Meneladani Kisah KH. Arwani Amin Kudus
Suatu saat beliau keliling lokasi pondok didampingi Kyai Muhammad Manshur. Secara tidak sengaja tiba-tiba ada seorang santri yang melempar kulit pisang dari jendela kamarnya. Parahnya tepat mengenai pipi Kyai Arwani. Sontak Kyai Manshur yang mendampingi Kyai Arwani marah bukan kepalang.
"Sur, wis awakmu ora usah ngono, wis ben jarke wae. Aku yo ora opo-opo, awakmu meneng wae, ngono wae deknen yo wis wedi neni (Sur, sudah jangan begitu, biarkan saja. Saya tidak apa-apa kok, sampean diam saja. Begitu pun dianya sudah sangat takut kok)," dawuh Kyai Arwani.
Lain cerita, awal mula KH. Arwani mengadakan kegiatan thariqah di Masjid Kwanaran, ada sebagian penduduk sekitar tidak suka. Bahkan saking tidak sukanya, seseorang menulis di dinding tembok "Arwani Edan". Kyai Manshur yang sering mendampingi bergegas hendak menghapusnya.
Tapi Kyai Arwani malah melarangnya. Beliau mengatakan, "Sur, ora usah dihapus sik, jarno wae sik. Deknen ben marem ngerti aku wis moco tulisane (Sur, jangan dihapus dulu, biarkan saja. Agar dia merasa puas bahwa saya sudah membaca tulisannya)."
Di kesempatan lain, saat seorang sopir menyetel musik. Kyai Mansur yang mendampingi Kyai Arwani hendak menegur, mengingatkannya bahwa ada Simbah Kyai di situ. Namun KH. Arwani malah dawuh, "Wis jarno wae, ben ora ngantuk (Sudah, biarkan saja, biar tidak ngantuk)."
(Disarikan dari KH. Musthofa Imran SHi dari KH. M. Mansur. Berbagi ilmu: https://sirojuth-tholibin.net/meneladani-kisah-kh-arwani-amin-allahu-yarham/)
No comments:
Post a Comment