Saya pernah sowan ke kiyai yg namanya saya rahasiakan. Bawasannya dlm lambang NU terdapat makna yg sangat berharga bagi bangsa Indonesia. Dimana dlm lambang NU terdapat 11 huruf hijaiyah mulai nun sampai hamzah dan apabila di ucapkan menjadi 6 suku kata. Nah dla tul u la ma'. Jadi 11+6= 17.
Dlm lambang NU terdapat tali jagat yg membentuk angka 8.
Yg terakhir bintang yg ada pada lambang NU berjumlah 9, yg di mana terbagi nenjadi dua yakni bawah berjumlah 4 dan atas berjumlah 5 yg menunjukkan angka 45.
Kalau dari kesemuanya di gabung maka menjadi angka 17 8 45.
Kemudian beliau dawuh, meskipun NU lahir pd tahun 1926 namun para kiyai NU telah mendapat jawaban lewat ikhtiar mereka bahwasannya Indonesia akan diberi kemerdekaa pd tanggal 17 agustus 1945.
Mohon maaf apabila ada kekhilafa. Wallahu a'lamu bisshowaab.
Saturday, September 30, 2017
Lambang nu dan indonesia
Friday, September 29, 2017
Gus Muwafiq Syarahkan Hakikat Manusia dengan Surat At-Tin
Hafiz, NU Online | Senin, 25 September 2017 11:05
Tegal, NU Online
Kiai nyentrik asal Yogyakarta KH Gus Muwafiq menerangkan secara singkat surat At-Tin. Menurutnya, manusia diciptakan dengan bentuk yang "fi ahsani taqwim" sehingga setiap orang akan senang melihatnya.
Hal itu dikatakannya saat memberikan tausiyah pada Dzikir Akbar Peringatan Tahun Baru Islam 1439 Hijriyah Pemkab Tegal, di Alun-alun Hanggawana, Slawi, Kamis (21/9) malam.
"Kalian melihat bayi pasti ingin menciumnya. Kalau bayi baru bisa bicara, ditunggu momen bicaranya, baru bisa ‘ta ta ta’ saja senangnya bukan main," ujarnya.
Gus Muwafiq mengingatkan, manusia suatu saat akan mengalami "tsumma radadnahu asfala safilin". "Manusia nanti akan menua, yang tadinya banyak yang kepengin mencium, setelah ‘asfala safilin’ tidak ada yang mau mencium. Ketika jalan susah tidak ada yang mau bantu jalan," terangnya.
Menurut kiai ini, kalau nasib kita tidak mau seperti itu, syaratnya ada dua. "Alladzina amanu wa 'amilusshalihati falahum ajrun ghairu mamnun". Syaratnya yakni iman dan amal saleh.
"Kalau punya syarat ini, insya Allah tidak akan ditinggalkan orang. Malah orang pada rebutan. Contohnya siapa? Ya contohnya Abah Habib Lutfi ini. Ia sudah sepuh, tapi karena ‘amanu wa amilushalihat’, maka ketika ia datang orang-orang berebut ingin menciumnya. Orang-orang menunggu apa yang akan disampaikannya, dan kalau beliau matur orang-orang akan senang," kata Gus Muwaffiq.
Ia melanjutkan, kalau kita mau membedah lebih luas makna Surat At-Tin, kita akan temukan Allah menggambarkan Nabi Ulul Azmi lewat simbol. "Wat Tini" ini buah Tin, simbol Nabi Nuh AS. "Waz Zaituni" buah Zaitun ini simbol dari Nabi Ibrahim dan Nabi Isa Alaihissalam karena buah Zaitun ini banyak di Palestina, di mana keduanya berdakwah. "Wa Turisinina" kala ini jelas simbol untuk Nabi Musa AS.
Sedangkan, Nabi Muhammad SAW ternyata mendapat simbol "wa hadzal baladil amin". Ini yang perlu dicermati, bahwa Nabi Muhammad SAW melandasi dakwahnya bukan hanya untuk "amanu wa amilushalihati" tapi juga untuk membuat sebuah negara yang aman.
"Ini yang perlu dicontoh oleh kita sebagai bangsa Indonesia yang mayoritas Muslim," pungkasnya.
Turut hadir dalam kesempatan itu, Mustasyar PBNU Maulana Habib Luthfi bin Yahya, Bupati Tegal Enthus Susmono, Wakil Bupati Tegal Umi Azizah, Ketua PCNU Kabupaten Tegal H Akhmad Wasyari, dan sejumlah undangan lain. (Hasan/Alhafiz
Untuk membedakan antara bisikan baik dan bisikan buruk.
Untuk membedakan antara bisikan baik dan bisikan buruk.
Ulama' kami berkata :
" bila ingin mengetahui perbedaan bisikan baik dengan bisikan buruk hendaklah mempertimbangkan dengan mempergunakan perbandingan dibawah ini agar jelas keadaannya :
1. sesuaikan bisikan hati itu dengan hukum syara', jika ternyata sesuai berarti bisikan baik.
jika bertentangan dengan hukum syara' berarti bisikan buruk.
2. jika tdk dapat membandingan dengan hukum syara', bandingkan dengan perbuatan para sholihin.
jika sesuai maka berarti bisikan baik, jika berlawanan berarti bisikan buruk.
3. apabila dengan nomer 2 belum dapat, bandingkan dengan hawa nafsu. jika hawa nafsu menolak dengan tolakan menurut tabiatnya dan bukan karena takutkpd Allah , berarti bisikan baik.
jika hawa nafsu menyukai menurut tabiatnya dan bukan karena mengharap ridlo Allah, berarti bisikan buruk. sebab hawa nafsu selalu mengajak kpd keburukan bukan kpd kebaikan .
dengan mempergunakan salah satu dari pertimbangan diatas serta dengan perhatian sedalam2nya, kiranya kita akan dapat membedakan mana bisikan baik dan mana bisikan buruk. sesungguhnya Allah maha pemurah lagi maha penyayang."
wallohu a'lam.
~Minhajul 'Abidin~
Keramat Abu Bakar
Keramat Abu Bakar
Ketika menjelang wafatnya abu bakar, beliau berwasiat kepada seluruh hadirin yang datang menjenguknya:
"Apabila aku mati dan kalian sudah selesai mempersiapkan janazahku untuk di kubur, bawalah aku ke sebuah rumah yang di dalamnya Nabi Muhammad dikuburkan, sehingga kalian berdiri di depan pintu rumah itu.
Kemudian ucapkanlah: Assalamu'alaika Ya Rosulallah.... ini Abu Bakar mohon izin.
Apabila beliau memberi izin kepada kalian dengan terbukanya pintu yang sedang terkunci dengan gembok, maka masukkanlah aku dan kuburkanlah diriku di dalamnya. Tetapi apabila pintu itu tidak terbuka, bawalah aku ke kuburan Al Baqi' dan kuburkan diriku di sana.
Ketika mereka berdiri di depan pintu dan membacakan pesan abu bakar, maka jatuhlah gemboknya dan pintu pun terbuka.
Dan ketika itu pula ada suara lantang yang menyerukan dari dalam kubur:
ادخلوا الحبيب إلى الحبيب فإن الحبيب إلى الحبيب مشتاق
"Masukkan dan pertemukanlah kekasih itu kepada kekasihnya, sesungguhnya kekasih itu sudah rindu terhadap kekasihnya".
رواه ابن عساكر في تاريخه، وذكره الرازي في تفسيره، والصفوري فى نزهة المجالس ، والحلبي في السيرة النبوية.
Sekeping Kisah Bersama KH. Hasyim Muzadi
Sekeping Kisah Bersama KH. Hasyim Muzadi
Oleh: Prof. Mahfud MD*
"Ya, mengenang Kyai Hasyim adalah mengenang humor-humor yang tidak menyakiti tapi masuk ke substansi." (Prof. Mahfud MD, 2017)
Saya pribadi mengenang Kiai Hasyim sebagai kawan yang selalu ceria dan menyenangkan. Pembawaannya tenang dan tampak tidak pernah gelisah.
Saya tidak pernah melihat Kiai Hasyim marah atau berbicara dengan nada tinggi. Cara bicaranya lembut, tidak menggelegar, dan bahkan lebih banyak melucu.
Almarhum memang mempunyai kesamaan dengan Gus Dur. Yakni, sangat suka berhumor ria. Dulu saya selalu menikmati humor berkelas jika Kiai Hasyim ngobrol dengan Gus Dur.
Tetapi, humor dua tokoh NU itu sama sekali tidak sarkastis. Tidak menyakiti siapa pun meskipun subjek dan objek humornya jelas.
Gus Dur maupun Kiai Hasyim bisa melontarkan humor-humor yang sangat kocak di kursi ruang tamu dengan jumlah orang terbatas maupun di podium saat berpidato di depan ribuan orang.
Kiai Hasyim itulah yang mengatakan bahwa di NU itu ada tradisi menyelesaikan masalah dengan gergeran (tertawa riuh) daripada dengan gegeran (ribut-ribut).
Sebagai tokoh NU yang ditempa melalui Gerakan Pemuda Ansor, Kiai Hasyim sering menjadikan Ansor dan NU sebagai materi humornya. Suatu kali dia berpidato bahwa kita harus bersyukur karena sekarang ini anak-anak Ansor sudah maju dan modern. Banyak yang mempunyai dua handphone dengan casing yang bagus-bagus. "Tapi, ya begitu, mereka tidak pernah menelepon dengan HP-nya karena tidak kuat membeli pulsa. Bolak-balik hanya missed call biar ditelepon balik,’’ katanya.
Kiai Hasyim juga mengatakan, kita harus bersyukur karena sekarang ini sudah banyak anak NU yang bisa bersekolah atau mondok ke Makkah dan Madinah. "Tapi sayangnya, setelah pulang, mereka tidak mendirikan pondok pesantren, melainkan perusahaan travel umrah. Tidak menjadi ulama, melainkan cukup menjadi guide haji dan umrah,’’ katanya.
Cerita lucu lainnya adalah ketika pada suatu hari Gus Dur ada acara di Malang dan dijemput Barisan Serbaguna Ansor (Banser) dengan seragam yang gagah dan komandannya mengendalikan anak buahnya dengan "handy talky" (HT).
Terjadi hal yang lucu ketika Gus Dur tiba dan sang komandan Banser memberi komando kepada anak buahnya. "Assalamualaikum, roger, roger. Kiai Abdurrahman Saleh sudah mendarat di lapangan terbang Abdurrahman Wahid. Semuanya siap? Ganti,’’ ujar sang komandan Banser.
Sambil terkekeh, Kiai Hasyim bilang bahwa Banser itu lucu, lugu, dan ndheso.
Semua orang dihalau oleh Banser agar tidak bersalaman dengan Gus Dur, tapi Banser sendiri saling berebut untuk menyalami bahkan berfoto-foto dengan Gus Dur sehingga perjalanan malah lebih terhambat.
Anak-anak Banser biasanya bertepuk riuh dan senang digoda seperti itu oleh Kiai Hasyim. Maklum, Kiai Hasyim dibesarkan dan pernah lama ikut memimpin Ansor. Namun, harus dicatat, dengan kesukaannya pada humor itu, tak berati Kiai Hasyim hanya suka berseloroh.
Humor-humornya selalu bernas, memuat atau mengantar ke pesan-pesan yang serius, terutama dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Pesan Kiai Hasyim selalu serius, tetapi disampaikan dengan santai sehingga sering disebut pesan "sersan" (serius tapi santai).
Almarhum selalu berpesan agar Islam benar-benar menjadi rahmatan lil alamin. Islam harus ramah dan menjaga kekukuhan ikatan kebangsaan (nasionalisme) Indonesia tanpa boleh memaksa-maksa atau bersikap tidak toleran terhadap kelompok-kelompok lain.
Pada diri Kiai Hasyim ada integrasi ide antara keindonesiaan dan keislaman. Pada diri Kiai Hasyim juga ada contoh bagaimana menjadi warga negara yang mencintai kebersatuan dalam keberagaman bangsa Indonesia dan mengamalkan ajaran Islam sebagai prinsip penuntun hidup sebagai muslim.
Itulah sersannya KH Hasyim Muzadi. Selamat jalan, Cak. Sampaikan salam rindu saya kepada Gus Dur di alam sana. Allahumma ighfir li-Hasyim Muzadi. []
*Ketua Dewan Pertimbangan Ikatan Sarjana Nahdlatul Ulama (ISNU)
-------------------------
--Sumber Tulisan: JPNN & Madaniy.com (Jum'at, 17 Maret 2017)
--Foto: Dokumentasi saat Prof. Mahfud MD bersama KH. Hasyim Muzadi, Prof. Alwi Shihab, Gus Dur dan KH. Abdullah Faqih tahun 2002.
KISAH KAROMAH2 HABIB UMAR BIN HAFIDZ BSA
KISAH KAROMAH2 HABIB UMAR BIN HAFIDZ BSA
.
Ulama Karomah Habib Umar bin Hafidz - Nama Lengkapnya adalah Al Habib Umar bin Muhammad bin Salim Bin Hafidz bin Syech Abu Bakar. beliau adalah pengasuh pondok pesantren Darul Mustafa yang berada di kota Tarim, Hadraumut, Yaman.
Habib Umar adalah salah satu waliyullah dan ulama abad ini yang memiliki murid yang tersebar di seluruh dunia termasuk Indonesia. salah satu murid beliau Alm Habib Munzir Al Musawwa yang merupakan pimpinan Majelis Rasulullah SAW mengatakan bahwa gurunya Habib Umar bagaikan Paduan Sosok Samudra Syariah, Samudrah Dakwah, Samudera Ibadah, Samudra Makrifah dan Haqiqah. Habib Umar bin Hafidz adalah ulama shaleh yang berakhlak mulia serta memiliki sifat yang wara dan tawadu. dakwahnya juga tidak mengenal waktu dan tempat. berbagai negara termasuk indonesia pun telah dikunjunginya. semua dilakukan semata mata untuk menegakkan dan menyebarkan agama ALLAH SWT. Tingkat keilmuan Habib Umar pun sangat tinggi, beliau menguasai berbagai bidang ilmu agama islam dan hafal ratusan ribu hadist. tak heran jika derajat kewalian pun nampak pada diri beliau.
derajat kewalian Al Habib Umar bin Hafidz ini pun telah diakui berbagai ulama dunia. hal tersebut sering nampak pada karamah beliau yang sering terjadi. meski beliau selalu bersikap tawadhu, namun sering nampak pula tanda tingginya derajat beliau dalam kesehariannya, bahkan hal hal yang tak masuk akal dan menentang logika sekalipun. hal inilah yang disebut dengan karomah. Baca Juga : 20 Sifat Mustahil ALLAH SWT Dan adapun dari sekian banyak karomah yang ada pada diri Habib Umar, beberapa terangkum dan diceritakan oleh orang orang yang menyaksikan langsung termasuk murid murid beliau. nah langsung saja berikut ini kisah kehebatan dan karomah Habib Umar bin Hafidz . . .
Karomah Habib Umar bin Hafidz
Karomah Habib Umar bin Hafidz Muncul Dalam Mimpi Muridnya
Dikisahkan oleh Habib Mundzir, dulu waktu aku masih belajar di kota ini (Tarim), ada salah satu murid Al Habib Umar bin Hafidz yang melakukan pelanggaran berat yaitu mabuk minuman keras. Mengetahui akan hal itu, Habib Umar menjadi marah besar. Aku tidak pernah melihat Habib Umar marah seperti waktu itu (memang jarang sekali beliau marah, bahkan hampir tidak pernah) Akhirnya anak itu dipulangkan ke negaranya (Indonesia). Sepulangnya ia ke Indonesia, perbuatannya semakin hari semakin parah. Setiap malam ia pergi ke diskotik dan minum minuman keras, kami tahu bahwa hal ini terjadi disebabkan kemarahan Habib Umar. Ketika aku pulang ke Indonesia, aku mendengar bahwa anak itu meninggal dunia. Aku datang ke rumahnya untuk bertakziah, di sana aku bertemu dengan ayahnya.
Sang ayah lantas menceritakan semua yang terjadi pada anaknya: ”Alhamdulillah… anakku ini sudah bertobat sebelum ia wafat. Seminggu sebelum wafatnya, ia mimpi bertemu gurunya Habib Umar bin Hafidz, beliau berkata pada anakku: ”al’aan waqtak.. sekarang sudah tiba waktumu.” Keesokan harinya, ia mengaku bahwa semua keinginan maksiatnya telah hilang. Entah kenapa mulai saat itu yang ia kerjakan hanyalah pergi ke masjid, membaca al Quran dan berdoa sambil menangis dalam shalat tahajjudnya. Sampai akhirnya ia meninggal dunia seminggu setelahnya.”
Karomah Habib Umar bin Hafidz Yang Diluar Akal
Dikisahkan bahwa ketika seorang aktifis senior yang berasal dari Yaman sedang sakit, sedangkan Guru Mulia Al Habib Umar pada saat itu menjalani ibadah umrah, dan aktifis ini sakit parah dan akhirnya dibawa ke Jordan untuk operasi, namun operasinya gagal, ia pun wafat, sudah dipakaikan kejut jantung berkali-kali namun dia tak lagi bernafas dan jantungnya pun berhenti.
Iapun di dorong ke kamar mayat, teman yang menemaninya menangis sambil melihat aktifis itu didorong ke kamar mayat dengan kedua telapak kaki agak tersingkap. Maka kemudian dia menelepon Guru Mulia Al Habib Umar di medan umrah, menyampaikan belasungkawa dan kabar duka kematian sang aktifis. Namun dengan sekejap guru mulia menjawab dengan tegas hanya dengan satu kata: "TIDAK...!!! lalu beliau menutup telpon.
Ucapan beliau yang saat mengatakan TIDAK itu dalam waktu yang sama ibu jari si mayit bergerak dan ia hidup kembali. Kejadian itu sekitar 4 tahun yang lalu dan ia hingga kini masih sehat wal afiah.
Ucapan TIDAK itu merupakan salah satu keramat kemuliaan dari Wali ALLAH, yaitu membangkitkan yang mati hidup kembali. Guru Mulia kita bukan sembarang guru, bagaikan paduan sosok samudera syariah, samudera dakwah, samudera ibadah, samudera makrifah dan haqiqah. Semoga kita dikumpulkan kelak bersama beliau disurga firdaus-Nya. Aamiin.
Karomah Habib Umar bin Hafidz
Menundukkan Singa
Diambil dan diedit dari tulisan KH. Mukhlas Noer (Ketua Ponpes Lirboyo Kediri).
Kisah ini juga pernah disinggung oleh almarhum al-Habib Mundzir bin Fuad al-Musawa.
Suatu saat al-Habib Umar bin Hafidz ingin melakukan perjalanan dakwah ke pedalaman Afrika. Ketika itu beliau ditemani oleh seorang muallaf bernama Khomis.
Khomis adalah salah satu diantara orang-orang yang masuk Islam melalui perantara tangan al-Habib Ahmad Masyhur bin Thaha al-Haddad dan sering membantu kegiatan dakwah beliau selama di daerahnya. Pedalaman Afrika yang ingin dikunjungi oleh al-Habib Umar harus melewati hutan belantara, yang mana hutan belantara Afrika terkenal akan hewan buasnya. Tapi dengan mantap Habib Umar bin Hafidz memberikan isyarat untuk segera berangkat. Dimulailah perjalanan dakwah beliau. Sebelum masuk ke dalam hutan, beliau beserta rombongan dihentikan oleh beberapa orang polisi yang sedang berjaga di sebuah pos dekat dengan hutan yang ingin dilalui oleh al-Habib Umar.
Mereka hendak memperingatan agar al-Habib Umar tidak memasuki hutan karena hari sudah malam. Ditakutkan beliau dan rombongan akan diserang oleh beberapa hewan buas yang keluar untuk mencari mangsa di saat malam tiba. Al-Habib Umar pun keluar dari mobil yang ditumpanginya dan berdiri di samping mobil tersebut. Serta merta al-Habib Umar memerintahkan seseorang untuk menggelar tikar di dekat mobil dan memerintahkan rombongan untuk membaca Maulid al-Habsyi (Simthud Durar).
Pembacaan maulid pun dimulai. Karena para polisi yang berjaga di pos itu beragama Kristen, mereka pun hanya bisa menonton dari kejauhan. Setelah pembacaan maulid selesai, al-Habib Umar mendapat isyarat untuk melanjutkan perjalan malam itu juga. Para polisi itu tetap berusaha untuk mencegahnya, tapi al-Habib Umar bersikeras ingin melanjutkan perjalanannya.
Para polisi pun kalah argumen dan berinisiatif untuk mengikuti al-Habib Umar dari belakang menggunakan mobil lain, takut kalau tejadi apa-apa dengan al-Habib Umar dan rombongan. Di tengah perjalanan hal yang dikhawatirkanpun terjadi. Di depan mobil yang ditumpangi oleh al-Habib Umar, muncul seekor singa. Ketika itu al-Habib Umar duduk di kursi depan. Mulailah singa itu mengitari mobil tersebut. Walaupun demikian sang Habib tetap tenang, berbeda dengan rombongan lain yang mulai menunjukkan rasa ketakutannya. Tak lama kemudian singa itu berhenti di depan jendela sebelah tempat duduk al-Habib Umar, lalu menaikkan kaki depannya ke atas jendela. Al-Habib Umar pun tetap tenang tanpa menunjukkan rasa ketakutan sedikitpun. Lalu beliau berkata kepada supir: “Turunkan jendela ini!” Supir pun menjawab dengan ketakutan: “Ya Habib, ini singa!” Tapi al-Habib Umar tetap ingin agar dia menurunkan jendela tersebut. Kaca jendela pun diturunkan. Suatu kejadian menakjubkan pun terjadi, al-Habib Umar mengajak bicara singa tersebut! “Hai singa! Kami ini adalah utusan Rasulullah Saw.” Kemudian al-Habib Umar mengambil sebuah pisang dan memberikannya kepada singa itu. Singa yang biasanya makan daging, kali ini mau memakan pisang yang diberikan al-Habib Umar. Setelah memakan pisang itu, singa mengangguk-anggukkan kepalanya lalu pergi meninggalkan al-Habib Umar dan rombongan.
Perjalanan pun kembali dilanjutkan. Tak lama kemudian al-Habib Umar dan rombongan sampai ke tempat tujuan. Setelah menyaksikan kejadian yang luar biasa itu, para polisi yang sebelumnya beragama Kristen itupun ingin mengikrarkan diri mereka untuk masuk agama Islam.
Ternyata kejadian yang mereka saksikan menjadi sebab hidayah Allah Swt. yang ingin mengembalikan mereka ke dalam pelukan Islam.
Karomah Habib Umar bin Hafidz
Menundukkan Jin
Seorang santri Darul Musthofa dari Malaysia mendapat kabar yang cukup mengagetkan dari keluarganya di rumah. Kabarnya, ketika itu saudarinya yang di rumah sedang dirasuki oleh jin. Pihak keluarganya telah mengusahakan berbagai cara untuk mengeluarkan jin itu, tapi ternyata hasilnya nihil. Akhirnya, santri ini berinisiatif untuk meminta bantuan kepada gurunya, Guru Mulia Habib Umar bin Hafidzh. Setelah Guru Mulia selesai menunaikan salah satu sholat, santri tadi memberanikan diri maju untuk mengutarakan hajatnya.
Ia pun berkata, “Ya Habib…sekarang saudari saya di Malaysia sedang dirasuki oleh jin dan jin itu sangat susah untuk dikeluarkan”. Guru Mulia langsung paham kalau santri ini sedang meminta bantuannya. Tiba-tiba Guru Mulia terlihat seperti memandang seseorang dan beliau pun berucap, “Ihtariq (artinya: terbakar kau)!!!”. Santri itu sempat bingung dengan apa yang dilakukan Guru Mulia, tapi ia hanya berhusnudzhon saja mungkin ada hikmah di balik semua ini. Lalu santri itu pun pamit untuk segera menghubungi keluarganya dan memastikan keadaan saudarinya. Dan Subhanallah…jin yang merasuki tubuh saudarinya itu telah keluar. Dan dia baru sadar maksud dari sikap Guru Mulia tadi, ternyata Guru Mulia tadi seperti memandang ke arah jin itu dan kemudian mengancamnya dengan ucapan beliau “ihtariq!!!”. Seorang santri Darul Musthofa lain pernah ditanya oleh seorang Syekh di Tarim. Syekh itu berkata, “Apakah kau tahu mengapa gurumu sering diundang ke acara selamatan rumah baru??”. Santri itu menjawab bahwa ia tidak tahu. Lalu Syekh itu pun menjawab pertanyaannya sendiri, “Apabila gurumu itu hadir di rumah yang masih dihuni oleh jin, maka hanya dengan beliau melihat ke suatu arah, jin-jin di arah itu pun akan lari keluar dari rumah baru itu dan begitu seterusnya hingga rumah itu bersih dari para jin pengganggu tersebut.
Karomah Habib Umar bin Hafidz
Membantu Dalam Mimpi
Pada 9 November 2015 saat kajian Majelis Jalsatul Itsnain Majelis Rasulullah SAW, Pengasuh Majelis Warotsatul Musthofa Jakarta, Sayyidil Habib Muhammad Albagir bin Alwy bin Yahya menceritakan bahwa belum lama ini kurang lebih seminggu yang lalu, ada seorang jama’ah yang sedang dalam perjalanan melihat seorang anak kecil yang mengalami kecelakaan tertabrak di depan kendaraanya. Waktu itu tidak ada seorang pun yang berani menolong, akan tetapi jama’ah tersebut tergerak hatinya untuk menolong si anak ini. Saat jama’ah tersebut melihat, ternyata “maaf” hancur kepala anak itu. Kemudian segera dibawanya anak tersebut ke salah satu rumah sakit terdekat, tetapi melihat keadaan yang parah dari si anak, rumah sakit tersebut pun tidak mampu menerima dan tidak sanggup untuk mananganinya. Kemudian bergegaslah jama’ah tersebut membawa anak ini ke rumah sakit berikutnya.
Dengan penuh keyakinan dan harapan besar atas kesembuhan anak ini, dalam perjalanan ia pun terus bertawasul berdoa memohon pertolongan kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala dengan mengatakan, “Ya Allah, dengan keberkahan Guru Mulia Alhabib Umar bin Muhammad bin Salim bin Hafidz dan dengan keberkahan Syech Abu Bakar bin Salim, mohon tolong Ya Allah anak ini!”. Ia bertawasul dari hatinya yang paling jujur kepada Allah. Kemudian, sampailah ia ke dalam rumah sakit, lalu ditangani oleh dokter, dan diobati segala macam. Setelah mendapatkan pertolongan pengobatan, subhanallah dirapikan kepalanya, sampai dokter berkata, “Ini terkena selaput otaknya”, sehingga dilakukanlah tindakan operasi oleh pihak dokter. Singkat cerita, selesai operasi, sadarlah anak ini. Setelah sadar dengan polosnya ia mengatakan, “Dimana orang yang tadi memberi saya makanan, yang pakai sorban di kepalanya?” Seisi ruangan tersebut pun dibuat bingung oleh pertanyaan si anak. Lalu jamaah yang menolong anak ini pun balik bertanya, “Yang mana? Saya membawa kamu ke sini sendiri, tidak ada orang lain, tidak ada orang yang mengenakan sorban. Hanya saya, yang pakai pakaian kantor”. Tapi hatinya jujur, mungkin anak ini belum pernah bertemu dengan guru mulia. Kemudian dilanjukan oleh si anak dengan mengatakan, “Itu… yang jenggotnya merah”. Mendengar pernyataan anak ini, teringatlah Habibana Umar bin Hafidz dibenak jama’ah tersebut. Lalu ia ambil handphone miliknya dan mencari foto guru mulia kemudian ia tunjukan kepada anak ini dan menanyakan, “Yang ini kah orangnya?”. Dan lagi-lagi dengan polosnya si anak itu menjawab, “Iya, yang ini orangnya, tadi dia kasih makan saya yang enak-enak”.
Karomah Habib Umar bin Hafidz
Lolos Dari Kepungan Lawan
Beliau Alhabib Quraisy Baharun adalah saudara dan teman sepondok Al Habib Husin Abu Bakar Ba'abud (Ro-Sho), dan menantu Al habib Musthofa bin Muhammad bin Thohir Ba'abud, Kediri. Selain aktif dalam berdakwah, mengasuh santri, memimpin Majelis, ternyata beliau juga ahli dalam harkah atau ilmu bela diri. Ada kisah menarik tentang beliau, ketika masih belajar di "Daarul Musthofa" asuhan Al Habib Umar bin Hafidz.Alkisah Suatu ketika guru beliau, yaitu Al Habib Umar bin hafidz diundang dalam sebuah acara "seminar" atau yang semisal sebagai nara sumber, untuk menyampaikan hujjah atau penjelasan terkait dengan amaliyah amaliyah Ahlussunnah wal jamaah, yang sering disebut oleh kelompok tertentu sebagai sebuah ajaran yang tidak ada tuntunan sunnah.
Acara seminar dilaksanakan di dalam gedung tertutup dan jauh dari pantauan umum. Sebuah insiden ("sabotase" mungkin) terjadi di tengah tengah acara. Tiba tiba listrik padam, dan dalam suasana gelap gulita ini Al habib Umarpun tiba tiba diserang oleh para peserta seminar, yang mayoritas adalah kaum yang kurang sefaham dengan beliau.
Beliau dipukul, di tendang, entahlah apa yang sedang bisa anda bayangkan, "na'uudzubillah...., na'uudzubillah". Dan kabar inipun langsung terdengar oleh santri santri Darul Musthofa. Maka tanpa pikir panjang berangkatlah dua jawara pondok menuju lokasi, yaitu Alhabib Quraisy Baharun, Cirebon dan Al Habib Sholeh Al Jufri, Solo.
Begitu sampai lokasi, beliau berdua nampak marah besar dan tidak sabar untuk masuk kedalam gedung, dimana guru mulia Al Habib Umar bin Hafifz sedang dalam bahaya. Alhabib Quraisy tidak berfikir untuk lapor Polisi, atau mengajak pasukan dari teman teman pondok, beliau justru berangkat sendiri dengan Al Habib Sholeh Al Jufri saja. Sebelum bisa menembus masuk kedalam gedung yang tertutup itu, beliau bertanya kepada seseorang (mungkin kepada supir dari Al Habib Umar) : "Apa benar, ada insiden, bahwa guru kita sekarang sedang dalam bahaya begini...., begitu..... di dalam sana...?" Dia menjawab : "Ya, benar, tadi guru kita menyampaikan materi ini itu, lalu tiba tiba ada suara seperti perdebatan hebat, lalu listrik padam, lalu para hadirin ramai ramai menghajar guru kita, dan insiden itupun masih berlangsung sampai sekarang". Alhabib Quraisy : "Lalu, bagaimana keadaan guru kita...?" Dijawab : "Itu...., guru kita baik baik saja, tidak merasa disentuh oleh siapapun, beliau sedang istirahat, nyantai dalam mobil, dan entahlah.... siapa yang saat ini sedang dihajar, dipukuli didalam sana....". Aku teringat ayat 157 surat An-nissa : ﻭَﻣَﺎ ﻗَﺘَﻠُﻮﻩُ ﻭَﻣَﺎ ﺻَﻠَﺒُﻮﻩُ ﻭَﻟَﻜِﻦْ ﺷُﺒِّﻪَ ﻟَﻬُﻢْ . Subhaanallah..... Karomah Habib Umar bin Hafidz Muncul Lafadz di Keningnya Sayyid Salim bin Umar bin Hafidz menceritakan, salah satu "karomah" yang pernah ia lihat dari sang ayah, Habib Umar bin Hafidz: "Dulu ... sempat tampak cahaya berbentuk lafadz Allah di kening ayahku(Habib Umar bin Hafidz), melihat "keajaiban" itu, kamipun memberitahu beliau akan hal itu, akan tetapi ia sama sekali tidak mempedulikan ucapan kami, ia bahkan sama sekali tak melihat ke kaca untuk memastikan apakah hal itu benar atau tidak." Ketika akhirnya banyak orang-orang yang berkata padanya bahwa mereka memang melihat ada lafadz Allah yang tertulis di keningnya,ia hanya berkata pada mereka: "aku lebih tahu siapa diriku yang hina ini daripada kalian." Sekian artikel tentang karomah Habib Umar bin Hafidz yang bisa kami bagi. semua kisah diatas kami rangkum dari berbagai sumber terpercaya terutama melalui website Majelis Rasulullah yang dikisahkan langsung oleh Habib Mundzir bin Fuad Al Musawwa. tentunya masih banyak lagi segudang karomah yang beliau miliki yang tidak terangkum dalam artikel ini. semoga kita kelak di akhirat dikumpulkan bersama orang orang shaleh. Amiin.
Thursday, September 28, 2017
Ilmuwan dan karyawan
TANPA JUDUL
Oleh : Najih Ibn Abdil Hameed*
.
Kutulis khusus untukmu, anak anakku yg sedang kuliah.
.
Pertama niat dan tujuan. Saya tidak tahu persis untuk apa dan atas pertimbangan apa kalian sekarang memilih salah satu mata pelajaran untuk didalami hingga ke perguruan tinggi. Bahkan satu mata pelajaran pilihan kamu itu akan menjadi bagian hidup tak terpisahkan darimu selamanya. Sarjana kimia, guru kimia, atau professor kimia akan menjadi cap yang melekat padamu selamanya. Begitu juga mapel lainnya.
.
Beberapa kemungkinan, tujuan kamu mempelajari memang untuk menjadi guru. Sekedar menghafal teori teori yg sudah ada lalu menyampaikan ulang kepada murid muridmu nantinya. Ini bukan ranah keilmuan namanya, tapi ranah kerja. Tidak beda dengan fakultas keahlian lain yang memang menyiapkan kader kader untuk bekerja di bidang itu.
.
Iya kalau kamu beruntung diterima saat ada lowongan bidang pilihan kamu. Jika nyatanya kamu mendapatkan profesi pekerjaan yang berbeda, rumus rumus fisika yang kamu kumpulkan bertahun tahun dengan susah payah dan biaya mahal itu, kemungkinan besar hilang tinggal kenangan. Ya saya sih tetep doakan semoga tetap manfaat ilmunya.
.
Jika tujuanmu lebih dari sekedar menjadi guru, lebih dari mencari pekerjaan (lebih tepatnya mencari penghasilan dari pekerjaan), akan tetapi ingin mengembangkan keilmuan, yang penerapannya akan berguna bagi kelangsungan hidup umat manusia, betapa luhur cita citamu. Kamu memang layak disebut calon ilmuan. Bukan sekedar calon karyawan.
.
Ilmuwan adalah mereka yang terus memutar otaknya demi mengemban sebuah misi, bukan mereka yang memimpikan kenyamanan kursi kerja, yang muaranya pada penghasilan, apalagi puas dengan gaji bulanan. Sepertinya tidak perlu sekolah tinggi untuk sekedar mencari rizki. Ratusan ribu sarjana menganggur dan jutaan manusia strata di bawahnya bisa hidup layak dan bahagia.
.
Bagi seorang muslim yang menyadari keberadannya di alam semesta ini hanyalah bagian terkecil dari ciptaan Allah, maka tidak akan ada tujuan lain dalam benaknya dalam segala aktifitas hidupnya, selain berusaha menyumbangkan seluruh usia hidupnya yang hanya sekian detik ini (jika dibanding milyar tahun umur dunia), untuk mengemban tugas dari Allah yang telah menciptakan keberadaannya. Yaitu menjadi kholifah di bumi untuk ikut berusaha mengkondisikan lingkungan (alam dan masyarakat) sekitarnya agar selalu sesuai dengan "keinginan" (aturan) Allah, hingga ia kembali kepada Allah meninggalkan dunia dengan membawa RidhoNya.
.
Kedua, khusus untuk kamu yang mendalami sains.
.
Anakku, alam semesta raya ini telah diciptakan Allah jauh sebelum lahir ilmu sains. Allah satu satunya yang mendesain, menciptakan, mengatur, dan menjaga hingga alam semesta masih tetap bertahan dengan keteraturannya sampai hari ini. Ilmu pengetahuan atau sain adalah sekumpulan teori teori yg ditulis dari hasil pengamatan manusia terhadap keteraturan alam semesta ciptaanNya.
.
Menjadi sangat dungu ketika akhirnya kenyataan ini dibalik. Manusia selalu mengukur alam semesta dengan teori teori sains. Sehingga apapun kejadian yg berbeda dengan teori dianggap hoax. Bahkan Berita yg diceritakan oleh Allah melalui Alquran atau melalui rasulnya, harus disaring dulu dengan teori ilmu pengetahuan. Mana yg cocok, diterima, yang kurang cocok harus ditakwil (direka tafsir) agar cocok dengan teori mereka.
.
Satu contoh sederhana. Sejak pertama kali Allah menciptakan makhluk bernama api, selalu (Allah) menjadikan benda benda yang di dekatinya menjadi panas atau terbakar, kejadian panas dan terbakar yg selalu berulang sepanjang sejarah ini, diamati oleh manusia (ilmuan), dihitung dan diteliti sedemikian rupa hingga tercetuslah teori perpindahan kalor dengan rumus rumusnya yg biasa kita pelajari di pelajaran fisika.
.
Anehnya ketika Allah bercerita bahwa Nabi Ibrahim kedinginan ketika dibakar api oleh raja kafir, serta banyak umat Nabi Muhammad saw, para wali Allah yg memiliki karomah sama, tidak mempan dibakar api, cerita cerita ini dianggap tidak logis karena tidak sesuai dengan rumus kalor.
.
Sampai banyak orang yang gara gara sekolah terlalu tinggi bidang sains, menjadi tidak percaya kepada tuhan, menjadi atheis (tidak beragama) atau minimal agnostik (beragama di KTP, tapi tidak menerima aqidah dan aturan agama).
.
Apakah salah jika produsen pentol bakso yg sejak zaman prasejarah selalu membuat pentol berbentuk bulat, suatu hari membuatnya berbentuk balok atau bentuk hati? Apakah pembuat pentol berbentuk balok harus dibunuh hanya karena kebiasaanya membuat bakso bulat sudah terlanjur ditulis oleh konsumen dalam sebuah kamus besar bahasa, pentol adalah daging bla bla bla berbentuk bulat.
.
Seharusnya setiap atom atau molekul alam semesta yang kamu pelajari ini, menambah keyakinamu atas kehebatan Allah, kemahakuasaanNya serta kasih sayangNya kepada manusia. Lalu membuatmu semakin takut dan cinta kepadaNya. Menggerakkanmu semakin rajin dan ikhlas mengabdikan diri kepadaNya. Bukan justru membatasi kuasaNya dengan rumus rumusmu. Bahkan meniadakan tuhan karena menganggap alam semesta diatur oleh hukum gravitasi dan hukum hukum lainnya.
.
Titik terpenting anakku. Apakah ilmu ilmu yg kamu pelajari selama ini sudah membuatmu semakin takut kepadaNya?? Semakin berilmu semakin takut dan cinta kepadaNya? Jika tidak, entah siksa apa yg akan kamu dapatkan dari ilmumu. Sebab definisi ilmu manfaat adalah ilmu yg menjadikan manusia semakin takut kepada Allah. Tidak peduli itu ilmu agama, kitab kuning, atau ilmu pengetahuan umum, jika ia tidak membuatmu takut kepadanya, maka doakan penulis agar selamat dari ancaman hadits Nabi yg artinya " Manusia yg paling dahsyat siksanya di hari kiamat adalah orang alim yg Allah tidak menjadikan ilmunya manfaat"
.
Bojonegoro, 28 September 2017
Najih Ibn Abdil Hamid
-------
*Penulis adalah tukang ngobraki santri di Pondok Pesantren, dan tukang ngobraki guru di Sekolah Aliyah. Ayo nang masuk kelas wis bel kae lho.
pangkal dari segala keta'atan
Berikut ini adalah pangkal dari segala keta'atan, yg dengannya seorang hamba dapat mencapai derajat orang2 yg shaleh :
1. Menjauhi sifat gampang bersumpah dgn nama Allah, baik dengan sengaja maupun tidak, sekalipun dalam hal yg benar (bukan sumpah palsu) . jika sikap ini sudah dimiliki, maka Allah akan membukakan baginya pintu cahaya-Nya, yg dengannya ia mampu merasakan besar manfa'atnya pada dirinya, diantaranya ia akan memiliki iman yg kuat dan pandangan hati yg tajam, shg ia disegani oleh orang lain.
2. Menjauhi perbuatan dusta sama sekali, baik sewaktu becanda maupun serius. jika ia telah mampu demikian maka Allah akan melapangkan dadanya dan membersihkan hatinya dari keiningan berbuat dusta, shg tidak ada yg bisa mempengaruhinya utk melakukannya.
3. Menjauhi ingkar janji dengan sengaja, sebab perbuatan ini termasuk kpd perbuatan dusta yg dibenci oleh Allah.jika ia sudah meninggalkannya maka Allah membukakan pintu rezekinya dan menimbulkan rasa kasih sayang dari orang2 yg baik thdnya.
4. Tidak mengutuk ataupun menyakiti makhluk apapun. jika ia mampu demikian, maka Allah menjaganya di dunia serta memberinya rasa nikmat beribadah kepada-Nya.
5. Menjauhi mendoakan yg tidak baik thd orang lain, sekalipun orang itu telah mendholiminya. begitu juga, menjauhi mengata-ngatainya atapun memeprlakukan yg tdk baik thdnya.
orang yg mempunyai sifat ini akan mndapatkan derajat yg tinggi disisi Allah di dunia dan akherat, serta di segani oleh orang2 lain.
6. Tidak menuduh seorang muslim dengan tuduhan kafir, musyrik, ataupun munafiq. orang yg sanggup spt ini akan emndapatkan rahmat dan derajat yg tinggi dari Allah ta'ala.
7. Jauhi memandang dan mengangan -angankan perbuatan maksiyat baik lahir maupun bathin. sebab sikap ini akan segera mendatangkan pahala dari Allah baik di dunia maupun di akherat kelak.
8. Tidak membebani orang lain, sekecil apapun. sikap ini akan mendatangkan penghormatan dari orang2 lain, dan akan mempermudah baginya utk melaksanakan amar ma'ruf nahi mungkar thd mereka.
9. Tidak menggantungkan harapan kpd siapapun selain Allah. orang yg mampu melaksanakan hal inilah sebenarnya orang yg kaya, mulia dan terhormat dalam hidupnya. sebab ia memiliki keyakinan yg benar dan ketawakkalan yg murni, yg kedunya merupakan salah sata dari pintu zuhud yg akan mengantarkannya kpd sikap wira'i dalam dunia ini.
10. Hendaklah memiliki sifat rendah hati / tawdlu', sebab sifat ini akan mengantarkannya kpd kemuliaan, derajat yg tinggi dan kedudukan yg terhormat di sisi Allah juga di sisi makhluk-Nya .
Semua perkara di atas merupakan pangkal dari segala keta'atan yg dengannya seorang hamba dapat mencapai derajat orang2 yg shaleh, yg senantiasa ridla kepada-Nya baik dalam keadaan senang maupun susah. dan itulah kesempurnaan ketakwaan seseorang kepada Allah.
Orang yg memiliki kesepuluh sifat di atas akan memandang orang lain lebih baik daripada dirinya, tidk memandang remeh orang lain.
misalnya , thd orang yg lebih kecil darinya ia akan berkata :
" mungkin orang ini belum pernah berbuat maksiyat kpd Allah sedangkan aku pernah "
Thd orang yg lebih tua darinya ia akan berkata :
"orang ini lebih dahulu beribadah kpd Allah daripada aku ."
Thd orang yg alim ia akan berkata :
" orang ini telah memperoleh apa yg belum ku peroleh, dan mengetahui apa yg tdk ku ketahui."
Thd orang bodoh ia akan berkata :
" ia telah berbuat maksiyat lantaran kebodohannya thd agama, sdgkan aku yg sudha tahu masih terus melakukannya. dan aku tdk tahu bagaimana kesudahan hidupnya dan kesudahan hidupku, dimana mungkin saja ia nanti berubah menjadi orang yg berilmu dan ta'at, sedngakn aku berubah menjadi orang yg ingkar kpd-Nya "
dan thd orang kafir ia akan berkata :
" aku tidak tahu, siapa tahu ia nanti masuk islam dan mati dalam keadaan demikian, sebaliknya aku mungkin saja nantinya keluar dari islam dan mati dalam keadaan kafir kepada-Nya "
Mereka adalah orang2 yg suci dan dicintai oleh Allah serta menjadi musuh bagi Iblis laknatulloh alaih. Sifat2 yg mereka miliki itu merupakan pintu pembuka rahmat dan pemutus jalan2 kesombongan dan kecongkakannya. itulah sebenarnya inti daripada ibadah itu sendiri dan puncak dari kemuliaan orang2 zuhud.
Wallohu A'lam.
~Al Guniyah, Syeh Abdul Qodir Al Jaelani~
Wednesday, September 27, 2017
Upaya KPK berantas DI/TII
Fathoni, NU Online | Rabu, 27 September 2017 10:27
Sejarah mencatat, ada sejumlah kelompok yang tidak menyetujui berdirinya Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) pasca resmi dideklarasikan pada 17 Agustus 1945. Gerakan subversif mereka lakukan, makar dan kudeta terhadap pemerintahan RI yang didukung mayoritas rakyat Indonesia menjadi tujuan.
Kelompok-kelompok tersebut adalah Darul Islam/Tentara Islam Indonesia (DI/TII) prakarsa Sekarmadji Maridjan Kartosoewirjo, Partai Komunis Indonesia (PKI) yang saat itu digerakkan oleh Dipo Nusantara Aidit, Pemerintahan Revolusioner Republik Indonesia (PRRI) yang didirikan oleh Letkol Achmad Husein, Perjuangan Rakyat Semesta (Permesta) yang dimotori oleh Lektol Venjte Sumual, Kolonel D.J. Somba, dan Mayor Eddy Gagola.
Sekilas dilihat, upaya bughot (memberontak) sebagian besar dimotori oleh tentara yang sudah merasa tidak sejalan dengan visi pemerintahan yang ada dengan kecenderungan politik kekuasaaan yang tinggi. Di beberapa literatur sejarah menyebutkan, proklamasi kemerdekaan RI dibarengi gerakan hijrah pasukan, baik dari tentara nasional, Hizbullah dan Sabilillah dari kawasan jajahan Belanda ke kawasan RI.
Gerakan pembersihan dalam bentuk hijrah tersebut menyisakan beberapa tentara. Sisa-sisa laskar tentara tersebut selanjutnya diorganisir secara perorangan, misal di Jawa Barat oleh Kartosoewirjo untuk melakukan perlawanan terakhir.
Dijelaskan oleh Abdul Mun’im DZ dalam Runtuhnya Gerakan Subversif di Indonesia (2014), sejumlah tentara yang tertinggal di Jawa Barat tersebut diorganisir kemudian dinamakan Tentara Islam Indonesia (TII).
Setelah itu mereka merancang Negara Islam Indonesia (NII) yang kemudian pada 10 Februari 1948 dan pada 25 Agustus 1948 dikeluarkan maklumat Pemerintah Islam Indonesia yang menandai berdirinya Negara Islam menggantikan Republik Indonesia yang dianggap kafir dan komunis.
Kondisi keamanan nasional seketika kacau apalagi PKI merespon DI/TII yang menganggap bahwa Indonesia merupakan negara komunis dengan menggelorakan perlawanan dengan mengadakan pemberontakan di Madiun pada 18 September 1948. Jika DI/TII ingin mendirikan Negara Islam, PKI berupaya menegakkan Negara Soviet Indonesia.
Penghianatan yang dilakukan oleh DI/TII dan PKI ini mendorong NU sebagai satu-satunya organisasi yang loyal terhadap NKRI untuk segera mengangkat Soekarno sebagai waliyyul amri yang sah sehingga diharapkan bisa menyingkirkan semua yang memberontak dan memusuhi negara.
Sikap NU dan pesantren yan tegas terhadap aksi pemberontakan menyebabkan mereka dimusuhi oleh DI/TII. Beberapa perangkat dakwah NU menjadi sasaran teror. Pesantren, masjid, madrasah NU dibakar, bahkan beberapa kiai diculik dan harta benda dirampas dengan tidak berperikemanusiaan. Bahkan salah satu kiai NU, KH Idham Chalid menjadi sasaran pembunuhan.
Pembentukan KPK
Terhadap gerakan-gerakan subversif ini, para kiai tidak tinggal diam begitu saja. Mereka tidak mau bangsa dan negara yang telah dibangun atas dasar konsensus (kesepakatan) kebangsaan menjadi hancur hanya karena kepentingan kelompok tertentu yang a historis. Aksi gerombolan DI/TII bukannya menguntungkan umat Islam tetapi malah menimbulkan malah petaka bagi Muslim itu sendiri. Tidak sedikit umat Islam yang menjadi korban kekejaman DI/TII.
Gerakan DI/TII yang sudah melampui batas kemanusiaan dan konsensus bersama negara berdasarkan Pancasila membutuhkan pemikiran, bantuan, dan partisipasi aktif dari para kiai. Dalam memoarnya (2008), KH Idham Chalid yang saat itu menjabat sebagai Wakil Perdana Menteri II dan Kepala Badan Keamanan membentuk badan yang diberi nama Kiai-kiai Pembantu Keamanan (KPK).
Kiai di dalam badan disebut KPK ini utamanya untuk merespon anggapan DI/TII yang menganggap bahwa negara ini adalah Republik Indonesia Kafir (RIK). Namun, sejumlah laskar yang memang lahir dari rahim NU seperti Hizbullah dan Sabilillah turut membantu mengantisipasi pemberontakan DI/TII maupun yang dilakukan oleh PKI kala itu.
KPK terdiri dari sejumlah kiai dari beberapa provinsi yang di daerahnya ada gerombolan DI/TII. KH Idham Chalid menunjuk KH Muslich sebagai Ketua KPK. Umumnya, setiap provinsi hanya menunjuk satu orang kiai dalam mengkoordinir gerakan KPK. Kecuali provinsi yang sudah pada kondisi gawat seperti Jawa Barat. Di tanah Priangan ini, diangkat dua orang kiai.
Anggota KPK di Jawa Barat adalah KH Dimyati (Ciparai) dan Moh. Marsid. Untuk Jawa Tengah dipimpin oleh KH Malik, kiai terkemuka asal Demak. Di Jawa Timur ada KH Raden As’ad Syamsul Arifin Situbondo.
Adapun di Kalimantan KPK dimotori oleh KH Ahmad Sanusi, Lampung digerakkan oleh KH Zahri, Sumatera Selatan dipimpin oleh ulama terkemuka di Sumsel dan Rais Syuriyah NU Bengkulu KH Jusuf Umar, Sumatera Tengah KH Kahar Ma’ruf, Sumatera Utara dan Aceh Tengku Mohammad Ali Panglima Pulen (pernah menjadi Ketua PWNU Aceh dan Anggota MPRS, dan di Sulawesi KH Abdullah Joesoef.
Dari badan yang dibentuk oleh KH Idham Chalis tersebut, semua kiai sepakat bahwa DI/TII adalah kelompok pemberontak yang mengganggu keamanan bangsa dan negara secara nasional sehingga perlu dilawan. Apalagi mereka sudah terbukti memakan korban manusia yang tidak sedikit.
Para kiai di dalam KPK menyatakan, penilaian dan anggapan DI/TII yang menyebut Indonesia sebagai Republik Indonesia Kafir (RIK) tidaklah benar. Karena berdasarkan konsensus bersama, seluruh warga negara bebas menjalankan ibadah sesuai keyakinan masing-masing. Sebab itu sebagai negara kesatuan, tidak sepatutnya seorang atau kelompok menginginkan bentuk negara lain yang tidak sesuai dengan kemajemukan bangsa Indonesia. (Fathoni Ahmad)
Menepati janji, percaya dan memaafkan
Suatu hari Sayyidina Umar sedang duduk di bawah pohon kurma dekat Masjid Nabawi. Di sekelilingnya, para sahabat sedang asyik mendiskusikan sesuatu.
Tiba-tiba datanglah 3 orang pemuda. Dua pemuda memegangi seorang pemuda lusuh yang diapit oleh mereka.
Ketika sudah berhadapan dengan Umar, kedua pemuda yang ternyata kakak beradik itu berkata: "Tegakkanlah keadilan untuk kami, wahai Amirul Mukminin!"
"Qishashlah pembunuh ayah kami sebagai had atas kejahatan pemuda ini !".
Umar segera bangkit dan berkata:
"Bertakwalah kepada Allah, benarkah engkau membunuh ayah mereka, wahai anak muda?"
Pemuda lusuh itu menunduk sesal dan berkata:
"Benar, wahai Amirul Mukminin."
"Ceritakanlah kepada kami kejadiannya.", tukas Umar.
Pemuda lusuh itu kemudian memulai ceritanya :
"Aku datang dari pedalaman yang jauh, kaumku memercayakan aku untuk suatu urusan muammalah untuk kuselesaikan di kota ini. Sesampainya aku di kota ini, kuikat untaku pada sebuah pohon kurma lalu kutinggalkan dia (unta). Begitu kembali, aku sangat terkejut melihat seorang laki-laki tua sedang menyembelih untaku, rupanya untaku terlepas dan merusak kebun yang menjadi milik laki-laki tua itu. Sungguh, aku sangat marah, segera ku cabut pedangku dan kubunuh ia (lelaki tua tadi). Ternyata ia adalah ayah dari kedua pemuda ini."
"Wahai, Amirul Mukminin, kau telah mendengar ceritanya, kami bisa mendatangkan saksi untuk itu.", sambung pemuda yang ayahnya terbunuh.
"Tegakkanlah had Allah atasnya!" timpal yang lain.
Umar tertegun dan bimbang mendengar cerita si pemuda lusuh.
"Sesungguhnya yang kalian tuntut ini pemuda shalih lagi baik budinya. Dia membunuh ayah kalian karena khilaf kemarahan sesaat", ujarnya.
"Izinkan aku, meminta kalian berdua memaafkannya dan akulah yang akan membayarkan diyat (tebusan) atas kematian ayahmu", lanjut Umar.
"Maaf Amirul Mukminin," sergah kedua pemuda masih dengan mata marah menyala,
"Kami sangat menyayangi ayah kami, dan kami tidak akan ridha jika jiwa belum dibalas dengan jiwa".
Umar semakin bimbang, di hatinya telah tumbuh simpati kepada si pemuda lusuh yang dinilainya amanah, jujur, dan bertanggung jawab.
Tiba-tiba si pemuda lusuh berkata :
"Wahai Amirul Mukminin, tegakkanlah hukum Allah, laksanakanlah qishash atasku. Aku ridha dengan ketentuan Allah", ujarnya dengan tegas.
"Namun, izinkan aku menyelesaikan dulu urusan kaumku. Berilah aku tangguh 3 hari. Aku akan kembali untuk diqishash".
"Mana bisa begitu?", ujar kedua pemuda yang ayahnya terbunuh.
"Nak, tak punyakah kau kerabat atau kenalan untuk mengurus urusanmu?", tanya Umar.
"Sayangnya tidak ada, Amirul Mukminin".
"Bagaimana pendapatmu jika aku mati membawa hutang pertanggung jawaban kaumku bersamaku?", pemuda lusuh balik bertanya kepada Umar.
"Baik, aku akan memberimu waktu tiga hari. Tapi harus ada yang mau menjaminmu, agar kamu kembali untuk menepati janji." kata Umar.
"Aku tidak memiliki seorang kerabatpun di sini. Hanya Allah, hanya Allah-lah penjaminku wahai orang-orang beriman", rajuknya.
Tiba-tiba dari belakang kerumunan terdengar suara lantang:
"Jadikan aku penjaminnya, wahai Amirul Mukminin".
Ternyata Salman al-Farisi yang berkata.
"Salman?" hardik Umar marah.
"Kau belum mengenal pemuda ini, Demi Allah, jangan main-main dengan urusan ini".
"Perkenalanku dengannya sama dengan perkenalanmu dengannya, yaa, Umar. Dan aku mempercayainya sebagaimana engkau percaya padanya", jawab Salman tenang.
Akhirnya dengan berat hati, Umar mengizinkan Salman menjadi penjamin si pemuda lusuh. Pemuda itu pun pergi mengurus urusannya.
Hari pertama berakhir tanpa ada tanda-tanda kedatangan si pemuda lusuh. Begitupun hari kedua. Orang-orang mulai bertanya-tanya apakah si pemuda akan kembali. Karena mudah saja jika si pemuda itu menghilang ke negeri yang jauh.
Hari ketiga pun tiba. Orang-orang mulai meragukan kedatangan si pemuda, dan mereka mulai mengkhawatirkan nasib Salman, salah satu sahabat Rasulullah S.A.W. yang paling utama.
Matahari hampir tenggelam, hari mulai berakhir, orang-orang berkumpul untuk menunggu kedatangan si pemuda lusuh. Umar berjalan mondar-mandir menunjukkan kegelisahannya. Kedua pemuda yang menjadi penggugat kecewa karena keingkaran janji si pemuda lusuh.
Akhirnya tiba waktunya penqishashan. Salman dengan tenang dan penuh ketawakkalan berjalan menuju tempat eksekusi. Hadirin mulai terisak, karena menyaksikan orang hebat seperti Salman akan dikorbankan.
Tiba-tiba di kejauhan ada sesosok bayangan berlari terseok-seok, jatuh, bangkit, kembali jatuh, lalu bangkit kembali.
”Itu dia!” teriak Umar.
“Dia datang menepati janjinya!”.
Dengan tubuhnya bersimbah peluh dan nafas tersengal-sengal, si pemuda itu ambruk di pangkuan Umar.
”Hh..hh.. maafkan.. maafkan.. aku, wahai Amirul Mukminin..” ujarnya dengan susah payah,
“Tak kukira... urusan kaumku... menyita... banyak... waktu...”.
”Kupacu... tungganganku... tanpa henti, hingga... ia sekarat di gurun... Terpaksa... kutinggalkan... lalu aku berlari dari sana..”
”Demi Allah”, ujar Umar menenanginya dan memberinya minum,
“Mengapa kau susah payah kembali? Padahal kau bisa saja kabur dan menghilang?” tanya Umar.
”Aku kembali agar jangan sampai ada yang mengatakan... di kalangan Muslimin... tak ada lagi ksatria... menepati janji...”*_ jawab si pemuda lusuh sambil tersenyum.
Mata Umar berkaca-kaca, sambil menahan haru, lalu ia bertanya :
“Lalu kau, Salman, mengapa mau- maunya kau menjamin orang yang baru saja kau kenal?"
Kemudian Salman menjawab : Agar jangan sampai dikatakan, dikalangan Muslimin, tidak ada lagi rasa saling percaya dan mau menanggung beban saudaranya”.
Hadirin mulai banyak yang menahan tangis haru dengan kejadian itu.
”Allahu Akbar!”, Tiba-tiba kedua pemuda penggugat berteriak.
“Saksikanlah wahai kaum Muslimin, bahwa kami telah memaafkan saudara kami itu”.
Semua orang tersentak kaget.
“Kalian...” ujar Umar.
“Apa maksudnya ini? Mengapa kalian..?” Umar semakin haru.
Kemudian dua pemuda menjawab dengan membahana :
”Agar jangan sampai dikatakan, di kalangan Muslimin tidak ada lagi orang yang mau memberi maaf dan sayang kepada saudaranya”.*_
”Allahu Akbar!” teriak hadirin.
Pecahlah tangis bahagia, haru dan sukacita oleh semua orang.
Tuesday, September 26, 2017
JADIKAN RUMAHMU SURGAMU
JADIKAN RUMAHMU SURGAMU
Berhias sangat penting bagi pasangan suami-istri. Salah satu faktor pemelihara keharmonisan rumah tangga adalah keindahan penampilan.
Jangan remehkan masalah penampilan. Jagalah penampilan anda di depan pasangan anda, khususnya di dalam rumah. Jangan sampai masalah penampilan merusak keharmonisan rumah tangga anda.
Seorang wanita bertanya kepada Sayidah Aisyah, "Wahai Ummul Mukminin, di wajah saya ini tumbuh bulu, bolehkah saya mencabut bulu itu saat berhias untuk suami saya?"
Aisyah menjawab:
«أَمِيطِي عَنْكِ الْأَذَى، وَتَصَنَّعِي لِزَوْجِكِ كَمَا تَصَنَّعِينَ لِلزِّيَارَةِ، وَإِذَا أَمَرَكِ فَلْتُطِيعِيهِ، وَإِذَا أَقْسَمَ عَلَيْكِ فَأَبِرِّيهِ، وَلَا تَأْذَنِي فِي بَيْتِهِ لِمَنْ يَكْرَهُ»
"Hilangkanlah sesuatu yang mengganggumu. Berhiaslah untuk suamimu sebagaimana kamu berhias kalau mau berkunjung. Kalau dia menyuruhmu, taatilah. Kalau dia meminta sesuatu, penuhilah. Dan jangan kamu masukkan orang yang tidak disukai oleh suamimu." [1]
Ibnu Abbas mengatakan:
إِنِّي أُحِبُّ أَنْ أَتَزَيَّنَ لِلْمَرْأَةِ، كَمَا أُحِبُّ أَنْ تَتَزَيَّنَ لِي الْمَرْأَةُ
"Sungguh aku suka berhias untuk istriku, sebagaimana aku juga suka kalau istriku berhias untukku." [2]
Asma binti Kharijah berpesan kepada putrinya sebelum menikah:
احْفَظِي أَنْفَهُ وَسَمْعَهُ وَعَيْنَهُ فَلَا يَشُمَّنَّ مِنْكِ إِلَّا طَيِّبًا وَلَا يَسْمَعُ إِلَّا حُسْنًا وَلَا ينظر إلا جميلاً
"Jagalah hidung, telinga dan mata suamimu. Jangan sampai ia mencium darimu kecuali aroma wangi. Jangan sampai ia mendengar kecuali ucapan baik. Jangan sampai ia melihat kecuali kecantikanmu." [3]
______________
[1] Mushannaf Abdurrazzaq jilid 3 halaman 146 hadits nomor: 5104.
[2] Mushannaf Ibnu Abi Syaibah jilid 4 halaman 196 hadits nomor: 19263.
[3] Ihya Ulumiddin, Imam Ghazali, 2/57.
Monday, September 25, 2017
DAN PELAJARAN MENAKJUBKAN DARI SEORANG YANG TELAH BERUSIA LANJUT
DAN PELAJARAN MENAKJUBKAN DARI SEORANG YANG TELAH BERUSIA LANJUT
🌾 Seorang pria bertanya kepada orang yang telah lanjut usianya : "Apa yang sudah Anda pelajari dari usia anda yang telah berlalu?"
🌾 Maka orang tua tersebut menjawab :
تعلمت أن الدنيا سلف ودين
🍃 Saya belajar bahwa dunia itu adalah piutang dan hutang (maksudnya take and give, memberi dan menerima).
*تعلمت* ان المظلوم لابد له من
إنتصار ولو بعد حين
🍃 Saya belajar bahwa orang yang teraniaya itu pasti akan mendapatkan pertolongan, meskipun itu setelahnya (tidak saat itu juga)
تعلمت ان سهام الليل لاتخطئ
🍃 Saya belajar bahwa anak panah (yaitu doa) di malam hari takkan meleset (maksudnya terijabah)
تعلمت أن الحياة يمكن أن تنتهي
بأي لحظة و نحن على غفلة.
🍃 Saya belajar bahwa hidup dapat berakhir kapan saja sedangkan kita dalam keadaan lalai.
تعلمت أن الكلمة الحلوة والوجه
البشوش والكرم رأس مال
الأخلاق.
🍃 Saya belajar bahwa perkataan yang manis, wajah yang berseri dan kedermawanan itu adalah modal akhlaq (yang mulia)
تعلمت أن أغنى إنسان في العالم هو
الذي يملك الصحة والأمان.
🍃 Saya belajar bahwa orang yang paling kaya di dunia ini adalah orang yang memiliki kesehatan dan ketentraman.
تعلمت أن من يزرع الثوم لا يجني
الريحان.
🍃 Saya belajar bahwa siapa yang menanam bawang takkan memanen selasih. (Maksudnya seseorang akan memanen apa yang ia tanam)
تعلمت أن العمر ينتهي والمشاغل
لا تنتهي.
Saya belajar bahwa usia itu akan habis (berakhir) sedangkan kesibukan tidak ada habisnya.
تعلمت أن من يريد من الناس أن
يسمعوا منه عليه أن يسمع
منهم.
🍃 Saya belajar bahwa orang yang ingin didengarkan maka ia haruslah mendengarkan orang lain.
تعلمت أن السفر مع الناس هو أدق
مجهر يكشف لك معادن الناس.
🍃 Saya belajar bahwa bepergian dengan orang lain, itu instrumen paling detail untuk menyingkap hal yang terpendam dari seseorang (maksudnya dapat mengetahui sifat orang lain)
تعلمت أن الذي معدنه ذهب يبقى ذهبا
والذي معدنه حديد يتغير
ويصدأ
🍃 Saya belajar bahwa siapa yang menambang emas maka akan tetap emas, namun siapa yang menambang besi kelak akan berubah dan berkarat.
تعلمت ان كل الذين دفنوا في المقابر
كانو مشغولين وعندهم مواعيد
وفي نياتهم أمور كثيرة
لم يحققوها.
🍃 Saya belajar bahwa setiap orang yang dikuburkan, mereka semua tersibukkan dan memiliki berbagai janji namun betapa banyak dari niatan mereka yang belum sempat mereka realisasikan
تعلمت اننا نرتب السرير ونبرد الغرفه
لننعم بالموتة الصغرى.
🍃 Saya belajar bahwa kita senang merapikan ranjang dan membuat kamar tidur kita sejuk agar saat kita "mati kecil" (tidur) tetap bisa nyaman
ولكن هل رتبنا اعمالنا
وبردنا قبورنا بالطاعة
لننعم بالموتة الكبرى
Namun, pernahkah kita merapikan amalan kita dan membuat kuburan kita menjadi sejuk dengan amal ketaatan agar saat kita "mati besar" (wafat) tetap bisa nyaman
يقول أحد الصالحين
🌾 Salah seorang yang shalih berkata :
عجبت للناس يحذرون
من بعض الطعام مخافة المرض
🍃Saya heran dengan manusia, mereka menghindar dari sejumlah makanan karena takut sakit
ولا يحذرون من الذنوب
مخافة النار
Namun mereka tidak menghindar dari dosa karena takut siksa neraka
قرأتها فاعجبتني
💞 Betapa mengagumkan yang kubaca ini
فأحببت أن أبعثها للنفوس الطيبة💐❤👌
🌸 Karena itulah saya senang untuk menyebarkannya teruntuk jiwa-jiwa yang baik...
✏ Dialihbahasakan oleh Abû Salmâ Muhammad
ℳـ₰✍
✿❁࿐❁✿
@abinyasalma
__________________
YANG JARANG DIKETAHUI TENTANG TAHUN HIJRIYYAH
YANG JARANG DIKETAHUI TENTANG TAHUN HIJRIYYAH
JUMLAH BULAN DALAM SETAHUN
12 Bulan
JUMLAH BULAN HARAM
4 Bulan
SIAPA YANG MENETAPKANNYA?
Yang menetapkannya adalah Allah sejak menciptakan langit dan bumi. Dan merupakan ketetapan Agama yang kokoh yang terlarang untuk diubah. (QS al-Taubah ayat 36)
PERHITUNGANNYA
Perjalanan bulan, atau disebut kalender lunar (QS al-Baqarah: 185 dan 189)
NAMA-NAMANYA
1. Muharram
2. Shafar
3. Rabi'ul Awwal
4. Rabi'ts Tsani
5. Jumadal Ula
6. Jamada Tsaniyah
7. Rajab
8. Sya'ban
9. Ramadhan
10. Syawwal
11. Dzhul Qa'dah
12. Dzul Hijjah
YANG MANAKAH BULAN HARAM?
1. Muharram
2. Rajab
3. Dzul Qa'dah
4. Dzul Hijjah
SIAPA YANG MEMBUAT NAMA-NAMA ITU?
Kakek Rasulullah Saw yang kelima, yaitu Kilab bin Murroh setelah bermusyawarah dengan suku-suku Arab.
SIAPA YANG MENGURUTKANNYA DARI MUHARRAM?
Juga Kilab bin Murroh
PADA TAHUN BERAPA?
Tahun 412 M, atau sekitar 150 tahun sebelum Rasulullah Saw diutus.
DARI MANA PENGAMBILAN NAMA-NAMA ITU?
Ada yang diambil dari musim yang terjadi pada saat penamaan. Yaitu:
1. Rab'ul Awwal (Musim Semi Pertama)
2. Rabi'uts Tsani (Musim Semi Kedua)
3. Jumada Ula (Musim Dingin Pertama)
4. Jumada Tsaniah (Musim Dingin Kedua)
5. Ramadhan (Musim Panas)
6. Syawwal (Musim Panas Naik)
Ada yang diambil dari aturan seputar bulan haram dan kegiatan ibadah di dalamnya. Yaitu nama empat bulan haram:
1. Rajab (Agung, karena dilarang berperang)
2. Dzul Qa'dah (Diam, karena dilarang berperang)
3. Dzul Hijjah (Haji)
4. Muharram (Dimuliakan atau diharamkan berperang.
Ada yang diambil dari tradisi Arab setelah bulan Haram. Yaitu:
1. Shafar. Artinya kosong karena mereka mengosongkan rumah-rumah mereka untuk berperang setelah berakhir bulan haram (Muharram)
2. Sya'ban. Artinya bercabang, karena berpencar setelah berakhir untuk kembali berperang setelah berakhir bulan Haram (Rajab)
NAMA BULAN YANG DISEBUTKAN DALAM AL-QURAN
Hanya 1. Yaitu Ramadhan.
APAKAH KALENDER BULAN SESUAI DENGAN MUSIM?
Tidak. Melainkan akan terus bergulir melintasi musim-musim. Ramadhan misalnya, meskipun artinya musim panas, tapi adakalanya terjadi pada musim semi, musim dingin, atau musim panas.
MENGAPA ADA NAMA YANG BERARTI MUSIM?
Karena pada saat pembuatan namanya bertepatan dengan musim-musim itu.
NAMA-NAMA BULAN SEBELUM PERIODE KILAB BIN MURRAH
1. Mu'tamar (Muharram). Artinya bulan muktamar suku-suku Arab.
2. Najir (Shafar). Artinya bulan yang sangat panas.
3. Khuwan (Rabi'ul Awwal). Artinya bulan pengkhianat
4. Bushan / Shuwan (Rabi'uts Tsani). Artinya bulam penjaga.
5. Hanin (Jumada Ula). Artinya bulan rindu. Atau Khatm. Artinya tmpayan hijau.
6. Warnah atau Ziya (Jumada Tsaniyyah). Artinya nama wanita pembunuh yang dijadikan nama bulan).
7. Al-Ashamm (Rajab). Artinya tuli.
8. Wa'l atau 'adil (Sya'ban). Artinya beralih atau adil.
9. Natiq (Ramadhan). Artinya mati atau mencabut.
10. 'Adzil atau Waghil (Syawwal). Artinya pencela atau sekutu.
11. Huwa' (Dzul Qa'dah). Artinya bunglon betina.
12. Burak (Dzul Hijjah). Artinya menderum.
KEKACAUAN PENANGGALAN
Pernah terjadi kekacauan pada penanggalan, tapi bukan pada tanggalnya, melainkan pada bulannya akibat penundaan (interkalasi) Bulan Haram selama berabad abad. Misalnya, bulan haram yang harusnya Muharram maka dijatuhkan pada bulan Shafar, dan seterusnya. Hal ini dilakukan agar aturan-aturan seputar Bulan Haram disesuaikan dengan keinginan mereka. Termasuk menyesuaikan dengan musim yang diinginkan. Pada akhirnya seringkali pelaksanaan ibadah haji jatuh pada bulan yang bukan bulan haji. Demikian pula peperangan yang terlarang di Bulan Haram malah terjadi pada Bulan Haram. Pada pasa berikutnya tak diketahui lagi siklus yang benar bulan-bulan haram.
TOKOH YANG PERTAMA KALI MELAKUKAN PENUNDAAN
Sarir bin Tsa'labah yang disetujuai semua kabilah Arab.
TOKOH TERAKHIRNYA
Junadah bin Auf.
KAPAN DILURUSKAN?
Ayat Al-Quran turun melarang interkalasi dan Rasulullah Saw menjelaskan mana bulan haram yang sesuai siklus yang benar sejak pertama kali Allah menciptakan langit dan bumi. Ini terjadi pada masa Junadah bin Auf, dan berakhirlah masa kekacauan Bulan Haram. (QS al-Taubah 37)
PENENTUAN TAHUN KE-1
Penentuan tahun ke 1 terjadi pada zaman Umar bin Khattab, 6 tahun setelah Rasulullah Saw wafat.
SIAPA YANG MENGUSULKAN?
Abu Musa al-Asy'ari. Saat itu, Abu Musa sebagai gubernur Bashrah menerima surat dari Umar bin Khaththab yang bertarikh bulan Sya'ban tapi Abu Musa bingung apakah bulan Sya'ban yang dimaksud Umar adalah bulan Sya'ban tahun sekarang atau Sya'ban tahun sebelumnya. Lalu Abu Musa mengusulkan dibuatkan penanggalan yang diberikan keterangan tahun.
MENGAPA DISEBUT HIJRIYAH?
Karena Umar bin Khaththab menetapkan tahun pertama dari Hijrah Rasulullah Saw ke Madinah setelah bermusyawarah dengan para sahabat besar. Sehingga disebut Hijriyyah, dan tahun-tahun sebelumnya disebut Sebelum Hijrah.
USULAN SIAPA?
Ali bin Abu Thalib yang mengusulkan agar tahun pertama dihitung dari Hijrah mengalahkan usulan yang lain yang mengusulkan agar tahun pertama dihitung dari kelahiran Rasulullah Saw atau tahun diutus beliau.
BULAN APA RASULULLAH SAW HIJRAH?
Bulan Rabi'ul Awwal tanggal 12
PENENTUAN BULAN PERTAMA DALAM SETAHUN
Umar bin Khaththab menetapkan bulan Muharram sebagai bulan pertama. Hal ini karena Umar bersandar kepada:
1. Rencana hijrah Rasulullah Saw dirancang pada bulan haji (dzul hijjah) di mana terjadi bai'at delegasi dari Madinah kepada Rasulullah Saw di Aqabah, Mina, sehingga sebenarnya rangkaian proses hijrah beliau sudah dimulai sejak berakhirnya bulan Dzul Hijjah, bukan hanya pada Rabi'ul Awwal.
2. Orang-orang Arab sudah lebih dahulu menetapkan bulan Muharram sebagai pertama dalam setahun sementara Rasulullah Saw tidak meluruskannya. Berarti tradisi Arab itu disetujui wahyu.
3. Bulan Muharram terjadi setelah bulan Dzul Hijjah, bulan terakhir dari bulan haji. Para jamaah haji sudah pulang kampung dan memulai hidup baru di bulan Muharram. Tepat kalau bulan Muharram jadi bulan pertama dalam setahun.
APAKAH BOLEH MEMODIFIKASI NAMA-NAMA BULAN?
Nama-nama bulan tidak disebutkan dalam Al-Quran kecuali Ramadhan. Rasulullah Saw pun tidak membuat nama baru untuknya melainkan menganggap cukup dengan nama-nama yang telah dibuat oleh kakek kelima beliau, Kilab bin Murrah. Diamnya beliau bisa difahami dengan dua kesimpulan:
1. Rasulullah Saw mengidzinkan memberi nama dengan nama-nama yang tidak mengurangi keagungannya selama tidak melanggar aturan-aturan Allah terkait siklus-nya. Yaitu 12 bulan dalam setahun dengan 29 atau 30 hari setiap bulannya. Juga tidak melanggar aturan Bulan Haram seperti penangguhan dan lainnya. Kalau tidak mengidzinkan, mana mungkin beliau setuju dengan nama-nama yang dibuat kakek kelimanya.
2. Rasulullah Saw sudah menetapkan dan mengukuhkan nama-nama itu. Berarti tidak boleh diganti lagi dengan yang lain.
Tapi para ulama di Nusantara, mengenal nama-nama bulan Hijriyah yang identik dengan tradisi keislaman lokal. Misalnya nama-nama bulan menurut orang Jawa:
1. Sura / Suro (Muharram)
2. Sapar (Shafar)
3. Mulud (Rabiul Awwal)
4. Bakda Mulud (Rabi'uts Tsani)
5. Jumadil Awwal (Jumadal Ula)
6. Jumadil Akhir (Jumadats Tsaniyah)
7. Rejeb (Raja)
8. Ruwah (Sya'ban)
9. Poso (Ramadhan)
10. Sawal (Syawwal)
11. Apit / Sela(Dzul Qa'dah)
12. Besar / Haji (Dzul Hijjah)
SUDAH BERAPA TAHUN SEKARANG
Di tahun 2017 ini sudah 1439 tahun. Berarti kalau perumusan tahun Hijriyyah dilukan enam tahun setelah Rasulullah wafat maka perumusan tersebut terjadi pada tahun 17 Hijriyyah. Atau 1422 tahun yang lalu.
REFERENSI
1. Al-Ayyam wa al-Layaali wa al-Syuhuur, al-Farra (w. 215 H.)
2. Al-Mufashshal fi Tarikh al-'Arab Qabla al-Islam, Dr. Jawad Ali
3. Al-Bidayah wa al-Nihayah, Ibnu Katsir (w. 774 H.)
4. Sirah Ibn Katsir (w. 774 H.)
5. Tafsir Ibn Katsir (w. 774 H.)
Deden Muhammad Makhyaruddin
Indonesia Murojaah Foundation
Sunday, September 24, 2017
Pesantren, Anak Pe-Ka-I, dan Okky Asokawati
Pesantren, Anak Pe-Ka-I, dan Okky Asokawati
Oleh: Rijal Mumazziq Z
Tahun 1959, KH. Muslim Rifai Imampuro alias Mbah Liem menetap di sebuah kampung ‘abangan’ di daerah Klaten. Selama bertahun-tahun, ia adalah satu-satunya orang di desa itu yang melaksanakan shalat. Maklum, mayoritas penduduk adalah orang awam, sebagian besar simpatisan PKI yang suka menyaksikan pertunjukan drama parodikal dan wayang tentang “kematian Tuhan”.
Yang ia lakukan tidak menentang drama tradisional yang menghina agama tersebut, melainkan mendirikan masjid sederhana. Anak-anak kecil ia ajari Islam. Target antaranya ialah menyiapkan anak-anak itu menjadi generasi Islam masa depan. Sedangkan target utamanya adalah melunakkan hati orangtua mereka dan membuat kampung itu menjadi desa santri.
Maka, tatkala pembantaian kaum komunis terjadi, ia pasang badan melindungi penduduk desa sembari mengatakan dengan lantang di hadapan pasukan pembunuh: “Lho, siapa yang nanti akan shalat di masjidku jika kalian membunuh mereka?”
Setelah berhasil melindungi penduduk desa dari pembantaian massal, Mbah Liem masih harus menghadapi gempuran kekuatan hitam dari alam lain. Alhamdulillah, dengan riyadlohnya, Mbah Liem berhasil menetralisir kekuatan negatif tersebut.
Kisah tersebut saya nukil dari “Urban Sufism”, yang ditulis oleh Martin Van Bruinessen dkk., (hal. 184).
Cara Mbah Liem melindungi umatnya dengan cara yang khas saya kira juga saya dengan yang dilakukan Mbah Kakung saya. Kiai Syafawi, mbah kakung saya, kabarnya, menjadi target bunuh PKI. Bahkan, pusat aktivitas Gerwani lokasinya tidak jauh dari pesantren yang dirintis kakek saya.
Ketika tentara datang ke desa “melakukan pembersihan” di akhir 1966, ibu ibu yang pernah terlibat dalam kegiatan Gerwani merapat ketakutan dan meminta perlindungan ke kakek. Oleh mbah putri saya, ibu ibu ini langsung diminta memakai kerudung (meminjam santriwati) dan diminta mengaku sebagai anggota Muslimat NU agar lolos dari target tangkap TNI AD. Para pemuda dan pengurus PNI juga merapat ke simbah kakung karena khawatir ditangkap karena disangka PKI. Aksi penyelamatan ini kemudian memiliki efek: anak-anak dari perempuan yang disangka Gerwani dan PKI dipondokkan di pesantren simbah. Pakde saya, Pak Matra'i (ayahe Mbak Trisnaning dan Mbak Dian Qies Dian) yang pernah aktif di Laskar Hizbullah kemudian berdinas di TNI AD bahkan pernah menyebutkan nama-nama mata-mata KNIL di desa kami sekaligus membisikkan nama-nama eks “Anggota Pe-Ka-I” yang anak-anaknya dipondokkan di pesantren simbah.
Selain Mbah Liem dan Kiai Syafawi, kiai pesantren lain juga banyak yang melakukan hal yang sama. Melakukan “penyelamatan” dengan caranya masing-masing. Mereka sadar betul, kalaupun orangtua bersalah, menghukum dan menstigma anaknya bukan tindakan tepat.
####
Mesin skrining Orde Baru sangat kejam. Litsus bergerak mencari anggota PKI maupun yang terlibat kegiatan PKI, sebagaimana Gestapo-nya Nazi mencari jejak-jejak Yahudi untuk dimusnahkan, sebagaimana polisi rahasia Stalin mencari pengikut Trotski untuk dieksekusi. Di era Orde Baru, Sukarnois dan simpatisan PNI juga ikut digulung, sengaja maupun tidak, berdasarkan data maupun hanya berdasarkan asumsi dan fitnah belaka. Sedangkan stigma “anak Pe-Ka-I” dengan kejam menempel kepada siapapun yang ayah, pakde, paklik, bude, kakak, atau siapapun kerabat yang digilas mesin politik Orba. Stigma sosial-kultural ini sangat menyiksa dan menghambat perkembangan psikis dan karier sebagian dari mereka yang dituduh “anak Pe-Ka-I”. Stigma ini telah mengharamkan mereka menjadi birokrat, tentara, hingga politisi.
Dari sekian banyak anak yang terstigma, tersebutlah Okky Asokawati. AKBP Anwas Tanuamijaya, ayah Okky, adalah perwira polisi yang didakwa terlibat G-30S/PKI. Okky masih balita saat ayahnya dipenjara. Ketika masih SD hingga SMA dia kerap dirisak karena status ayahnya. Tapi dia tetap berusaha tegar dan bisa melepaskan masalah tersebut dengan cara fokus pengembangan dirinya pada aspek modelling. Kelak, dia dikenal sebagai model papan atas dan pasca reformasi dia menjadi anggota DPR dari Fraksi PPP, hingga saat ini.
Okky memang tidak sefrontal gaya Ribka Tjiptaning Proletariati, sesama anggota dewan (dari PDI-P), yang dengan berani memilih judul bukunya, “Aku Bangga Jadi Anak PKI”. Namun, kalau boleh dipertautkan, keduanya berjuang melawan stigma masa lalu.
Keduanya masih kecil saat peristiwa G30-S/PKI terjadi, sebagaimana Prabowo Subianto masih menjelang akil balig saat ayahnya didakwa terlibat PRRI/Permesta, sebagaimana pula saat Danu Muhammad Hasan, ayah Hilmi Aminuddin (eks Majelis Syuro PKS), ditengarai sebagai Panglima DI/TII, maupun Andi Muzakkar alias Andi Cakka dan Aziz Qahar Muzakkar berhasil menjadi pejabat di Luwu dan anggota DPD RI meskipun keduanya adalah putra Kahar Muzakkar.
Mereka adalah anak-anak yang belum memahami sepenuhnya peristiwa yang menimpa ayahnya, dan belum mengerti stigma sebagai “anak pemberontak” saat ayahnya terlibat dalam peristiwa dan intrik politik yang membuat keluarganya terstigma negatif.
Mereka bertahan dan bangkit dengan caranya masing-masing sembari tetap berusaha menjadi warga negara yang baik dan tidak mengulang “kesalahan” ayahnya.
Wallahu A’lam Bisshawab
https://islami.co/pesantren-anak-pe-ka-dan-okky-asokawati/
Hisab tentang wahyu Allah
Diriwayatkan dari Abd bin Humaid dan Abu Syeh dari Wuhaib bin Ward, ia berkata : Telah datang kabar kepadaku bahwa sesungguhnya hamba yang paling dekat dengan Allah adalah malaikat Isrofil, Arsy berada pada pundaknya. Jika wahyu turun, lauh akan mengayun ke arah Arsy dan mengetuk dahi malaikat Isrofil, kemudian ia membacanya dan mengutus malaikat Jibril untuk menyampaikan wahyu. Jika datang hari kiamat malaikat Isrofil akan dipanggil dan didatangkan, dan ketika itu urat-urat lehernya gemetar, dikatakan kepadanya : "Apa yang engkau lakukan terhadap apa yang telah disampaikan oleh lauh?". Kemudin ia menjawab : "Wahai tuhanku aku telah menyampaikanya kepada Jibril".
Kemudian malaikat Jibril dipanggil dan didatangkan , dikatakan kepadanya : " Apa yang engkau lakukan terhadap apa yang telah disampaikan oleh Isrofil?". Kemudian ia menjawab : "Wahai tuhanku aku telah menyampaikanya kepada para Rasul".
Kemudian para Rasul dipanggil dan didatangkan, ketika itu urat-urat leher mereka gemetar, dikatakan kepada mereka : " Apa yang engkau lakukan terhadap apa yang telah disampaikan oleh Jibril?". Kemudian mereka menjawab : "Wahai tuhanku aku telah menyampaikanya kepada para manusia".
Wuhaib berkata : "Itulah arti dari firman Allah :
ﻓﻠﻨﺴﺄﻟﻦ اﻟﺬﻳﻦ ﺃﺭﺳﻞ ﺇﻟﻴﻬﻢ ﻭﻟﻨﺴﺄﻟﻦ اﻟﻤﺮﺳﻠﻴﻦ {الأعراف : ٦}
Kalau para makhluk yang paling dekat kepada Allah saja di hari kiamat akan di hisab terus bagaimana nasib kita yang hidup dengan kemaksiatan...??!
*تفسير در المنثور ٤١٤/٥*
Al hajjaj dan lelaki dusun
Dahulu Al Hajjaj bin Yusuf dikenal sebagai penguasa yang bengis dan berdarah dingin. Gubernur Iraq itu tak segan-segan membunuh orang yang dia mau. Banyak korban berjatuhan karena eksekusinya. Tangannya sangat berlumuran darah orang-orang tak bersalah.
Suatu hari ia keluar sendirian di kota Kufah dan bertemu dengan seorang lelaki dusun. Al Hajjaj bertanya, "Bagaimana pendapatmu tentang pemimpin kalian?" Maksudnya adalah dirinya sendiri. Saat itu media masih sangat minim sehingga menjadikan banyak orang tidak mengenali wajah penguasanya sendiri.
Lelaki dusun itu balik bertanya, "Maksudmu Al Hajjaj?"
"Ya." Jawab Al Hajjaj.
Lelaki itu menjawab dengan polos, "Semoga dia tertimpa laknat Allah, laknat malaikat dan laknat seluruh manusia."
Al Hajjaj bertanya, "Tahukah kamu siapa aku?"
"Tidak."
"Aku adalah Al Hajjaj."
Lelaki itu balik bertanya, "Tahukah kamu siapa aku?"
Al Hajjaj menjawab, "Tidak."
Lelaki itu menjawab, "Aku adalah budak Bani Amir. Setiap bulan penyakit gilaku selalu kambuh dan hari ini adalah yang paling parah."
Mendengar itu Al Hajjaj tertawa terbahak-bahak kemudian meninggalkan lelaki itu.
Sumber: kitab "Sarhul Uyun" karangan Ibnu Nubatah.
Saturday, September 23, 2017
THARIQAH MENURUT HABIB LUTHFI BIN YAHYA
THARIQAH MENURUT HABIB LUTHFI BIN YAHYA
Ma’rifat adalah “mengerti dan mengenal”. Mengerti belum tentu mengenal, tapi kalau mengenal sudah pasti mengerti. Jadi ma’rifat di sini adalah mengenal Allah Swt., seperti halnya kita mengetahui sifat-sifatNya, baik yang wajib, mustahil dan jaiz. Tapi pengenalan itu baru pondasi. Untuk mengenal lebih jauh kita harus sering-sering mendekati Allah Swt. agar Allah juga mendekat dengan kita.
Makhluk Allah banyak yang mengerti tapi tidak mengenal Allah. Dengan ilmu ma’rifat ini, kita belajar mengenal Allah dan Allah pun akan mengenali kita. Tapi tidak semudah yang kita bayangkan, diperlukan ritual-ritual khusus untuk bisa lebih dekat dengan Allah dan agar kita juga tidak lalai dengan Allah.
Bila dalam mengenal Allah kita sudah dapat saling mengenal, berarti kita sudah semakin dekat dengan Allah. Tapi pasti pengenalan seseorang dengan Allah berbeda-beda, tergantung dengan tahapan-tahapannya. Itulah pentingnya wirid untuk mencapai tingkatan kema’rifatan yang tinggi.
Sebenarnya dalam thariqah yang dikhususkan adalah cara membersihkan hati, tashfiyatulqulub atau tazkiyatunnufus. Sedangkan bacaan-bacaannya (wiridan) adalah sebagai nilai tambahan untuk pendekatan kepada Allah Swt.
Thariqah sebagian besar adalah mengamalkan kalimat “La ilaha illallah” atau kalimat “Allah” sebanyak-banyaknya sesuai ketentuan oleh thariqah itu sendiri. Ada yang mewiridkan secara sirr (dalam hati atau pelan) dan ada pula yang mewiridkannya secara jahr (keras).
Wirid yang paling baik sebenarnya adalah membaca al-Quran, karena dalam hadits dijelaskan bahwa “Barangsiapa ingin berdialog dengan Allah, maka bacalah al-Quran”. Dialog dengan Tuhan adalah wirid yang paling indah. Kemudian membaca kalimat thayibah seperti lafadz “La ilaha illallah”, maka Allah akan menjamin surga bagi para pembaca kalimat tersebut. Kemudian lafadz-lafadz yang lainya seperti istighfar, shalawat, tahmid, tasbih, asmaul husna, karena itu semua juga adalah kalimat-kalimat yang sering dibaca oleh Rasulullah Saw. dan kalimat-kalimat tersebut adalah kalimat yang biasa dibaca oleh para jamaah thariqah.
Memang tidak dapat kita pungkiri bahwa, thariqah juga amalan yang tidak gampang untuk dijalani. Karena apabila terjadi kelalaian dalam pengerjaannya kita akan berdosa, sebab amalan dalam thariqah adalah suatu keharusan (kewajiban) untuk dikerjakan. Tapi kalau dilihat dari segi positifnya memang thariqah tersebut adalah proses kita untuk lebih mengenali Allah.
Disamping itu, thariqah dapat melepaskan kedua penyakit hati yang ada pada diri kita; untuk mengatasi kealpaan dalam hati dan menghilangkan noktah atau kotoran yang ada. Sebab amalan dalam thariqah adalah kewajiban maka orang akan berhutang apabila tidak mengerjakan amalan tersebut, dan akan mengerjakannya walaupun dalam keadaan apapun. Dan thariqah juga dapat menghapus hijab pembatas yang terdapat dalam dirinya yang mengakibatkan sifat lalai serta banyak lupa kepada Allah Swt.
Kalau seseorang ingin hatinya bersih dan membersihkan hati setidaknya orang tersebut mempunyai ketertarikan terhadap thariqah tersebut, karena kalau dilihat dari fungsi thariqah adalah menghapuskan kotoran dalam hati dengan selalu mengamalkan dzikirnya. Karena dari dzikir tersebut orang akan selalu tenang dan sabar dalam menghadapi setiap masalah yang ia hadapi, karena orang tersebut akan selalu merasa dekat dengan Allah.
Kaitan Thariqah dan Syariat
Kalau kita pahami lebih lanjut, thariqah dan syariat sebenarnya memang tidak dapat dipisahkan, karena tujuan keduanya sama yaitu mendekatkan diri kepada Allah Swt. Karena ketika seseorang berthariqah tetapi ia meninggalkan syariat, maka itu juga salah karena ia telah meninggalkan kewajibannya.
Thariqah adalah buah dari syariat. Jadi kalau berthariqah tidak boleh lepas dari pintunya dahulu yaitu syariat. Karena syariatlah yang mengatur tentang kehidupan kita, dengan menggunakan hukum, dari mulai aqidah, keimanan, keislaman, sehingga kita beriman kepada Allah, malaikat, kitab Allah, para rasul, hari akhir, takdir yang baik dan buruk. Dan dengan syariat pula kita mengetahui rukun Islam, yaitu dua kalimat syahadat, shalat, puasa, zakat dan haji.
Setelah kita dapat menjalankan syariat dengan baik, dan kita sudah memgetahui hukum-hukum dalam syariat maka kita baru menuju pada tingkatan yang lebih tinggi, yaitu menuju thariqah dan belajar untuk mengenal Allah. Maksudnya bahwa thariqah adalah tingkatan bagi orang yang sudah cukup ilmunya, terutama yang sudah diwajibkan syariat. Karena tidak semua orang langsung dapat menuju pada tingkat thariqah.
Orang yang menuju thariqah haruslah mengetahui Allah, seperti mengetahui tentang sifat wajib dan mustahil Allah, dan juga mengetahui sifat mumkin (jaiz) Allah. Orang tersebut juga mengetahui tentang hukum-hukum dalam beribadah, seperti rukun wudhu, rukun iman, hal-hal yang membatalkan wudhu, rukun shalat serta hal-hal yang membatalkan dalam shalat. Dan juga orang tersebut dapat membedakan mana yang halal dan yang haram. Bilamana hal-hal tersebut sudah dapat terpenuhi maka tidak ada salahnya apabila orang tersebut masuk ke dalam thariqah.
Antisipasi dalam Berthariqah
Perlu diketahui juga bahwa sufisme itu sudah tidak asing lagi di kalangan kita, dan telah menjadi warna di kota-kota besar di beberapa negara. Jika kita tertarik pada thariqah atau perkumpulan dzikir tertentu, kita juga harus mengetahui tentang perkumpulan tersebut. Karena di jaman sekarang banyak organisasi-organisasi yang mengatasnamakan Islam untuk kepentingan mereka dan menyelewengkan tentang hukum-hukum yang telah ditetapkan.
Maka untuk mengantisipasi hal tersebut, yang perlu kita lakukan adalah seperti apakah thariqah tersebut dan siapakah yang memimpin thariqah tersebut. Meskipun dalam dzikir yang dibaca itu memang dari Rasulullah Saw., namun terkadang ada kelompok yang menyelewengkannya atau menyimpang dari ajaran sehingga keluar dari jalan yang benar dan menyesatkan.
Pada thariqah yang kita perlu ketahui dahulu adalah alirannya, semissal thariqah Qadiriyah, Syadziliyah, Syatariyah dan lain sebagainya. Menurut data yang ada pada Jam’iyyah Ahlit Thariqah al-Mu’tabarah An-Nahdliyyah (JATMAN), jumlah thariqah yang diakui itu ada sekitar 70 thariqah. Penegasan muktabar atau tidaknya sebuah thariqah tentu harus melalui suatu penelitian. Pertama dari ajarannya, kemudian dari ketentuan wiridnya tergolong ma’tsur atau tidak, dan yang ketiga memiliki silsilah atau mata rantai dengan guru yang jelas hingga pada pendiri thariqah tersebut.
Guru thariqah yang merupakan guru ruhani itu haruslah orang yang mengerti tentang agama. Jika tidak mengerti maka bisa diragukan kapasitas keguruannya. Sebab bagaimana ia bisa memimpin suatu organisasi ritual dan keruhanian sementara ia tidak mengerti tentang agama? Sebab orang yang telah menapak jalur thariqah haruslah sudah sempurna syariatnya dan guru tersebut juga telah menjalankan semua kewajiban agama bahkan termasuk shalat sunnahnya. Hal ini juga terkait dengan akhlak sang guru. Seseorang dianggap mengerti tentang ilmu agama minimal bisa dilihat dari bacaan al-Qurannya. Sebab seorang ulama diukur pertama kalinya dari pemenuhan syarat menjadi imam shalat antara lain dari kefasihannya membaca ayat-ayat al-Quran.
Memang dalam kenyataannya, terkadang banyak orang yang bingung tentang thariqah, ada yang ingin masuk tetapi belum sampai pada tingkatan tersebut dan juga belum mengetahui tentang pentingnya berthariqah. Perlu kita ketahui, jika kita masuk pada thariqah maka keimanan kita akan terbimbing. Disitulah peran para guru mursyid, sehingga tingkatan tauhid kita, ma’rifat kita tidak salah dan tidak sembarangan menempatkan diri sebab ada bimbingan dari mursyid tersebut.
Antara Berthariqah dan Tidak
Bagaimana dengan orang yang tidak berthariqah? Syarat berthariqah itu harus mengetahui syariatnya dahulu, artinya kewajiban-kewajiban yang harus dimengerti oleh setiap individu sudah dapat dipahami. Diantaranya hak Allah Swt., lalu hak para rasulNya. Setelah kita mengenal Allah dan RasulNya kita perlu meyakini apa yang telah disampaikannya, seperti rukun Islam, yaitu membaca syahadat, mengerjakan shalat, melaksanakan puasa, berzakat bagi yang cukup syaratnya, serta naik haji bagi yang mampu. Begitu juga mengetahui rukun iman, serta beberapa tuntunan Islam seperti shalat, wudhu dan lain-lain.
Orang yang menempuh jalan kepada Allah dengan sendirinya, tentu tidak sama dengan orang yang menempuh jalan kepada Allah secara bersama-sama yaitu melalui seorang mursyid. Sebagai contoh kalau kita ingin ke Mekkah dan kita belum pernah ke Mekkah dan belum mengenal Mekkah, tentu berbeda dengan orang yang datang ke tempat tersebut dengan disertai pembimbing atau mursyid.
Orang yang tidak mengenal sama sekali tempat tersebut, karena meyakini berdasarkan informasi dan kemampuannya maka itu sah-sah saja. Namun bagi orang yang disertai mursyid akan lebih runtut dan sempurna, karena pembimbing tadi sudah berpengalaman dan akan mengantar ke rukun yamani, sumur zamzam, makam Ibrahim, dan lain-lain. Meski orang tersebut sudah sampai ke Ka’bah namun apabila tidak tahu rukun yamani, dia tidak akan mampu untuk thawaf karena tidak tahu bagaimana memulainya.
Jadi dapat disimpulkan bahwa seseorang yang ingin berthariqah haruslah melalui para guru atau mursyid, agar jalan yang ditempuh dapat berjalan dengan baik dan bisa mendekatkan diri kepada Allah sedekat mungkin.
Agama Islam adalah agama yang fleksibel, yaitu maksudnya bahwa agama Islam tidak memberatkan kepada umatnya tentang suatu ibadah. Dalam arti orang Islam melakukan suatu ibadah itu menurut kemampuannya masing-masing, karena kemampuan seseorang dengan orang yang lain tentu berbeda-beda. Itulah sebabnya mengapa tingkatan-tingkatan seseorang dalam beribadah kepada Allah pun berbeda-beda pula. Memang tujuannya sama, yaitu untuk mendekatkan diri kepada Allah, akan tetapi tentu hasilnya akan berbeda menurut dengan usaha yang dilakukan.
Dalam beribadah tentu sekelompok orang memiliki cara yang berbeda-beda dalam mencapai kesempurnaan untuk dapat mengerti Allah dan dekat dengan Allah Swt. Cara-cara tersebut sah-sah saja asal tidak keluar dari jalur yang telah ditentukan oleh syariat, dan tidak menyesatkan.
Kaitan Thariqah dan Tasawuf
Tasawuf adalah salah satu usaha peniadaan diri, yaitu menyerahkan seluruh jiwa dan raga hanya untuk mengabdi kepada Allah Swt. Itulah cara yang kebanyakan ditempuh oleh seorang sufi, melalui ritual-ritual khusus dan amalan-amalan yang berbeda-beda pula. Amalan-amalan tersebut ditunjukan untuk menyanjung Allah dan mengakui kebesaran Allah Swt. Allah adalah Dzat yang Mahapengasih dan penyayang. Barangsiapa yang ingin berusaha dengan sungguh-sungguh pasti Allah akan mengabulkannya.
Thariqah itu min ahli la ilaha illallah, dimana ajarannya mencermikan setelah kita iman dan Islam lalu ihsan. Makna ihsan dalam hal ini adalah menyembahlah kepada Allah seolah-olah kita melihat Allah. Kalau tidak mampu, kita harus yakin bahwa kita sedang dilihat Allah Swt. Dengan merasa didengar dan dilihat oleh Yang Maha Kuasa, itu akan mengurangi perbuatan-perbuatan yang merugikan dirinya sendiri apalagi kepada orang lain. Karena kita malu, takut kepada Yang Maha Kuasa.
Tasawuf itu sendiri berfungsi untuk menjernihkan hati dan membersihkan hawa nafsu dari berbagai sifat yang dimiliki manusia, utamanya sifat kesombongan yang disebabkan oleh banyak hal. Jika ajaran tasawuf itu diamalkan, tidak ada yang namanya saling dengki dan saling iri, justeru yang muncul adalah saling mengisi.
Tasawuf itu buah dari thariqah. Pakaian thariqah adalah tasawuf yang bersumberkan dari akhlak dan tatakrama (adab). Contohnya, orang masuk kamar mandi dengan kaki kiri terlebih dahulu, masuk masjd mendahulukan kaki kanan, dll. Itu semua ajaran tasawuf. Contoh lain, sebelum makan baca Basmalah dan setelah selesai baca Hamdalah. Apa yang diajarkan dalam tasawuf sebagai bentuk rasa terimakasih kepada yang memberi rejeki. Kita ambil satu butir nasi yang terjatuh, karena kita sadar bahwa kita tidak bisa membuat butir nasi, lalu kita bersyukur. Itu semua ajaran tasawuf.
Nah, kalau syariat itu terbatas. Maka jika syariat yang diberlakukan, orang mabuk tidak boleh berdekatan dengan orang Muslim. Kalau tasawuf tidak demikian, mereka harus diajak bicara, mengapa mereka mabuk. Kita tidak boleh tunduk dengan pejabat karena ada alasan tertentu, akan tetapi kita wajib menjaga wibawa pejabat di hadapan umum, sekalipun dengan pribadi kita ada ketidakcocokan. Akan tetapi jangan asal tabrak. Ini semua juga ajaran tasawuf.
Berthariqah dan Batasan Usia
Jika belajar dzikir kepada Allah Swt. menunggu sudah tua, iya kalau umurnya sampai tua. Bagaimana kalau masih muda meninggal? Yang terpenting adalah mereka mengerti tata urutan berthariqah, mengerti syarat dan rukunnya dulu seperti masalah wudhu dan shalat, mengerti sifat wajib, jaiz dan mustahil Allah, mengetahui halal dan haram.
Kalau menertibkan hati menunggu tua, nanti terlanjur hati berkarat tebal. Maka sejak usia muda seyogyanya mereka mulai mengamalkan ajaran thariqah, seperti MATAN (Mahasiswa Ahlit Thariqah An-Nahdliyyah).
Apakah boleh mengikuti baiat thariqah, padahal masih belajar ilmu syariat? Setiap Muslim tentu boleh, bahkan harus, berusaha menjaga serta meningkatkan kualitas iman dan Islam di hatinya dengan berbagai cara. Salah satunya dengan berthariqah. Namun berthariqah sendiri bukan hal yang sangat mudah. Karena, sebelum memasukinya, seseorang harus terlebih dulu mengetahui ilmu syariat. Tapi juga bukan hal yang sangat sulit, seperti harus menguasai seluruh cabang ilmu syariat secara mumpuni.
Yang diprasyaratkan untuk masuk thariqah hanya pengetahuan tentang hal-hal yang paling mendasar dalam ilmu syariat. Dalam aqidah, misalnya, ia harus sudah mengenal sifat wajib, mustahil dan jaiz bagi Allah. Dalam fiqih, ia sudah mengetahui tata cara bersuci dan shalat, lengkap dengan syarat, rukun, dan hal-hal yang membatalkannya, serta hal-hal yang dihalalkan atau diharamkan oleh agama.
Jika dasar-dasar ilmu syariat sudah dimiliki, ia sudah boleh berthariqah. Tentu saja ia tetap mempunyai kewajiban melengkapi pengetahuan ilmu syariatnya yang bisa dikaji sambil jalan. Syariat lainnya adalah umur yang cukup (minimal 8 tahun), dan khusus bagi wanita yang berumah tangga harus mendapat izin dari suami. Jika semuanya sudah terpenuhi, saya mengimbau segeralah ikut thariqah.
Semua thariqah, asalkan mu’tabarah, ajarannya murni dan silsilahnya bersambung sampai Rasulullah Saw., sama baiknya. Karena semua mengajarkan penjagaan hati dengan memperbanyak dzikrullah, istighfar dan shalawat. Yang terpenting, masuklah thariqah dengan niat agar kita bisa menjalankan ihsan. Jangan masuk thariqah karena khasiatnya atau karena cerita kehebatan guru-guru mursyidnya.
(*Ibj, dikompilasi dari ceramah-ceramah Maulana Habib Luthfi bin Yahya).