Friday, September 15, 2017

Maqom (Kedudukan) Khouf & Raja’ (I)

Maqom (Kedudukan) Khouf & Raja’ (I)

Bagaimana aku tidak tidak takut (khouf) kepada Tuahan-ku, sedangakan dosa kesalahan-ku bagaikan pasir yang berhamburan. Tapi, bagaimana aku tidak berharap kepada Tuhan-ku? Sedangkan Dia Maha Luas Rahmat-Nya.

Maqom tidak seperti ihwal (keadaan), maqom bermuara dalam hati (jauf; bagian dalam hati) yang paling dalam (fu’ad), ihwal sesuai ujian manusia atau apa yang sedang dihadapi, umpamanya seorang terkena musibah ideal-nya bersabar (ihwal-nya sabar), atau yang dianugrahkan rizqi dan dia bersyukur (ihwal-nya syukur). Berbeda dengan maqom, seperti dalam maqom taubah, orang yang terkena musibah justru ia bertaubah, sadar bahwa musibah sebabnya adalah kesalahannya sendiri, kemudian bertaubah dengan mengingat (flasback) apa yang telah dilakukan sebelumnya (bersedih kecewa atas apa yang telah dilakukan).

Raja’ dan Khouf, adalah dua sayap yang berimbang, bagi ashhabul yamin berat salah satu diantaranya adalah kebodohan dalam bertasawuf (tatakrama kepada Allah dan makhluk). Justru dari ini, ashahabul yamin sulit dalam mendahulukan antara kedua-nya.

Tasawuf yang memperhatikan maqom dan ihwal, urutan titik terendah maqom adalah maqom taubah ~sebagimana sadar sepenuhnya bahwa manusia mudah tergelincir dalam kesalahan, tempat-nya salah, lupa, lalai dan disukakan pada perkara yang kotor (duniawi) dan sebaik-baik orang yang bersalah berusaha sepenuhanya memperbaiki dosa kesalahan-nya (kecuali para Nabi yang maksum)~ kemudian setelah taubah terdapat maqom Sabar, Syukur, Roja’ dan Khouf, Zuhud .. dstnya, sampai maqom Mahabah dan Khashais al-Mahabah.

Maqom Roja’ adalah kuatnya harapan kepada Allah, sedang Khouf adalah kuatnya takut kepada Allah Jalla JalaluH. Seperti dalam beberapa ayat al-Qur’an disebutkan bersamaan antara Roja’ dan Khouf:

- QS: as-Sajdah; 16 “berdoa memohon kepada Allah dengan khouf dan thama’ (sangat berharapan)” terkadang Khouf diterjemahkan dengan ‘khawatir’.
- QS: az-Zumar; 9 “khawatir akan kehidupan akhirat dan berharap (roja’) rahmat Allah. Terkadang Roja' diterjemahkan thama' kepada Allah.

Akan tetapi, hakikatnya seseorang tidak akan mencapai maqom Roja’ kecuali telah disempurnakan dalam maqom khouf. Abu Bakar al-Maky dalam hal ini mengatakan “siapa yang tidak mengenal maqom Khouf tidak akan mampu mencapai titik maqom Roja’.”

Meskipun pada dasarnya setiap Roja’ (harapan) tersimpan didalamnya takut (khouf), atau sebaliknya.

Katakan!
-aku takut tertimpa kefakiran pasti Anda punya harapan kaya,
-aku takut berpisah dengan-mu, kekasih! Pasti Anda berharap selalu bersama kekasih-mu.

Abu Bakar al-Makiy juga mengatakan “jika Anda benar-benar takut pada dosa kesalahan, aib (hina dihadapan Allah dan makhluk-Nya) maka ini adalah suatu tanda bahwa engkau akan diangkat ke-maqom yang lebih tinggi, yaitu Roja’.”

Karena pada hakikatnya Khouf bermuara pada rasa malu (haya’).
-Bisajadi Anda merasa takut pada kefakiran duniawi karena pada dasarnya anda malu dianggap fakir,
-Bisajadi Anda takut neraka karena betapa malunya anda kelak dibeberkan segala dosa kesalahan dihadapan Tuhan.

☣Termasuk dari Roja’ adalah berhusnudzan kepada Allah.
“Janganlah kalian dimatikan kecuali dalam keadaan berbaik sangka kepada Allah, karena Allah Ta’ala berfirman; sungguh Aku sebagaimana prasangka hamba-Ku” _Atsar dari Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam.

☣Termasuk maqom Roja’ adalah memeperbanyak doa dan munajat kepada Allah.
“Doa adalah nisf (separo) dari Ibadah”_Hadits Nabi.
“Paling rendah dari balasan doa dilipatgandakan sepuluh, sampai tujuh ratus ribu kali lipat.”_sebagaimana kesepakatan Ulama.

Tidak ada doa yang tidak dikabulkan, Ulama Tasawuf mengkalisifikasikan pengkabulan doa menjadi tiga pokok. -Disegerakan di dunia,
-Digantikan dengan dihilangkannya keburukan,
-Dan sebagai balasan diakhirat.
Untuk yang terakhir ini bahkan ada riwayat hadits nabi yang mengatakan “sampai engkau bertanya, ini amalanku yang mana? Sepertinya aku tidak pernah melakukan amal kebaikan ini dan ini”.
Akan tetapi doa mempunyai sarat tidak ada unsur memutus silaturahim, dan beberapa Ulama mensaratkan tambahan wajib adanya “hamdalah dan shalawat”.

Adapun dalam ihwal, Ulama mengklasifikasikan sifat Roja’ dalam beberapa keadaan, daiantaranya sbb:
☣Termasuk Roja’ adalah lapangnya dada dalam melakuakan kebaikan.
☣Termasuk Roja’ adalah memeperbanyak tilawah al-Qur’an, muqimus shalah, memperbanyak sedekah, dan tidak menyibukkan diri dari mencari harta dunia.
☣Termasuk Roja’ adalah kelembutan hati dalam cinta kepada Allah ketika khalwat (sendirian), cinta kepada Ulama.
☣Termasuk Roja’ adalah tidak adanya berat-hati menolong dalam kebaikan.
☣Termasuk Roja’ adalah ketenangan hati ketika merasa khudur dihadapan Allah.
☣Termasuk Roja’ adalah memperindah akhlak-nya kepada sesama makhluk, bersabar bergaul dengan mereka.
☣Termasuk Roja’ adalah meninggalkan syahwat syathaniyah.

🌺 Demikian, sekiranya perlu akan aku ulang: Bagaimana aku tidak tidak takut (khouf) kepada Tuahan-ku, sedangakan dosa kesalahan-ku bagaikan pasir yang berhamburan. Tapi, bagaimana aku tidak berharap kepada Tuhan-ku? Sedangkan Dia Maha Luas Rahmat-Nya.

Ulinuha Asnawi
Juma'ah berkah | 15 September 2017, Yogyakarta.

No comments:

Post a Comment