Sunday, September 3, 2017

PENGADILAN HEWAN

PENGADILAN HEWAN

Alkisah di akherat kelak, hewan2 saling menunjukkan kelebihan, dan memperlihatkan kepantasannya masuk surga. Masing2 mereka juga melapor kepada Allah Ta’ala bagaimana kontribusi mereka terhadap manusia sebagai khalifah fil-ardl, alias yg paling bertanggung jawab dalam menjaga dan mengelola keseimbangan jagat raya ini.
Singkat cerita, tibalah saatnya kambing maju di hadapan khalayak untuk matur kepada Allah Ta’ala: “Terima kasih, ya Allah, karena Engkau telah menciptakanku sebagai hewan yg diberkahi dan digembalakan oleh para Nabi. Engkau memberiku keistimewaan menjadi bagian dari harta yg harus dizakati. Engkau menjadikanku sebagai sembelihan di Hari Raya dan hari2 Tasyriq, serta saat akikah kelahiran anak manusia. Banyak sekali kelebihan pada daging, susu, kulit dan buluku, yang karena itu aku diternak dan dikonsumsi oleh ummat manusia. Oleh sebab itu, ya Allah, tentu aku lebih bermanfaat dan lebih layak masuk surga daripada hewan lain ciptaanmu, seperti ayam!”

Allah kemudian memerintahkan kambing untuk masuk surga, dan selanjutnya memanggil ayam untuk melapor dan mempertanggungjawabkan perbuatan2nya selama di dunia. Ayam pun berkata: “Terima kasih, ya Allah, karena Engkau telah menciptakanku dan memberi manfaat bagi ummat manusia. Aku dipelihara karena daging, telur dan buluku disukai oleh banyak orang. Memang aku tidak seperti kambing yg memiliki banyak kelebihan, tapi aku termasuk hewan yg berkembang biak lebih cepat daripada kambing. Aku juga tidak kalah daripada kambing karena kontribusiku terhadap manusia juga signifikan: saat fajar, kokokku membangunkan mereka dari tidur malam, sehingga mereka bisa melaksanakan shalat dan beribadah kepadaMu. Oleh karena itu, ya Allah, tentu hidupku bermanfaat dan tidak sia2. Aku juga layak masuk surga, lebih layak daripada “tinggi” (kutu atau serangga yg biasa menghisap darah manusia dan tinggal di kasur atau tempat tidur).”

Allah kemudian memperbolehkan ayam untuk masuk surga. Allah lalu memanggil kutu “tinggi” untuk menghadap dan melapor kepadaNya. Tinggi pun berkata: “Terima kasih, ya Allah, karena Engkau telah menciptakanku. Tentu aku hidup di dunia ini tidak sia2, meskipun Engkau menempatkanku di tempat2 yg tersembunyi. Memang aku tidak seperti ayam yg bisa dikonsumsi oleh manusia, tetapi sungguh aku berguna bagi kehidupan mereka.” Allah pun bertanya: “Apa sumbangsihmu bagi manusia?” Si kutu menjawab: “Ya Allah, meskipun barangkali sumbangsihku amat kecil, tapi sungguh aku berperan bagi kebaikan kehidupan manusia, utamanya ketika aku menggigit mereka saat tertidur nyenyak, padahal suara adzan sudah berkumandang sedemikian kerasnya. Dg gigitanku itu, mereka terbangun dari tidurnya, sekaligus menyadari sudah saatnya mereka shalat dan beribadah kepadaMu. Jadi, sungguh aku layak masuk surga, karena lebih baik daripada hewan seperti lalat!”

Allah pun mengizinkan kutu “tinggi” masuk surga, dan kemudian memanggil lalat untuk dimintai pertanggungjawabannya. Lalat pun berkata: “Terima kasih, ya Allah, karena Engkau telah menciptakanku. Sungguh adalah anugerah bagiku telah Engkau ciptakan, karena dengan demikian Engkau telah memberiku kesempatan untuk mengabdi kepadaMu. Ya, memang aku tidak seperti si kutu yg gigitannya bisa membangunkan manusia untuk bersujud kepadaMu, tapi sungguh peranku bagi kebaikan ummat manusia tidak kalah dari si kutu.” Allah pun bertanya: “Apa yg telah kamu perbuat untuk ummat manusia?” Lalat menjawab: “Ya Allah, aku memang Engkau ciptakan dan Engkau titahkan untuk berada di tempat2 yg busuk dan buruk. Tapi sungguh dg itu, aku telah menunjukkan kepada manusia mana tempat2 yg sepatutnya dibersihkan, karena aku menjadi indikator bagi sesuatu yg jorok atau kotor. Aku jg sering nempel dan hinggap di hidung, wajah atau badan manusia, untuk mengingatkan mereka sebagai makhluq terbaikMu, agar tidak berlaku sombong. Jadi tentu kontribusiku tidak sedikit bagi kebaikan ummat manusia, yg karena itu sungguh aku layak masuk surga. Aku tentu lebih baik daripada anjing!”

Allah kemudian memperkenankan lalat untuk masuk surga. Allah kemudian memanggil anjing untuk laporan kegiatannya selama di dunia. Anjing pun berkata: “Terima kasih, ya Allah, karena Engkau telah menciptakanku. Sungguh merupakan karunia bagiku telah Engkau ciptakan dan turut mengambil bagian dalam kehidupan semesta selama di dunia. Bahkan meskipun Engkau menjadikanku sebagai binatang yg najis, tidak boleh dimakan dan tidak dianjurkan untuk dipelihara, tetapi sungguh aku memiliki banyak manfaat yg berguna bagi manusia. Aku bisa menjadi penjaga keamanan rumah dan lahan, bisa menjadi pelacak benda2 berbahaya dan bisa menjadi pemburu buruan. Aku bahkan menjadi teman setia kekasih2Mu yg tergabung dalam Ashhabul-Kahfi. Oleh karena itu, sungguh patut bagiku masuk surgaMu, dan aku lebih layak dibanding hewan seperti babi!”

Allah kemudian mengizinkan anjing untuk masuk surga. Allah lalu memanggil babi untuk dimintai pertanggungan jawabnya. Babi lalu berkata: “Terima kasih, ya Allah, karena Engkau telah menciptakanku. Adalah hadiah bagiku bisa menjadi makhluq yg mengabdi padaMu. Sungguh meskipun Engkau menakdirkanku sebagai hewan yg najis dan jorok, yg untuk membersihkannya saja memerlukan tujuh kali bilasan air dan salah satunya dg debu; walaupun Engkau menitahkanku sebagai hewan yg rakus dan kotor, yg karenanya tidak patut dipelihara, dan seluruh bagian tubuhku tidak boleh dikonsumsi dan digunakan sebagai apa saja; dan meskipun Engkau menjadikanku sebagai hewan yg haram dimakan, yg karenanya Engkau tidak memberiku leher sebagai tempat sembelihan. Tapi sungguh ya Allah, aku memiliki banyak peranan penting dalam kehidupan manusia. Antara lain, karena organ dan gen-ku paling mirip dg manusia, yg menjadikanku paling pantas digunakan sebagai tes percobaan segala obat dan terapi kesehatan bagi ummat manusia. Jadi, Engkau menakdirkan wujudku sebagai tidak sia2 dan ada manfaatnya. Sekecil apapun manfaat itu bagi ummat manusia. Oleh karena itu, ijinkan aku, ya Allah, untuk masuk ke dalam surgaMu. Sungguh meskipun aku adalah makhluk paling dihindari, tapi aku pantas masuk surga, karena ternyata ada makhluk yg lebih buruk dariku, yg tentu tidak patut masuk surgaMu.”

Allah bertanya: “Adakah yg lebih buruk darimu, wahai babi?” Babi menjawab: “Ada, ya Allah, yaitu orang kafir. Mereka lebih buruk dari kami karena mereka tidak bersyukur telah Engkau ciptakan sebagai makhluq terbaik. Engkau telah menganugerahkan akal, agar mereka mampu membedakan antara yg benar dan yg salah, tetapi mereka malah mengingkari, membantah dan menentangMu. Engkau telah memberi mereka pedoman kitab suci, tetapi mereka malah menyembunyikan kebenaran dan mengkhianati amanahMu, yg menyebabkan mereka berperilaku merusak. Engkau telah memberi mereka rasul pembimbing, agar mereka senantiasa ingat dg misi utama mereka, yaitu peduli dg kebaikan semesta, tapi mereka malah hidup penuh pura2, semata2 mencari kesenangan dunia dan menuruti hawa nafsu belaka. Mereka bukan hanya lebih buruk dari kami, tapi bahkan lebih buruk dari Iblis, sang terlaknat. Mengapa? Karena sejelek2 kelakuan Iblis, mereka masih mengakui dan menganggapMu sebagai Tuhan pencipta dan pengatur alam. Sedang orang kafir, mereka bukan hanya menentang perintahMu, tapi bahkan mengingkari keberadaanMu sebagai Tuhan…”
(Aw kama qala KH. Ali Maksum rahimahullah Ta’ala)

No comments:

Post a Comment