Monday, September 4, 2017

Tatakrama Ma'rifah

Tatakrama Ma'rifah
مٙا تٙرٙكٙ مِنٙ الْجٙهْلِ شٙيْئًا مٙنْ أٙرٙادٙ أٙنْ يٙظْهٙرٙ فِي الْوٙقْتِ غٙيْرٙ مٙا أٙظْهٙرٙهُ اللّٰهُ فِيْهِ.
Al-Jahl huwa dlidd al-'ilm: al-Jahl adalah tidak mempunyai kapasitas ilmu padanya. Al-Jahl ada dua basith (sedang) dan murakkab (bodoh yang sangat). Seseorang, dibenarkan berpredikat jahl al-basith ketika menyadari akan kebodohannya, dan jahl al-murakkab adalah yang tidak menyadari kebodohannya. Ahl al-'ilm sepakat, bahwa yang paling buruk dalam kejahiliyahan adalah ketika seseorang tidak menyadari bahwa dia bersama Allah Jalla JalaluH (al-Jahl bil-Lah) dalam segala aktifitasnya, setelah berusaha mencari'Nya.

Proporsi negatif ~pernyataan yang berbentuk negatif~ Ibnu Athailah Asakandary dalam al-Hikam diatas menyatakan, bahwa seseorang tidak meninggalkan kebodohannya. sedikitpun tidak. adalah seseorang yang menginginkan kejadian lain dari apa yang telah ditentukan oleh Allah Ta'ala.

Sekarang, kita sudah mengetahui batasan jahl (bodoh) lalu kenapa orang yang menginginkan kejadian (dlm asal kitab dibahasankan dengan: al-Waqt) yang ditentukan Allah? Berikut pernyataan Allah Jalla JalaluH dalam firman-Nya:

إِنّٙ اللّٰهٙ فٙعّٓالٌ لِمٙا يُرِيْدُ (هود : ١٠٧)
Artinya "sungguh, Allah Mengerjakan pada apa-apa yang DIA Kehendaki" [QS: Hud: 107]

Kalaw Allah Jalla JalaluH Mengerjakan atas kehendak makhluk, termasuk manusia atau pembaca yang budiman, tentu betapa lemahnya Allah, dan itu mukhalafah li shifatiH (bertentangan dengan sifat Agung'Nya). Banyak juga ayat Al-Qur'an yang semakna dengan ayat diatas, boleh Anda buka QS Yunus, ayat: 99 atau Al-An'am, ayat: 112.

Bahkan, otoritas ketentuan taqdir'Nya dalam hadits qudsi, Allah terkesan keras dan bernada mengusir dari bumi-langitNya. Mari kita baca:
مٙنْ لٙمْ يٙرْضٙ بِقٙضٙائِيْ، وٙلٙمْ يٙصْبِرْ عٙلٰى بٙلآئِيْ، فٙلْيٙخْرُجْ مِنْ تٙحْتِ سٙمٙائِيْ وٙلْيٙتّٙخِذْ رٙبًّا سِوٙايٙا.
Artinya "siapa yang tidak ridla dengan qadla-Ku, dan tidak sabar atas ujian-Ku, maka alangkah baiknya keluar dari naungan langit-Ku dan carilah Tuhan selain AKU"

Atau dalam kesempatan lain, seperti pada pembukaan surah al-Mulk, bahwa hidup mati tidak lain supaya Allah Menguji untuk memilih siapa yang ayyukum Ahsan amalaa.

Dari ini beberapa Ulama Tasawuf mengemukakan "siapa yang beragama hanya dengan sareat dapat dipastikan disibukkan dengan perdebatan dengan kaumnya, dan siapa yang hanya memperdalam hakikat maka akan banyak alasan untuk meninggalkan sareat, oleh karenanya yang utama dzahir'nya as-sari'ah wa al-bathin bi al-Haqiqah"

Jika tidak demikian, bisa jadi amalan ibadahmu hanya sebatas alat untuk memerkosa Tuhan-mu dan hakikatnya sebatas alat untuk berhujah didepan Tuhan-mu. Na'udzubilLah tsumma Na'udzubilLah.

Yogyakarta || 05 September 2017
Ulinuha Asnawi

No comments:

Post a Comment