DAN SYETAN JUGA MENANGIS
Oleh: Ahmad Ishomuddin
Menangis artinya air mata mengalir dari pelupuk mata. Penyebab orang menangis sangat banyak, pada umumnya karena dilanda kesedihan. Menangis itu ada yang dianjurkan (terpuji), ada yang boleh-boleh saja dan ada pula yang tercela.
Menangis adalah hal yang wajar karena manusia diciptakan dalam kondisi lemah. Manusia kadangkala diliputi oleh suasana hati yang sedih, ketakutan atau kegembiraan. Menangis adalah ekspresi terpuncak seorang manusia meluapkan perasaan dan suasana hatinya. Menangis itu lebih fasih dari berkata-kata dan lebih tegas dari isyarat.
Menangis dalam perspektif agama boleh jadi merupakan indikasi kesungguhan iman dalam hati. Namun ada juga sebaliknya seseorang berpura-pura menangis dengan mengeluarkan air mata buaya, yakni menangis untuk menutupi keadaan yang sesungguhnya. Seperti yang dilakukan oleh saudara-saudara Nabi Yusuf 'alaihi al-salam yang datang pada malam hari dengan tangisan mereka di hadapan ayah mereka, Nabi Ya'kub 'alaihi al-salam adalah tangisan yang dusta, suatu tangisan yang tidak terpuji.
Tangisan yang terpuji dan disunnahkan, misalnya seorang beriman menangis saat ia membaca al-Qur'an karena ia merasa sedang bercakap-cakap--secara imajiner--dengan Allah dan merasakan keagungan-Nya sehingga bertambah ketenangan hati dan ketundukan kepada-Nya. Sebagaimana para sahabat Nabi seperti Umar bin al-Khaththab yang tak mampu membendung cucuran air mata saat mendengarkan bacaan al-Qur'an. Demikian juga para sahabat Nabi lainnya pun menangis saat membaca atau mendengarkan al-Qur'an seperti Abdurrahman bin 'Auf, Ibnu Umar, Aisyah, Abu Hurairah, Abdullah bin Rawahah, Ibnu 'Abbas dan sebagainya.
Demikian pula ulama memperkenankan seorang yang beriman menangis saat menunaikan shalat, terutama ketika bersujud sehingga bertambah khusyu'-nya, yang karenanya ia menjadi semakin taat kepada Allah dan ikhlas karena-Nya.
Bahkan menangis karena merasa takut kepada Allah merupakan posisi tinggi yang dicari oleh orang-orang shaleh karena berpahala besar. Rasulullah shalla Allahu 'alaihi wa sallama bersabda,
لا يلج النار رجل بكى من خشية الله ... ( أخرجه الترمذي )
"Tidak masuk neraka orang yang menangis karena takut kepada Allah..." (HR. al-Tirmidzi)
Dalam hadits yang lain juga disebutkan bahwa ada tujuh golongan yang akan mendapatkan naungan (perlindungan) pada hari yang tiada naungan kecuali naungan Allah, yaitu:
رجل ذكر الله خاليا ففاضت عيناه ( أخرجه البخاري )
"Seseorang yang mengingat Allah dalam keadaan sendirian sehingga kedua matanya menangis." (HR. al-Bukhari)
Menangis karena takut kepada Allah tersebut hanya bisa dilakukan oleh orang-orang yang bertaqwa, cinta, rindu dan benar-benar "mengenal" Allah. Sedangkan pendorongnya ialah kesadaran bahwa dirinya diliputi oleh berbagai dosa, kedurhakaan kepada-Nya, dan merasa takut akan siksaan neraka yang luar biasa. Ia menangis karena merasa tidak mampu untuk berbuat apa saja yang diridlai oleh Allah.
Menangis yang juga terpuji adalah menangis karena bertaubat, yakni karena menyesali dosa-dosanya yang telah lalu, bertekad kuat tidak akan mengulanginya lagi pada masa mendatang dan selalu menjaga diri dari dari dosa-dosa itu. Sebab, terkadang karena kelalaiannya manusia terjerumus dalam kekhilafan, dosa dan apa saja yang dimurkai oleh Allah. Oleh karena itu, ia menangis karena kesadaran hatinya betapa berat jika ia harus selalu menanggung beban dosa sehingga ia memohon ampunan dari Allah hingga tiada henti tangisan karena kepedihan hatinya. Mereka yang tidak lagi mampu berlinang air matanya padahal telah banyak berbuat dosa merupakan pertanda hatinya telah keras, bahkan lebih keras dari bebatuan.
Menangis karena bersedih adalah hal yang biasa saja, ia tidak terpuji dan tidak pula tercela sepanjang tidak berlebihan. Hati manusia bisa dilanda kesedihan sehingga ia menangis sedih karena apa yang diharapkan tak mampu diraihnya, baik urusan dunia atau akhirat. Dan itu wajar karena bahkan Rasulullah pun menangis meneteskan air mata saat berpisah karena putranya, Ibrahim, meninggal dunia saat kanak-kanak. Air mata beliau tertumpah dan hatinya bersedih, namun beliau hanya mengucapkan perkataan yang diridlai oleh Allah. Tiada yang lebih menyedihkan hati dari berpisah dengan orang-orang terdekat lagi tercinta, walau hanya sesaat.
Sebaliknya, ada juga menangis karena meluapkan rasa gembira yang pada puncaknya adalah menangis yang boleh-boleh saja, bukan menangis yang terpuji dan bukan pula tercela.
Ternyata bukan hanya manusia yang bisa menangis, maka para syetan pun juga menangis. Diriwayatkan dari Abu Hurairah, Rasulullah bersabda, "Apabila Ibnu Adam membaca al-Sajdah lalu ia bersujud, maka syetan mengasingkan diri sambil menangis."
Syetan itu berkata, "Celakalah aku, Ibnu Adam (manusia) diperintahkan bersujud lalu ia bersujud maka ia berhak masuk surga, sedangkan aku pernah diperintahkan bersujud lalu aku membangkang maka aku masuk neraka." (HR. Muslim)
al-Masjid al-Nabawi Madinah
29 Dzul Hijjah 1438 H/20-9-2017
No comments:
Post a Comment