan tak gugur ijasah dari Guru Mulia Al Habib Umar bin Muhammad bin Hafidz :

Disarankan membaca "Yaa Hasiib" 7 kali, setiap selesai sholat wajib ( sambil mengelus perut ).

Adab dan do'a bagi wanita hamil hingga proses melahirkan :

Para salafus sholeh mendidik anak-anak mereka semenjak dari kandungan dengan cara mengajak istrinya diwaktu hamil untuk selalu melakukan amalan2 baik seperti membaca alqur'an hingga hattam berkali-kali, bersholawat, dzikir dan selalu mendo'akan anak yang dikandung dengan harapan supaya menjadi anak yang sholeh, qurrotul 'ain Rasulullah SAW, berbakti kepada orang tuanya, mengikuti jejak para salafussholeh, menjadi orang yang bermanfaat dalam agama untuk dirinya dan umat islam dll.

Adapun do'a buat wanita hamil banyak dan diantarannya :

Do'a untuk wanita hamil ( dari Habib Abdul Qodir bin Ahmad Assegaf )

Dibaca setiap habis sholat lima waktu

بسم الله الرّحمن الرّحيم

اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَ عَلَى آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّد، اللَّهُمَّ احْفَظْ وَلَدِيْ مَا دَامَ فِيْ بَطْنِي وَاشْفِهِ مَعَ أُمَةِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَ سَلَّمَ نَبِيِّكَ وَ رَسُوْلِكَ، أَنْتَ شَافٍ لاَ شِفَاءَ إِلاَّ شِفَاءُكَ شِفَاءً عَاجِلاً لاَيُغَادِرُ سَقَمًا، اللَّهُمَّ  صَوِّرْهُ فِيْ بَطْنِيْ صُوْرَةً  حَسَنَةً، وَثَبِّتْ قَلْبَهُ إِيْمَانًا بِكَ وَ بِرَسُوْلِكَ، اللَّهُمَّ  أَخْرِجْهُ مِنْ بَطْنِيْ وَقْتَ وِلاَدَتِيْ سَهْلاً وَ سَلِيْمًا فِيْ الدُّنْيا و الآخرة، و تقبل دعاءنا كما تقبلت دعاء نبيك و رسولك سيدنا محمد صلى الله عليه و آله و سلم، اللهم احفظ الولد الذي أَخْرَجَكَ مِنْ عَالَمِ الظَّلاَمِ إِلَى عَالَمِ النُّوْرِ وَ اجْعَلْهُ صَحِيْحًا كَامِلاً عَاقِلاً لَطِيْفَا، اللَّهُمَّ اجْعَلْهُ شَهِيْدًا وَ مُبَارَكًا و َعَالِمًا وَ حَافِظًا مِنْ كَلاَمِكَ اْلمَكْنُوْنِ وَكِتَابِكَ الْمَحْفُوْظِ، اللّهُمَّ طَوِّلْ عُمْرَهُ وَ صَحِّحْ جَسَدَهُ وَأَفْصِحْهُ لِقِرَاءَةِ اْلقُرْآنِ اللَّهُمَّ اجْعَلْهُ صَبْرًا مِنَ اْلمَرَضِ وَ اْلأَسْقَامِ وَالْعَطَشِ بِبَرْكَةِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَآلهِ وَ سَلَّمَ وَ جَمِيْعِ اْلأَنْبِيَاءِ وَ اْلمُرْسَلِيْنَ وَ اْلمَلاَئِكَةِ اْلمُقَرَّبِيْنَ، إِنَّ اللهَ وَ مَلاَئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلَى النَّبِيْ يَآ أَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمَا، وَآخِرُ دَعْوَانَا أَنِ اْلحَمْدُ لِلّهِ رَبِّ اْلعَالَمِيْنَ.آمين

Do'a dari Al Habib Ahmad bin Hasan Al Athos di dalam kitab tadzkirun nas agar tidak keguguran insyaallah, maka dianjurkan bagi wanita hamil untuk meletakkan tangannya diatas perutnya sambil membaca ya hasiib 7 kali disetiap habis sholat 5 waktu :

يا حسيب x٧

Dan adapun do'a untuk memudahkan proses melahirkan sebagaimana yang disebutkan dalam kitab al-adzkar dari hadist Rasulullah SAW dan diamalkan salafussholeh, yaitu terlebih dahulu membaca ayat kursi :

اللهُ لآَ إِلَهَ إِلاَّ هُوَ الْحَيُّ الْقَيُّومُ، لاَ تَأْخُذُهُ سِنَةٌ و َلاَ نَوْمُُ، لَّهُ مَا فِي السَّمَاوَاتِ وَ مَا فِي اْلأَرْضِ، مَن ذَا الَّذِي يَشْفَعُ عِندَهُ إِلاَّ بِإِذْنِهِ، يَعْلَمُ مَا بَيْنَ أَيْدِيهِمْ وَ مَاخَلْفَهُمْ و َلاَ يُحِيطُونَ بِشَيْءٍ مِّنْ عِلْمِهِ إِلاَّ بِمَا شَآءَ، وَسِعَ كُرْسِيُّهُ السَّمَاوَاتِ وَ اْلأَرْضَ، و َلاَ يَئُودُهُ حِفْظُهُمَا و َهُوَ الْعَلِيُّ الْعَظِيم.

Lalu bacalah ayat dibawah ini 3 kali:

إِنَّ رَبَّكُمُ اللهُ الَّذِيْ خَلَقَ السَّمَاوَاتِ و الأرض في ستة أيام ثم استوى على العرش. يغشي الليل و النهار يطلبه حثيثا و الشمس و القمر و النجوم مسخرات بأمره. الا له الخلق و الأمر. تبارك الله رب العالمين x٣

Kemudian baca surat al ikhlas dan mu'awwidzatain dan al fatehah :

بسم الله الرحمن الرحيم
قل هو الله أحد، الله الصمد، لم يلد و لم يولد، و لم يَكُـنْ لَهُ كُفُـوًا أَحَـدٌ.

بِسْم اللهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيْمِ
قُلْ أَعُوْذُ بِرَبِّ الْفَلَقِ، مِنْ شَرِّ ماَ خَلَقَ، و َمِنْ شَرِّ غَاسِقٍ إِذَا وَقَبَ، و َمِنْ شَرِّ النَّفَّاثَاتِ فِي الْعُقَدِ، و َمِنْ شَرِّ حَاسِدٍ إِذَا حَسَد.

بِسْم اللهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيْمِ
قُلْ أَعُوْذُ بِرَبِّ النَّاسِ، مَلِكِ النَّاسِ، إِلَهِ النَّاسِ، مِنْ شَرِّ الْوَسْوَاسِ الْخَنَّاسِ، الذي يوسوس في صدور الناس، من الجنة و الناس.

بسم الله الرحمن الرحيم
الحمد لله رب العالمين، الرحمن الرحيم، مالك يوم الدين، إياك نعبد و إياك نستعين، اهدنا الصراط المستقيم، صراط الذين أنعمت عليهم غير المغضوب عليهم و لا الضآلين. آمين

Kemudian perbanyaklah do'a alkarb :

لا إله إلا الله اْلعَظَيم الحليمِْ، لا إله إلا الله رب العرش العظيم، لاَاِلَهَ اِلاَّاللهُ رَبُّ السَّمَاوَاتِ السَّبْعِ وَ الأَرَضِيْنَ السَّبْعِ وَ رَبُّ اْلعَرْشِ اْلكَرِيْمِ.

Kemudian bagi suami dianjurkan untuk memperbanyak bacaan do'a dibawah ini ketika istrinya sudah ada tanda2 melahirkan :

حنا ولدت مريم، مريم ولدت عيسى أخرج أيها المولود بإذن الملك المعبود.

Apabila bayi lahir maka lakukanlah sebagaimana yang dilakukan Rasulullah SAW, yaitu adzan ditelinga kanan dan iqomat ditelinga kiri kemudian membaca surat al ikhlas :

Selengkapnya silahkan baca disini =>

https://rumah-muslimin.blogspot.co.id/2017/10/ijazah-kehamilan.html